chapter 13

36 4 3
                                    

#Bangkit#

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#Bangkit#

Pagi datang ketika mentari muncul dari balik awan, merubah langit kelabu menjadi biru. Dan Ryosuke masih duduk termenung diatas kasurnya. Berjam-jam dia duduk sana sambil menatap lantai tanpa bergerak sedikitpun.

Kondisi dalam kamar itu, tidak ada yang berubah, sepi tanpa suara. Lantai masih penuh dengan pecahan cangkir, namun campuran coklat dan merahnya darah Yuto yang sebelumnya menggenang dilantai kini perlahan mengering.

Tak ada perubahan dari terakhir Ryosuke melihat Daiki memapah Yuto pergi. Semua terjadi begitu cepat, Ryosuke hanya mendengar bagaimana Daiki berteriak panik melihat kondisi Yuto. Bagaimana Yuto merintih karena kali dan tangannya sakit. Ryosuke hanya paham Daiki akhirnya membawa Yuto pergi kerumah sakit.

Sudah berapa lama mereka pergi, selama itu pula Ryosuke seperti ini. Duduk termenung memikirkan apa yang sudah dia perbuat, tangannya tremor mengingat bagaimana kerasnya dia mendorong tubuh Yuto dengan kedua tangannya itu.

Apa yang sudah dia perbuat?
Kenapa dia melukai Yuto?

Tapi lebih dari itu, pikirannya berkecamuk. Sudah beberapa lama dia seperti ini? Sudah berapa lama dia menyusahkan mereka?

Samar-samar Ryosuke mendengar pintu rumah terbuka. Mereka sudah kembali rupanya. Disusul derit suara kamar Yuto yang terbuka.

Bagaimana Yuto? Apa dia baik-baik saja? Ingin rasanya kakinya berjalan pergi menghampiri Yuto dikamarnya dan melihat sendiri keadaanya, tapi tak ada yang Ryosuke lakukan saat dia merasa kakinya lemas. Dia takut, merasa bersalah dan menyesal.

Pandangannya teralih saat pintu kamarnya dibuka. Ryosuke melihat Daiki masuk. Pandangan mata mereka sempat bertemu sebelum kemudian Daiki memutuskan untuk terus berjalan masuk, berjongkok dan memungut satu persatu pecahan cangkir dengan hati-hati tanpa suara. Masih tak ada satu katapun yang keluar dari mulut Daiki bahkan saat dia perlahan membersihkan lantai dari darah dan coklat panas dengan lap basah.

Dan Ryosuke perlahan menunduk, semua salahnya. Salahnya yang menyusahkan mereka. Salahnya yang membuat Yuto kesakitan. Ryosuke sadar bahwa dia tidak tinggal sendirian, ada orang lain yang pasti kesusahan mengurusnya tanpa diminta. Hidupnya yang hancur, tapi kenapa sahabatnya yang harus kesusahan.

"Gomen..."

Akhirnya setelah lama berdiam dan menimbang-nimbang apa yang harus dia lakukan, hanya kata itu yang keluar dari mulutnya. Satu kata itu sukses membuat Daiki menghentikan kegiatannya. Daiki mengatup bibirnya menahan senyum. Dia tahu, tidak seharusnya dia bersyukur akan hal ini. Tapi jika Yuto tidak terluka seperti sekarang mungkin Ryosuke tidak kunjung sadar. Daiki percaya memang benar bahwa harus ada sesuatu yang dikorbankan untuk mendapatkan hal yang baik. Ryosuke akhirnya perlahan bangkit, walau perlu seorang Yuto yang terluka sebelumnya. Tak apa, yang penting semua akan berujung pada kebaikan.k

Perlahan dia bangkit, membuang pecahan cangkir ketempat sampah diujung kamar, lalu mengambil beberapa lembar tisu diatas meja belajar untuk membersihkan tangannya. Melangkah mendekati Ryosuke perlahan. Dia berjongkok didepan tubuh Ryosuke, agar matanya dapat mantap lansung manik bening Ryosuke yang tertutup poni panjangnya karena dia menunduk.

Kotoba wa iranai (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang