25. Penolakan

1.9K 210 19
                                    

Hi :)
Jangan lupa tinggalkan jejak


***

Seharusnya Lendra yang keringat dingin karena bertemu orangtua kekasihnya, tapi justru Sienna yang berkeringat dingin. Bukan karena takut mamanya marah dengannya, Sienna takut mamanya berbicara yang bisa menyakiti hati Lendra.

Sienna tidak masalah mamanya memarahinya, karena dia sudah terbiasa dengan itu. Tapi Sienna takut kalau Lendra yang terkena kemarahan mamanya, apa lagi jika membahas status sosial mereka. Sienna takut nyali Lendra menciut.

“Kenapa kamu yang tegang? Santai saja, kita hadapi bersama.” Lendra mengusap tangan Sienna dilengannya.

Sienna mengangguk saja. Dia terkesima dengan Lendra yang bisa sangat tenang. Mungkin karena pria itu lebih berpengalaman sehingga sudah biasa menghadapi orang berumur diatasnya.

Keduanya keluar dari mobil Lendra dengan perlahan. Sejujurnya Lendra sedikit gugup sejak bertemu dengan Gian dua hari yang lalu. Banyak sekali pikiran-pikiran tentang hubungan mereka. Dia yakin kalau percintaannya kali ini cukup alot karena restu dari orangtua Sienna.

Sienna tersenyum saat asisten rumah tangganya membuka pintu untuknya dan Lendra. Langkah mereka semakin masuk ke dalam rumah mewah itu. Tanpa Sienna tahu jantung Lendra berdegup dengan cepat, tapi pria itu dengan mudah menyembunyikannya.

Bagaimana tidak gugup, Lendra sekarang berhadapan dengan mantan bossnya sekaligus orangtua kekasihnya.

Di meja makan sudah ada kedua orangtua Sienna dan Gian. Ketiganya menatap kedatangan Lendra dan Sienna. Papa Sienna menyuruh Lendra dan Sienna untuk duduk.

“Ayo makan dulu, setelah itu kita mengobrol.”

Sienna mengangguk, dia melirik sekilas mamanya yang hanya diam. Kedua orangtuanya sangat dingin dan kaku, tapi papanya masih lebih baik dalam bersikap dengan orang baru. Mamanya terlalu memandang status orang lain, sedangkan papanya tidak.

Menu makan malam ini sebenarnya sangat enak. Tapi Lendra tidak bisa menikmatinya. Dia sibuk dengan pikirannya. Melihat mama Sienna yang hanya diam, membuat nyali Lendra berkurang beberapa persen. Optimismenya menguap entah kemana.

“Kamu bekerja dimana sekarang? Gian cerita kalau ada kesalahan sehingga dia tanpa sengaja memecat kamu.”

Lendra mulai bercerita pekerjaannya. Pertanyaan yang keluar dari mulut papa Sienna dia menganggap sebagai awal mula interview tentang pantas atau tidak dirinya bersanding dengan Sienna.

“Jadi ada apa kamu datang kesini, Lendra?”

“Maksud kedatangan saya kesini, saya ingin melamar putri Bapak dan Ibu.”

Sienna dan Gian cukup terkejut dengan perkataan Lendra. Pria itu tidak memberitahu kalau dia ingin melamar Sienna di depan kedua orangtuanya. Sienna pikir Lendra hanya ingin meminta izin dekat dengannya, tapi ternyata tidak. Sedangkan kedua orangtua Sienna saling pandang. Papa Sienna tersenyum tipis.

“Sienna pastinya sudah memberitahu kamu kalau saya sudah menyiapkan laki-laki untuknya.” Sofia akhirnya buka suara setelah sekian lama bungkam.

“Iya, Sienna sudah bercerita. Tapi-“

“Kamu sudah tahu tapi kamu berani melamar putri saya? Kamu punya apa? Dibandingkan dengan kamu, calon yang saya siapkan untuk Sienna jauh lebih bisa membahagiakan putri saya.”

“Ma-“ Sienna mencoba menyela perkataan mamanya, perkataan mamanya yang seperti ini yang membuat Sienna tidak menyukai sikap mamanya. Mamanya terlalu mengagungkan status sosial mereka.

“Jangan berani bicara cinta, kamu mau memberi putri saya makan dengan cinta? Cari wanita lain yang sebanding dengan kamu. Langit dan tanah tidak akan bisa bersanding.”

Papa Sienna mengusap lengan istrinya, menyuruh istrinya untuk tenang. Sedangkan Sienna, menatap Lendra khawatir. Dalam keadaan seperti ini Sienna ingin memiliki kemampuan membaca pikiran, Sienna ingin membaca apa yang dipikirkan Lendra, karena pria itu hanya diam, saat mamanya merendahkannya.

Melihat keadaan yang akan semakin kacau, Papa Sienna menyuruh Gian untuk membawa Lendra keluar dari rumahnya. Sienna yang ingin ikut beranjak terhenti saat mendengar perkataan mamanya.

“Mama bisa menghancurkan kost dimana teman-teman kamu tinggal kalau kamu masih bersikeras berhubungan dengan pria itu.”


***

Sejak semalam Sienna tidak keluar. Setelah kepergian Lendra gadis itu mengurung diri di kamar. Dia tidak diizinkan pergi dari rumah oleh mamanya. Gian tentu saja kasihan dengan nasib sang adik. Sehingga dia berencana berbicara kepada mamanya.

Taman bunga itu terlihat sangat cantik, Sofia sangat menyukai bunga. Wanita paruh baya itu rajin sekali merawat bunganya. Menurut Gian hobby mamanya merawat bunga tidak cocok dengan sifat yang dimiliki mamanya. Karena wanita yang menyukai bunga identik dengan wanita yang penyabar dan penuh kasih sayang, sedangkan mamanya tidak.

"Ma, aku mau bicara."

Sofia menghentikan kegiatannya. Dia membersihkan tangannya sebelum berjalan menuju kursi di pendopo yang dekat dengan taman.

"Kenapa Mama gak bisa kasih restu ke Sienna dan Lendra?" Gian menatap wajah mamanya yang datar.

"Mau ditaruh dimana muka Mama sampai mama kasih izin putri Mama menikah dengan seorang duda?"

"Untuk apa mendengarkan omongan orang? Bukankah Mama ingin putri Mama bahagia? Bukankah Mama berjanji untuk merestui apapun keputusan Sienna setelah aku memberitahu kebenarannya?"

Sofia menatap Gian dengan mata berkaca-kaca. Gian terkejut dengan reaksi mamanya, karena ini kali pertama Gian melihat mamanya menangis.

"Kamu gak tahu perasaan Mama gimana Gian."

Gian berjalan menuju Sofia, memeluk tubuh mamanya. Mencoba menenangkan mamanya. Sekeras apapun mamanya, mamanya hanya seorang wanita yang akan menangis jika beban yang dia pikul terlalu banyak.






























To be continue...

Mas Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang