14. Dilamar Lagi?

2.2K 254 27
                                    

Hi :))
Seperti biasa, mari kita saling menghargai :)

***

Lendra dan Sienna duduk di ruang tengah untuk membicarakan Adhara. Setelah permintaan Adhara setengah jam yang lalu, Sienna mengiyakan permintaan Adhara. Lendra? Duda beranak dua itu, tentu saja mengizinkan asalkan Sienna tidak keberatan.

Keduanya belum berbicara sejak Lendra meletakkan dua cangkir teh di depan meja kaca. Sienna merasa sangat canggung jika tidak ada Adhara bersamanya.

"Maaf karena merepotkan Ibu dan terimakasih karena mau merawat Ara."

Lendra berusaha memecah keheningan. Terlalu lama diam membuatnya tidak nyama, guru anaknya itu butuh istirahat jadi Lendra berusaha cepat membicarakan masalah putrinya agar Sienna cepat istirahat.

"Gak merepotkan sama sekali Pak."

"Ara cerita sama saya kalau dia meminta Ibu menjadi mamanya."

Sienna mengangguk kaku. Ingatan tentang Adhara yang memintanya menjadi mamanya membuat kepala Sienna berdenyut. Banyak permasalahan yang membuat Sienna tidak bisa langsung menerima Adhara.

Yang paling utama adalah mamanya. Mamanya tentu saja tidak akan merestui hubungan mereka. Kemudian Lendra, Sienna yakin pria itu masih mencintai mantan istrinya. Hidup bertahun-tahun bersama, Sienna yakin masih ada nama istrinya dihati duda tampan itu, meskipun perceraian mereka karena perselingkuhan.

"Ibu mau?"

Sienna mengerjapkan matanya. Lendra tersenyum tipis melihat guru muda itu yang terlihat menggemaskan dengan mata bulat dan bulu mata lentik menatapnya dengan polos. Jika mereka sepasang kekasih, Lendra pasti akan mencubit pipi Sienna dan memberikan kecupan di bibir berbentuk hati itu.

Otak lo gak beres Lendra, batinnya berteriak.

"Maksud saya, kalau Ibu mau saya bersedia melamar ibu, bagi saya kebahagiaan kedua anak saya adalah prioritas saya."

Aduuh pusing, batinnya berteriak. Sienna memijat pelipisnya, dia pikir berbicara dengan Lendra akan menemukan solusi, ternyata tidak. Duda yang sialnya tampan itu justru menambah beban pikirannya.

"Pak kepala saya pusing."

***

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Lendra, berdiri di samping Sienna yang sedang fokus menggoreng telur.

"Gak ada Pak. Tolong panggil anak-anak aja."

Lendra mengangguk, dia pergi menuju kamar kedua anaknya. Di dapur, Sienna salah tingkah saat sadar kalau mereka seperti sepasang suami istri, apa lagi perkataan Sienna yang menyuruh Lendra memanggil anak-anak.

Sienna seperti istri yang menyuruh suaminya memanggil anak-anak mereka.

"Bu Ara!"

Senyum Sienna terbit saat melihat Adhara yang berjalan dibantu oleh Lendra. Demam Adhara sudah turun, tidak sepanas tadi malam, tapi tubuhnya masih terasa lemas jadi dia meminta bantuan papanya untuk membantunya berjalan.

Adhara memeluk Sienna dengan manja. Gadis kecil itu tidak membiarkan Sienna jauh darinya, sehingga dia mengikuti saat Sienna mengambil mangkuk besar dan piring untuk menempatkan nasi goreng dan telur.

"Biar saya aja Bu. Ibu duduk aja."

Sienna menyetujui perkataan Lendra. Dia mengajak Adhara duduk. Angga yang baru datang, membantu papanya mengambil piring. Laki-laki itu menggelengkan kepalanya melihat Adhara yang sangat manja dengan Sienna.

"Bu Ara udah dipikirin belum yang Ara omongin kemaren?"

"Apa?" tanya Sienna.

"Bu Ara mau gak jadi mamanya Ara dan bang Angga, papa cuma karyawan biasa tapi papa janji bakal buat kita bahagia."

Sienna menatap Lendra, meminta pria itu membantunya menjawab permintaan Adhara. Sienna melotot saat Lendra mengangkat bahunya dengan tatapan geli. Pria itu membiarkan Sienna menjawab sendiri.

Tidak mendapatkan pertolongan dari Lendra, Sienna menatap Angga, meminta laki-laki itu berbicara kepada Adhara, hingga jawaban Angga membuat Sienna semakin pusing.

"Saya tim adik saya Bu. Maaf."

Sienna tersenyum manis menatap Adhara yang masih serius menatapnya. Tangannya terulur mengusap kepala Adhara dengan sayang.

"Bu Ara dan papanya Ara kan belum saling kenal, kalau langsung nikah, sedikit aneh. Kalau setelah nikah papanya Ara tahu kejelekan Ibu, terus papanya Ara gak terima gimana?"

Adhara nampak berfikir. "Emang kejelekan Ibu apa? Gak ada, Ara pernah liat Ibu tidur, cantik kok. Justru Ibu yang kaget lihat kejelekan papa."

"Emang apa kejelekan papanya Ara?"

"Tanya papa aja, Ara gak tau."

Sienna mendengus mendengar jawaban Adhara. Dia fikir Adhara akan memberitahu kepadanya keburukan Lendra, ternyata tidak, Adhara justru menyuruh dia untuk bertanya kepada Lendra, benar-benar anak yang cerdas.

"Pacaran dulu aja Bu kalau gak mau nikah sekarang."

Celetukan Angga membuat Adhara mengangguk dengan semangat. Gadis kecil itu setuju dengan perkataan abangnya. Sedangkan Sienna menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kedua anak Lendra benar-benar ingin menjadikan Sienna mama mereka.

Apa yang membuat keduanya begitu yakin menjadikan Sienna mama mereka? Sienna merasa dia belum pantas untuk menjadi mama mereka. Hidup di keluarga yang kurang harmonis membuat Sienna takut tidak bisa membangun keluarga harmonis, meskipun itu adalah cita-citanya.

Sienna takut tidak bisa menjadi sosok ibu yang baik untuk Angga dan Adhara, juga tidak bisa menjadi istri yang baik untuk Lendra. Bukan hanya itu mamanya menjodohkannya dengan anak rekan bisnisnya, meskipun Sienna tidak mau, dia tidak tahu bagaimana kedepannya.















To be continue..

Mas Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang