Seoul,
Friday, 2018 March 29ᵗʰ
Celine Maddison.Tempat Celine cukup berantakan. Paper bag berserakan, dua koper terbuka berseberangan, juga bungkus makanan yang belum dibuang. Seharusnya Celine mempersiapkan segalanya dari kemarin, namun karena Katharina masih betah menempel padanya, mau tidak mau Celine harus bergerak hari ini.
Malam ini juga, Celine harus kembali ke London, sesuai jadwal yang sudah ditentukannya juga sudah dikabarkannya pada Yura. Artinya, Celine harus berpisah dengan Katharina sebentar lagi.
Jangan dibawa hiperbola, hanya untuk beberapa hari. Mereka tinggal di satu kota yang sama. Tidak susah bagi keduanya untuk menemukan kediaman satu sama lain. Mungkin hanya susah pada sisi jadwal, karena Katharina akan kembali menghabiskan waktunya di udara, kembali pada pekerjaannya.
"Flight-nya nggak bisa diundur, Cel?"
"'Kan udah beli tiketnya, Kath."
"'Kan aku bisa beliin lagi?"
Begini rasanya berdebat dengan orang berduit.
"Kamu duduk dulu, aku mau masukin barang-barangku ke koper. Kalau nggak mau bantu tolong diam aja, ya?"
Kepala Celine kembali memberat saat Katharina hanya diam menatapnya dan tidak mau membantu. Tapi Celine tidak mempermasalahkan selagi Katharina bisa anteng dan tidak merecoki.
Sedikit salah keputusan Celine mengijinkan Katharina untuk menginap semalam. Begadang hingga pagi membicarakan banyak hal membuat tubuhnya seolah remuk saat ini.
Seusai obrolan semalam pula, Katharina bisa dibilang cukup clingy. Celine sedikit kualahan mengendalikan salah tingkahnya. Physical touch Katharina tidak main-main rupanya. Kalau bisa, sudah dari semalam Celine melebur jadi angin.
"Kita ketemu lagi di London?" Tanya Katharina yang sibuk memperhatikan Celine membereskan seluruh barang bawaannya. Dirinya memiliki simpati sebenarnya, tapi terlampau bingung harus berbuat apa. Katharina tidak pernah melakukan hal semacam ini.
"Memangnya kamu nggak mau ketemu aku lagi?" Celine balas bertanya, mengerutkan dahinya menatap Katharina bingung. Dari kemarin saja Katharina seperti ulat, menempel.
"Mana bisa begitu?" Nah, sewot.
Malas berdiam diri, Katharina berinisiatif menuju pantry untuk mengambil minuman, juga membawa ke meja untuk Celine. Diam-diam Celine tersenyum meliriknya. Setidaknya perempuannya tidak sepasif itu dalam menyikapi hal seperti ini. Pada dasarnya memang Katharina ini cukup peka, tapi kurang tindakan saja.
"Aku jadi pengen pulang malam ini juga. Nggak bisa bareng aja, ya?"
Rewel amaaayyy.
"Salah siapa nggak prepare dari jauh hari? Aku udah kasih tahu kamu dari awal kalau aku pulang akhir bulan. Kamu 'kan sekalian bawa pesawat pulangnya?"
Memang Katharina harus pulang sekalian dengan pesawat. Jadwal mengudara kesekian kalinya, akan dilaksanakan bulan April mendatang. Katharina menjabat sebagai captain yang mana harus profesional, tidak bisa memajukan jadwal seperti keinginannya.
"Memangnya kamu mau kalau harus pulang-pergi dari Seoul ke London, terus terbang lagi London ke Seoul, balik lagi? Capek, sayang."
Katharina yang sebelumnya memejamkan mata langsung terduduk, menatap Celine yang sudah menutup kopernya dan disusun menjadi satu di ujung kasur.
"Ngomong apa tadi? Nggak kedengeran, sini deketan!"
Celine berdecak, paham akal bulus Katharina yang semakin menjadi-jadi. Tak ayal tetap dituruti oleh perempuan tersebut hingga keduanya duduk berhadapan di sofa kesayangan. Katharina menggenggam erat tangan Celine yang berada di pangkuannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Business Class [END]
FanficWho believes that miracles exist? Pertemuan di bandara tanggal 12 Maret kala itu, membawa sebuah hal baru untuk sepasang manusia yang jatuh cinta untuk kesekian kalinya. Dimulai dengan London, yang mempertemukan. Lantas Seoul, yang menyaksikan. Sin...