Seoul,
Saturday, 2018 March 18ᵗʰ
Katharina Azland."Jadi gimana? Malam ini bisa keluar sama aku, 'kan?" Katharina melayangkan tanyanya pada perempuan di seberang telepon. Siapa lagi jika bukan seseorang yang baru saja dikenalnya beberapa hari lalu? Seseorang dengan surai sebahu berwarna hitam juga ash-blonde yang iconic.
"Bisa, sekalian pulang kantor, ya? Gak sanggup kalau harus balik dulu," jawab Celine, nadanya bisa dirasa sumringah. Deheman kecil Katharina membawa senyum Celine diam-diam.
"Yaudah, matiin dulu deh.. Aku dipanggil Wizel."
Dipanggil Wizel katanya, padahal Katharina hanya merebahkan diri di kasur dan berguling-guling meredam hatinya yang bergemuruh senang. Usai mendengar kata 'iya' dari Celine, segera ditutup telepon tersebut dan kembali merenungi banyak hal.
Cklek
"Gimana?"
"Jadi keluar sama Celine?"
Suara Wizel dan Kezia di ambang pintu, memancing atensi Katharina. Perempuan tersebut langsung terduduk, menganggukkan kepalanya dan mengikat rambutnya asal. Ia duduk di ujung kasur bersandar pada headboard untuk memberi ruang pada sepasang sejoli di hadapannya.
"Dia bilang iya aja gitu?" Tanya Wizel seraya meraih guling dan menyelonjorkan badannya, tengkurap bertumpu lengan menatap sepupunya.
"Bener. Dia bilang bisa, sekalian pulang dari kantor."
"Aturan kamu yang jemput, 'kan?" Lagi, anggukan Katharina menjawab pertanyaan Kezia. Entah kenapa jadi mereka yang excited.
"Terus sekarang, aku harus pakai apaan buat ketemu Celine?"
Katharina menatap pintu walk in closet yang tidak terbuka sepenuhnya. Tanpa basa-basi Kezia berdiri, berjalan menuju ruangan tersebut dan membedah isi lemari Katharina. Ia berdecak, bagaimana bisa Kezia membantu jika lemarinya saja sangat berantakan. Bisa dipastikan hampir semua baju milik Katharina juga belum disetrika.
"INI GAK PERNAH DIRAPIHIN, YA?!"
Wizel dengan enteng memukul kepala Katharina dengan guling yang sebelumnya ia buat tumpuan. "Berkoar 'kan jadinya si Kezia. Kamu tuh rapi dikit kenapa sih, Kath?!"
"Gimana sih kalian berdua? Aku baru kesini lagi setelah tiga tahun by the way, bisa-bisanya nyalahin aku. Pegawaimu tuh makan gaji buta berarti, kamarku aja nggak diberesin!"
Beberapa menit setelahnya, Kezia keluar menenteng tiga set outfit yang sudah digantung. Menaruhnya di kasur setelah meminta Wizel untuk sedikit bergeser. "Coba satu-satu," titah Kezia.
Jujur Katharina bingung, kenapa harus dicoba satu-satu? Padahal pasti nanti tambah bingung. Tapi daripada Wizel dan Kezia semakin ngomel, Katharina langsung beranjak. Mencoba satu persatu outfit yang sudah disiapkan oleh Kezia.
Benar-benar dicoba satu persatu, bahkan Kezia memotretnya untuk membuat diskusi dengan Wizel. Memang benar-benar mereka berdua..
"Pakai yang kedua, lebih cocok. Kebetulan kamu sendiri belum tahu mau kemana sama Celine, jadi buat antisipasi aja. Bisa dipakai outdoor atau indoor, cocok juga sama kamu."
Pukul enam lewat lima belas, Katharina sudah stay di parkiran kantor Celine. Sembari sesekali berkabar, Celine juga sempat menanyai dimana titik tepat mobilnya diparkirkan. Bersyukur kali ini, hanya ada mobilnya saja disana, bukan hal yang sulit untuk Celine bisa menemukan Katharina, 'kan?
Dug Dug
"Halo!" Sapaan ceria, senyum Katharina mengembang.
"Hai, Cel. Jadi, mau makan dulu?" Benar-benar spontan. Katharina tidak berpikir sebelum bertanya. Refleksnya begitu kuat saat sedang berdua dengan Celine. Bersyukurnya, hal tersebut dijawab dengan deheman beserta anggukan antusias sekaligus.
"Cantik banget hari ini, sengaja, ya?" Katharina membuka suara. Dan tawa Celine memenuhi seisi mobil.
"Sengaja, siapa tahu kepincut," jawab Celine menggoda.
Beberapa percakapan berlangsung, berganti topik seiring berhentinya sesi pula, hingga berhenti tertawa saat mereka mulai memasuki parkiran salah satu restoran yang jelas Celine sangat tahu.
"Ini cabang punya Winter, kamu tahu? Istri direktur Beauty KA'Z. Gak mungkin kamu gak tahu, 'kan? Jangan mentang-mentang di udara terus jadi kurang update, ya!"
"Tahu.. Perusahaan orangtua juga sempat collab sama mereka. Aku terbang terus bukan berarti gak tahu info besar kayak begitu.."
Hanya respon, "Wow!" Lantas keduanya memasuki restoran tersebut. Mungkin kali ini, Katharina mengaku ia terlalu candu untuk merangkul bahu mungil Celine. Rasanya pas dalam dekapan, meski hanya pernah sekali mereka berpelukan. Ingat? Heathrow Airport.
Sampai terduduk pun, mata Katharina tidak lepas dari Celine yang menatap seisi ruangan dengan berbinar. Tampak sekali bahagianya. Senyum simpulnya tertarik melebar, Katharina terkekeh.
"Kamu cantik."
Celine mengalihkan atensinya, menatap Katharina yang tengah bertumpu lengan menatapnya intens. Katharina tahu, salah tingkah Celine saat dipujinya. Tawa merdu dan ucapan terima kasih sudah benar selalu didengar oleh Katharina.
"Aku serius, kamu cantik."
"Kalau cantik, terus kenapa?"
"Aku cuman mau bilang aja. Cara kamu ngomong, cara kamu bikin aku merasa kita akrab dan deket. Dari kamu senyum, ketawa, lihat aku, indah banget, Cel.."
Bisa Katharina lihat, bagaimana diam dan semerah apa pipi berisi tersebut. Tangannya terulur, mengusapnya. Sesekali Celine mengalihkan pandangannya, menghindari tatapan Katharina yang menurutnya penuh cinta.
"Sebenarnya, penuh konteks sih aku bicara begini. Tergantung kamu nangkap atau enggaknya."
"Kebangetan kalau kamu minta aku nebak begini. Aku nggak pinter main yang begini."
Percakapan keduanya terpaksa berhenti saat seseorang mengetuk pintu. Mengantar pesanan dan menata untuk waktu yang cukup lama. Banyaknya hidangan, membuat meja penuh. Dari tempatnya duduk, lagi-lagi Katharina bisa melihat binar di mata Celine.
Rasa bangga apa yang membuncah kali ini, Kath? Sudah bisa meluruhkan beban, lelah dan kesal Celine, ya?
"Aku nggak begitu suka carbonara, boleh tukar, Kath?" Celine berujar dengan ekspresi tidak enak.
"Ohh, maaf nggak tanya dulu sebelumnya. Tukar aja nggak apa-apa. Aku Omnivora soalnya," jawab Katharina memancing tawa Celine.
"Kenapa Omnivora sih? Dari banyaknya kata lohh, Kath.."
"Nggak tahu, kepikiran aja."
Dari sini Celine juga tahu, se-random apa Katharina. Tidak heran ia selalu mendengar celotehan Katharina yang entah dipukul Wizel, dijewer Kezia. Iya, asal kalian tahu, Katharina suka mengadu padanya. Padahal bukan siapa-siapa...
"Aku boleh ngobrol serius?" Katharina menatap Celine seraya bertanya, menghadirkan kerutan di dahi lawannya.
"Ya silahkan, mau ngobrolin apa memang?"
Canggung. Atmosfer berubah dalam satu detik. Katharina bisa merasakan itu. Entah kenapa dia sendiri jadi kelu untuk melanjutkan tanyanya. Tapi kalau tidak sekarang, mau kapan?
"Kalau aku deketin kamu, in romantic way... apa boleh? Aku sengaja izin dulu, Cel.. Takut kalau sikapku berlebihan, kamu jadi risih. Aku tahu kita baru kenal, tapi aku nggak bisa ngontrol itu, Cel.. Aku ada dalam fase tiba-tiba jatuh suka."
"Kath, selama kamu mampu untuk semakin deket, nggak perlu izin. Siapapun itu, aku terima. Terkhusus kamu. Jangan takut kalau mau maju. Aku buka lebar aksesnya buat kamu."
BUSINESS CLASS 🥂
Kath play rn: Daydreamin' - Ariana Grande
MAAFFFF BANGETTTT KARENA BOLAK BALIK PUB-UNPUB. INI WP GUE ERROR APA GMN GATAAAUUU ANEH BGT
KAMU SEDANG MEMBACA
Business Class [END]
FanfictionWho believes that miracles exist? Pertemuan di bandara tanggal 12 Maret kala itu, membawa sebuah hal baru untuk sepasang manusia yang jatuh cinta untuk kesekian kalinya. Dimulai dengan London, yang mempertemukan. Lantas Seoul, yang menyaksikan. Sin...