ix. returned by destiny

113 14 5
                                    

Seoul,
Wednesday, 2018 March 28ᵗʰ
Katharina Azland.

"Kamu gak hubungin Celine lagi, Kath?"

Seperti kegiatan yang sudah menjadi kebiasaan bagi tiga perempuan (sudah termasuk menantu) keturunan Azland, berkumpul menjadi satu di titik favorit mereka dalam mansion sang grandma.

"Udah, Kak Kez. Udah berkali-kali aku chat, call, aku juga beberapa kali kirim pesan lewat instagram, bahkan line juga gak dibalas sama sekali. Jangankan dibalas, dibaca aja syukur, tapi ini gak ada tanda-tanda Celine mau buka akses berkabar."

Kezia mengangguk-angguk paham. Sembari Katharina mengambil cookies di meja, juga meminum kopinya, ada Wizel yang berbaring di lounge sambil memejamkan mata.

"Itutuh, Yasmin dua itu. Satu famili gitu semua mungkin, Kath."

"Aduh!"

Wizel memekik terkejut begitu cubitan Kezia melayang menyasar perut datarnya. Jangan salahkan Kezia, Wizel saja hobi memanasi suasana jika sedang begini. Katharina hanya bagian menatap puas. Karena ada yang membela, alhasil dirinya tidak perlu mengeluarkan tenaga hanya untuk sekedar menggeser posisi duduknya.

"Kalau aku sih yaa, bisa gak bisa kamu tuh harus berhasil kontak dia lagi dong, Kath! Ah, aku udah seneng banget sama yang satu ini, masa kamu mau lepasin lagi?"

"Ya masa aku mau maksa Celine buat ini itu? Kalau dia ngeiyain tapi under pressure yaa buat apa, Kak Kez.."

"Tapi udah beberapa hari lohh, Kath? Kamu yakin nggak mau cari Celine? Aku takut dia balik London dan gak bilang kamu."

"Gak tahu, Kak Keeezzzz. Aku juga masih mikir harus apa setelah ini. Aku gak mungkin nyamperin Celine langsung ke hotelnya."

"NAH ITU AJA!"

Katharina cukup terkejut dengan pekikan Wizel dan Kezia. Tiba-tiba menyahut dan memberikan solusi yang bahkan dirinya sendiri sudah berkata, "nggak mugkin".

Tapi terkadang, Katharina memang perlu berpikir berkali-kali dalam menentukan keputusan. Tentunya kali ini dengan bantuan Kezia yang lebih paham harus seperti apa baiknya. Meski Katharina pun tahu, dirinya yang berhak menentukan akan bertindak apa lagi.

"Kenapa gak coba ke tempat Celine aja? Lagi pula, kamu udah tahu dimana tempatnya, 'kan? Harusnya lebih mudah buat ketemu. Toh kalau kamu bertamu, Celine gak mungkin mau ngusir tamunya, 'kan?"

Ya bener sih, gak akan diusir. Tapi masa harus?

"Udah sih disamperin aja. Kamu juga perlu jawaban Celine, 'kan? Gak usah sok kuat ditahan-tahan gitu deh!"

"Ah kamu jangan kompor begitu dong, Zel! Kath kan juga lagi mikir harus gimana, gak bisa kalau gegabah begitu. Mau diapa-apain juga yang punya hak memutuskan mau apa cuman Kath aja, orang masalahnya dia."

Merasa tertekan, Katharina beranjak dari posisinya dan memilih menuju kamar. Jika tidak diistirahatkan lagi, Katharina tidak yakin akan merasa stress karena usulan Wizel dan Kezia. Meski membantu, setidaknya Katharina mencoba mencari pilihan lainnya.

Memutuskan untuk tidur hampir dua jam lamanya, Katharina terbangun dan segera meraih ponselnya. Entah mendapatkan mimpi apa, yang jelas dirinya mencari kontak Celine untuk memberi beberapa pesan yang sangat to the point.

Aku mau kesana
Sekarang

Setelahnya, Katharina segera bangkit untuk mencuci wajah serta bersiap-siap. Tanpa pamit pada siapapun yang ada, yang jelas Katharina benar-benar akan berangkat ke tempat Celine sekarang. Tidak ada basa-basi lagi untuk kali ini, Katharina bosan menunggu jawaban menggantung Celine.

Business Class [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang