19. Memaksa

2.2K 225 12
                                    

Hi :))
Jangan lupa like dan komentar :))


***

"Bu Ara gak pulang?" tanya Adhara saat melihat guru cantiknya itu tidak membawa tasnya.

"Enggak, masih belum boleh pulang, ada yang mau diomongin sama kepala sekolah, jadi disuruh sabar."

Adhara hanya mengangguk. Dia terus melangkah menuju gerbang bersama Sienna. Sejak Sienna dan Lendra memiliki hubungan, guru cantik itu selalu mengantar Adhara ke depan memastikan gadis kecil itu baik-baik saja.

Sienna tersenyum saat berpapasan dengan anak-anak didiknya yang memanggilnya dengan semangat. Mereka berlari dengan semangat menghampiri orangtua mereka yang menyusul, melihat itu membuat Sienna merasa iri karena tidak pernah merasakan apa yang mereka rasakan.

Saat kecil mamanya tidak pernah mengantarnya ke sekolah, selalu supir yang di pekerjakan orangtuanya. Mamanya sibuk mengurus bisnis keluarga karena saat itu papa sedang sakit sehingga hanya mama yang bisa melanjutkan bisnis keluarganya.

Goyangan ditangannya membuat lamunan Sienna buyar, dia menatap Adhara dengan bingung. Adhara menunjuk seseorang, seseorang yang dua bulan ini tidak pernah dia tahu keberadaannya.

"Mama," lirihnya.

Sienna cukup terkejut dengan kedatangan Thalia, tapi dia dengan cepat menetralkan ekspresi terkejutnya. Dengan anggun dia berjalan menuju Thalia yang sedang tersenyum kepada Adhara.

"Mama ngapain kesini?" tanya Adhara.

Thalia melepaskan genggaman tangan Sienna di tangan Adhara, membawa tubuh Adhara ke dalam pelukannya. Perlakuan Thalia membuat Sienna terkejut, sedangkan Adhara menatap tidak suka dengan sikap mamanya.

"Adhara ikut Mama yuk."

Adhara menggeleng, melepaskan pelukan Thalia. "Gak mau, Ara gak suka sama pacar Mama."

Adhara melirik Mikail yang keluar dari mobil dengan pakaian serba hitam. Gadis kecil itu bersembunyi di belakang Sienna, melihat tampilan Mikail yang gondrong membuat Adhara takut.

"Hi Adhara cantik, apa kabar?" Mikail mengulurkan tangannya, Adhara hanya diam tidak membalas uluran tangan pria itu.

Sienna menatap sekeliling sekolah yang mulai sepi, para siswa sudah pulang dan guru-guru pasti sudah masuk ke dalam ruang guru. Perasaan Sienna tidak enak saat Mikail berusaha mendekat kepada Adhara.

"Maaf Pak, Ara gak mau, jadi Bapak jangan memaksa." Sienna memegang tangan Adhara yang memegang baju dinasnya.

"Saya gak ada urusan dengan Ibu guru, jadi Ibu lebih baik menyingkir." Mikail menatap tajam Sienna.

"Saya guru Ara, di sekolah saya yang menjaga Ara, jadi anda pasti mengerti maksud saya."

Mikail menyeringai mendengar perkataan Sienna, guru cantik itu sangat berani. Mikail cukup kagum dengan keberanian yang dimiliki Sienna. Mengerti? Tentu saja Mikail mengerti apa yang dikatakan guru itu.

"Maaf ya Bu."

Mikail memberi isyarat kepada Thalia untuk mengambil Adhara, sedangkan dirinya akan mengurus Sienna. Sienna memberontak saat Mikail menarik tubuhnya untuk menjauh.

"Lepasin saya!"

"Mama lepasin! Bu Ara!!"

Sienna berusaha melepaskan cengkraman Mikail di lengannya. Hingga dia merasakan seseorang menonjok Mikail membuat pria itu tersungkur.

Sienna menatap dengan bingung pria berbadan tegap yang berdiri di sampingnya. Mikail dan Thalia sudah pergi karena luka yang dialami oleh Mikail. Entah kekuatan apa yang pria bertubuh tegap itu keluarkan hingga membuat Mikail pergi dengan marah.

"Saya permisi Nona."

Pria itu menundukkan kepalanya, setelah itu pergi meninggalkan Sienna yang menatap kepergiannya dengan bingung. Siapa pria itu? Kenapa dia membantunya?

"Terimakasih!" teriak Sienna yang diabaikan oleh pria itu.

"Ibu kenal sama Om tadi?" tanya Adhara.

"Enggak. Ibu gak kenal."

Keduanya menatap kepergian pria yang menolong mereka hingga hilang di persimpangan. Suara motor membuat fokus keduanya berubah, menjadi ke pengendara motor.

"Kok Abang yang jemput Ara?" tanya Ara dengan bingung.

Terkadang Lendra memang mengizinkan Angga membawa motor. Tapi pria itu tidak pernah menyuruh Angga untuk menjemput Adhara, karena jadwal keduanya yang berbeda.

"Abang setengah hari doang karena ada rapat guru. Ayok buruan naik."

Sienna membantu Adhara memakai helmnya. Tidak lupa menyuruh Adhara untuk memeluk Angga agar gadis kecil itu tidak terjatuh.

"Pulang dulu ya Bu." Angga dan Sienna mencium punggung tangan Sienna bergantian.

"Hati-hati, jangan ngebut-ngebut ya Angga. Pelan-pelan aja yang penting selamat sampai rumah. Ara jangan tidur ya, nanti jatuh."

"Iyaa Bu," jawab keduanya serempak.

Angga membunyikan klakson setelah itu pergi meninggalkan perkarangan sekolah dasar.















To be continue..

Mas Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang