GlekNaruto menelan ludahnya sendiri. Arghhh Ino! Harusnya aku tahu! Memang tukang gosip! Pikirnya kesal sehingga membuat kerutan berbentuk "X" di sekitaran pelipisnya. Dia, dengan wajah tertunduk mengatakan, "Sakura, aku minta maaf.."
Dengan cepat Sakura menoleh ke Naruto. Sakura memang beban yang begitu berat bagi Naruto. Dan bodohnya, Naruto tidak pernah memperdulikannya. Dia hanya ingin bagaimana caranya menyenangkan hati Sakura. Maka apabila sesuatu tak terpenuhi, selalu ia meminta maaf.
"Naruto?" masih ia memberikan raut kebingungan.
Tetesan air mata mulai memenuhi kelopak mata bawahnya. Sesegera mungkin air mata tersebut akan turun dari mata Naruto. "Sakura.. Aku minta maaf.." Naruto masih merasa bersalah. Dia masih berharap andai saja yang ia terima berita baik.
"Naruto aku tak mengerti.." Sakura berusaha menenangkannya dengan mengelap air mata yang terlanjur turun.
"Bukankah yang kau inginkan berita baik, Sakura?" ninja pirang itu menatap mata istrinya yang berwarna hijau bak batu zamrud dan mengambil tangan istrinya dengan tangan kekarnya yang lembut. Hinata pun tahu seberapa lembut tangan Naruto. Tangannya akan membuat semua orang tenang. Tapi kali ini Sakura hanya merasa terkaget. Ia meminta berita baik tadi sore tapi kemudian ia tahu ternyata yang akan ia terima berita buruk.
Naruto, baka.. Kau selalu ingin menyenangkan hatiku ya? Pikirnya sambil tersenyum kearah Naruto. "Naruto.."
"Sekali lagi, Sakura, aku minta maaf! Maaf aku tidak membawa berita baik! Aku minta maaf.. Aku.. Minta.. Maaf.." Naruto masih terjebak dalam rasa bersalahnya dan isak tangisnya. Hingga tiba-tiba, Sakura mengangkat dagu Naruto tinggi-tinggi. Sakura masih melihat Naruto yang bahkan meneteskan air mata lebih banyak daripada sebelumnya.
Naruto kaget dan tiba-tiba juga menghentikan tangisannya. Ia melihat wajah istrinya yang bahkan tak menunjukkan kesedihan dari berita buruk tersebut. Matanya melihat wajah surga dihadapannya. Ia bisa melihat kesenangan, kebahagiaan, dan kedamaian pada dirinya. Sakura hanya tersenyum. Matanya menutup segala berita buruk. Matanya hanya terbuka pada berita baik bahwa Naruto masih hidup dan beruntung ia masih ada disampingnya. Dan tentu saja berita baik itu tak sampai disitu. Ia mengetahui dirinya hamil pagi ini. Baginya inilah berita baik baginya.
"Naruto.. Aku tak mengerti apa yang kau katakan, tapi aku mengerti ini adalah berita buruk dan bukankah cepat atau lambat aku juga akan mengetahui hal ini bukan?" Naruto juga mengetahui hal itu. Cepat atau lambat tidak hanya Sakura yang akan mengetahui hal itu. "Menerima fakta bahwa kau kembali dan selamat sampai rumah bukankah itu berita baik?"
Seketika Naruto tersadar dari pikiran terdalamnya yang masih merasa bersalah. Warna biru laut mata menguat dan matanya membulat. "Terlebih lagi, tadi pagi, mengetahui aku hamil.. Bukankah itu berita baik?"
Tak ada berita buruk bagi Sakura kecuali itu berhubungan dengan suaminya dan si jabang bayi. Naruto masih termenung.
"Apa kau ingat saat kau kembali dari pengembaraanmu 5 tahun lalu?" Naruto mengangguk, "saat aku tahu kau kembali, itulah berita terbaik yang pernah aku terima. Saat itu juga akhirnya aku tahu kau tidak akan meninggalkanku lagi.."
Naruto ingat saat-saat itu. Saat-saat Naruto kembali dan melihat wajah cantik Sakura-nya, wajah surga yang ia tahu. "Apa kau ingat saat kau mengajakku kencan untuk pertama kalinya dan saat kau mengajakku bertunangan beberapa tahun lalu?" ada sedikit tinta merah pada wajahnya Naruto waktu Sakura bertanya padanya. "Saat itulah aku akhirnya tahu perasaanmu, tahu seberapa kagumnya kau kepadaku dan saat itu juga akhirnya aku bisa membalas perasaanmu.." Sakura melepaskan tangan kanannya dan menaruhnya di dadanya, "itu juga berita terbaik bagiku.."