"Jen, ini gimana cara ngisinya?" Dito berjalan menghampiri Jenna yang sedang fokus dengan komputer di hadapannya.
Saat Dito sudah berdiri di sampingnya, Jenna mendongak untuk menatap Dito yang lebih tinggi darinya. Dahi Jenna mengernyit, bertanya-tanya apa maksud Dito bertanya padanya. Jenna ini baru masuk kerja loh, lagi pula itu sudah menjadi pekerjaan Dito sehari-hari bahkan sebelum Jenna masuk kerja di sini.
"Maksud lo nanya gini ke gue apa, Bang? Mau ngeledek?" tanya Jenna dengan muka masamnya.
Dito segera menggeleng sambil menyilangkan tangan. "Bukan, ini gue serius nanya, Jen."
Jenna masih mengernyit. Tak terima dengan sikap Dito yang seolah sedang mengolok-oloknya. Jenna tidak suka diremehkan seperti itu. Memang Dito tidak terang-terangan mengolok-oloknya, tapi bertanya pada seorang amatir seperti Jenna membuatnya merasa diremehkan secara tidak langsung. Oh, atau Dito sedang menguji Jenna untuk dilaporkan ke atasan?
"Isi sesuai arahan aja," jawab Jenna cuek dan kembali fokus pada layar komputer di hadapannya.
"Ajarin gue dulu, Jen." Dito menusuk-nusuk tangan Jenna dengan jari telunjuknya.
Jenna menatap tangannya yang disentuh Dito. Seolah ada aliran listrik yang menyengat, Jenna merasakan sebuah keanehan di dadanya. Kemudian, ia menatap Dito yang tersenyum padanya sambil terus menyentuh tangan Jenna dengan jari telunjuk.
Segera Jenna menarik tangannya saat perasaan aneh di dadanya semakin menjadi-jadi. Jenna menyentuh tangannya sendiri sambil menatap Dito dengan tajam. Tidak tahu, ya? Kalau Jenna ini kaum physical touch? pegang dikit, baper!
"Eh, maaf Jen, gue nggak ada maksud apa-apa."
Jenna berdeham dan kembali bersikap senormal mungkin. Ia mengambil alih kertas yang dipegang Dito dan membacanya sekilas.
"Padahal ini tinggal diisi sesuai survey yang udah lo lakuin. Kalau dana udah direalisasikan, lo jelasin di sini realisasi kira-kira udah berapa persen. Dananya udah digunain buat apa aja, terus tinggal lo lampirkan foto hasil survey lapangannya, Bang."
"Oh gitu." Dito mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum menatap kertas yabg sudah berpindah ke tangannya.
"Lo serius nanya atau cuma mengolok-olok gue sih, Bang?" kesal Jenna kemudian memukul lengan Dito.
Jelas-jelas Jenna sedang pusing, Dito malah datang mengganggunya. Dan pertanyaan yang ditanyakan pun tidak bermutu sama sekali.
"Serius ini, Jen." Dito mengusap tangannya yang dipukul Jenna. "Ngomong-ngomong, lo lagi bikin apa?" Dito mengintip ke layar komputer Jenna.
Pandangan Jenna langsung beralih pada layar komputer. Kursor yang sedari tadi sudah berkedip menjadi perhatian utamanya saat ini. Sedari tadi Jenna kesulitan dalam perkejaannya. Tapi Jenna tidak tahu harus bertanya pada siapa.
"Bang, laporan perjalanan dinas itu kayak gimana, sih?" tanya Jenna.
"Lo tinggal bikin laporan hasil survey lo, Jen."
Lihat, ini Dito yang menanyakan perihal cara mengisi blangko instrumen padanya. Padahal ilmu Dito dalam pekerjaan ini sudah melebihi Jenna. Jenna semakin yakin bahwa pertanyaan Dito tadi hanya diajukan untuk mengolok-oloknya.
"Iya, gue tau ini tinggal ngetik hasil survey kemaren di sini. Tapi formatnya gimana?" tanya Jenna sambil memutar matanya kesal.
"Harusnya di komputer inj ada draftnya sih," ucap Dito sambil meraih mouse yang ada di sebelah kanan Jenna.
Refleks, Jenna mundur karena tangan Dito. Ia sedikit salah tingkah saat tubuh Dito makin mendekat saat menunduk menatap layar komputer. Sontak saja hal ini membuat Jenna menahan napasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Request Jodoh
RomanceTuhan, tolong kasih aku jodoh sekarang. Nggak muluk-muluk, aku mau yang ganteng, baik, dan ber-uang.