chapter 8

38 5 57
                                    

# Kerasnya hidup #

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

# Kerasnya hidup #

Daiki tahu kalau dia tidak punya bakat sehingga harus bekerja keras. Namun Daiki paling benci ketika ada orang yang menyebutnya jenius karena bagi Daiki, jenius adalah sebutan untuk orang yang punya bakat. Namun Daiki selalu percaya dan optimis bahwa dengan kerja keras bisa mengalahkan bakat. Ia memegang teguh prinsip Hard work can beat talent id talent doesn't work hard. Kepercayaan dan kerja keras itu lah Yeng mengantarkan dia sampai dititik dimana dia berada sekarang. Tapi untuk hari ini, pertama kalinya Daiki meragukan prinsipnya tersebut.

Daiki memasuki kelasnya kurang semangat, dia bahkan terlihat hanya menyeret-nyeret kedua kakinya dengan langkah lesu seperti ada sebuah ban truk yang tersampir dipundaknya. Daiki lelah, baik pikiran maupun pisik. Dia yang mengambil shift kerja sore hingga malam selalu pulang pukul 10 bahkan kadang pukul 12 kalo cafe lagi ramai. Sesampainya dirumah pun dia tidak bisa lansung merebahkan tubuhnya.

Daiki bukan sijenius Ryosuke yang hanya butuh sekali belajar dalam kelas akan lansung paham. Dia butuh mengulang 2-3 kali materi perpelajaran untuk menguasainya. Bukan juga Yuto yang mengambil kelas bimbel yang mahal. Untuk itulah dia memotong jadwal tidurnya sampai 3-4 jam untuk belajar, mengerjakan tugas sehingga jam tidurnya kini tak jauh beda dengan Ryosuke.

Saat memasuki kelas, tak ada pemandangan lain selain menemukan housemate nya Ryosuke tengah tidur dengan merebahkan kepala dimeja berbantal lengan. Selalu seperti itu. Ketika waktu istirahat semua berbondong-bondong kekantin, hanya dia dan Ryosuke yang tinggal dikelas. Daiki memilih belajar, mengulang kembali materi yang diberikan guru, sedangkan Ryosuke selalu tidur dan minta dibangunkan saat jam pelajaran berikutnya dimulai.

Daiki duduk disamping Ryosuke tersenyum miris sembari mengarahkan tangannya mengelus belakang kepala Ryosuke. "Tidurmu nyenyak sekali, kau pasti lelah. Aku juga sama." lirihnya. Tapi tangannya terhenti mengelus belakang kepala Ryosuke saat pikirannya melayang kembali kepercakapan dengan guru konselingnya beberapa menit yang lalu.

"Yama-chan, aku bisa berbesar hati jika itu Yuto karena selain jenius dia adalah pekerja keras." Daiki berucap pelan, menghembus nafas lelahnya sembari menatap pundak Ryosuke yang naik turun dengan teratur menandakan siempunya bernafas dan tidur sangat nyaman.

"Tapi Yama, kerjamu bahkan hanya tidur disekolah." Daiki mengambil buku pelajaran yang harus dikuasainya demi mendapat peringkat sekaligus mempertahankan beasiswa disekolah ini. Daiki tidak menyadari kalau Ryosuke yang membelakangi ternyata membuka matanya perlahan, mengeryit bingung mendengar ucapannya.

"Kau kenapa Dai-chan?" ucap Ryosuke hanya dalam hati. Dia kembali menutup mata dan pura-pura tidur sambil menebak-nebak apa penyebab Daiki berucap aneh seperti tadi.

Flashback

Daiki menyembulkan kepalanya dibalik pintu ruang konseling saat mendengar perintah masuk dari dalam.

Kotoba wa iranai (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang