15

120 18 1
                                    

yunho membawa hwana ke lantai 3, berhubung mereka akan membicarakan sesuatu yang sangat privasi, tak salah yunho memilih tempat dari sekian banyak ruangan di rumahnya. hanya ruangan kosong dengan beberapa bingkai foto keluarga yang sangat harmonis dan disudut ada karpet pilates juga sound system kecil yang biasanya digunakan ibu yunho dkk.

tidak mungkin mereka bicara di kamar kan..

yunho turun sebentar mengambil cemilan dan minuman sementara hwana keliling lebih tepatnya memandang foto di dinding satu persatu.

hwana mendengus geli pada foto yang sangat familiar. foto yunho kecil yang sempat dikira anak-anak saat itu. beberapa foto keluarga lengkap dan ada foto grid, sepertinya foto adik yunho yang sampai sekarang hwana belum ketemu.

"lu belum pernah ketemu geonho ya?" kejut yunho dari belakang.

"dia ada di rumah?"

"ga sih, dia kuliah di luar."

yunho meletakkan cemilan dan minuman di tengah tengah ruangan.

"ayo duduk.."

hwana memposisikan untuk duduk dengan nyaman, sangat berat rasanya bercerita tapi kalau tidak melakukannya sama sekali hatinya takkan lega.

"em gini, sejauh mana lu kenal gue?"

yunho mengerutkan dahinya, "na, serius, kalo lu belum siap cerita ga-"

"ga mungkin gue ga siap," tegasnya.

yunho cukup lama mengamati wajah hwana yang penuh dengan ekspresi bingung, sedih, takut, dan frustasi.

"sudah cukup jauh, kalo lu mau nambahin gue bakal dengerin," mata yunho meneduh, tubuhnya gerak sedikit mendekat hwana.

"lu tau gue ga punya siapa-siapa di du-.."

"ga lu salah," potong yunho cepat.

"lu harus lihat sekeliling lu yang benar-benar ga punya siapa-siapa."

yunho menatap tepat di mata hwana, "terus lu anggap siapa gue, kak hongjoong, san, wooyoung, dan ayah tiri lu?"

"lu kayaknya belum ngerti sam-"

"ga, gue paham banget maksud pikiran lu. kali ini apa lagi?"

hwana kesal kalimatnya selalu dipotong, dengan cepat ia membuka pesan yang dimaksud dan melempar hpnya ke yunho.

laki-laki itu tertawa sinis, "lu harusnya ga usah berhubungan lagi sama wanita itu. surga lu udah gada di dia lagi."

"tapi data-data pribadi gue yang dipalsuin.."

"lu pernah bilang, kakak lu nyuruh buat pindah kartu keluarga dan bodohnya lu gamau, kenapa?"

hwana terdiam. yunho sebenarnya tidak tega untuk mengatakan hal ini tapi semoga bisa membuka pikiran baru dan pastinya jadi solusi terbaik.

"jangan nempatin diri seolah-olah lu paling kesepian di dunia. banyak yang harus dikasihani daripada lu yang masih bisa ngeyam pendidikan, kerja, makan, tinggal di rumah mewah, berkecukupan. coba lu lihat ke bawah, ke orang-orang bawahan yang ga bisa sekolah, makan susah, pekerjaan ga ada, tinggal di tempat ga layak dan selalu kekurangan. itu yang pantas dikasihani."

"yun.."

"entah lu mau denger solusi dari gue atau ngga, gue setuju sama kak hongjoong. hwana, mulai hidup baru bukan berarti lu bakal kehilangan semuanya."

"dia ibu gue.." suaranya mengecil saat yunho menatapnya lebih tajam.

laki-laki itu paham hwana punya truth issue dan gangguan mental lainnya, dia pun tidak yakin bisa mengubah pola pikir hwana yang di mana harga dirinya sudah jatuh sejatuh-jatuhnya.

seperti, dia menganggap dirinya tidak pantas padahal pantas. dia menganggap jika melepaskan ibunya dia akan berdosa, dia menganggap semua orang akan menghilang setiap dia membuat keputusan, dan dia menganggap tidak ada yang namanya cinta.

"dari yang pernah lu ceritain, siapa yang nemenin lu mancing dari kecil buat ngobatin trauma lu? siapa yang nyariin kabel buat ngisi waktu luang lu? siapa yang nemenin dan semangati lu pas tes masuk kuliah? lu yakin semuanya dilakuin sama orang yang lu sebut ibu itu?"

hwana mulai menangis, yunho mengambil satu bungkus chiki besar untuk hwana peluk.

"jangan terus buat orang bahagia kalo lu sendiri belum ngerasain itu. sedikit egois gapapa tapi rela itu harus. terlepas lu gada ikatan darah sama keluarga kakak tiri lu, gue yakin udah lama mereka berharap lu resmi masuk keluarga mereka. relain ibu lu orang kayak gitu susah berubahnya, mencari surga bukan hanya di situ saja dan dosa pun masih bisa dihapuskan. tuhan udah ngasih perantara tapi lu selalu menghindar."

yunho meraih satu tangan hwana untuk digenggam, "gue tau hati lu mulai berontak, lewat gue sebagai perantara tuhan, gue mohon cari tempat aman buat berlindung dan jangan pernah pergi ke jalan yang salah. di sini gue peduli banget sama lu, gada yang mau lu hancur selain dia."

banyak tutur kata yunho yang menyadarkan hwana, kata-kata yang menamparnya di awal. pertama, selama ini mungkin hwana tidak sadar kalau ia terus mencari kebahagiaan orang lain dan melakukannya untuk orang lain juga. meskipun hwana bisa berdalih kalau kebahagiaan orang juga kebahagiaannya tapi hati kecilnya tidak setuju.

kedua, ketika hwana berpikir dunia ingin dia hancur, perasaannya tidak sampai dan mengabaikan beberapa orang terdekat yang ingin dunia hwana selalu penuh kebahagiaan.

ketiga, tersimpan dalam otaknya bahwa ibu adalah segalanya tidak peduli kalau ibu tersebut tidak pantas disebut ibu. hwana takut apabila tidak menghormati atau menuruti ibunya, hidupnya akan penuh kesialan.

keempat, sepertinya hwana menemukan tempat ternyaman selain dirinya sendiri, yang berkata sangat peduli padanya tanpa tatapan ragu atau bualan semata. tapi kali ini hwana belum bisa menganggap serius masalah suka atau tidaknya mereka satu sama lain. gadis itu ingin hubungan mereka terus mengalir dan apabila harus berhenti, hwana harap tidak sesakit dulu karena tingginya ekspetasi.

"gue temenin kalo lu mau berubah pikiran masalah kartu keluarga, gue bantu sebisa mungkin. gue gamau lihat lu pusing kayak gini."

yunho mengambil bungkus chiki yang sebelumnya dipeluk gadis itu, "lu boleh habisin ini tapi jangan lupa minum air putih yang banyak. gue tinggal dulu ya, mau ambil paket di ekspedisi."

hwana menatap cemilannya dengan rasa bersalah, ketika yunho berdiri dari duduknya, hwana menautkan tangan kecilnya dengan telunjuk yunho, menahan laki-laki itu sebentar.

"kalo orangtua lu pulang gue harus gimana?"

"makanya di sini aja, mereka jarang naik ke atas."

"tapi kalo tiba-tiba naik gimana?"

yunho menghela napas gemas, tangan itu belum lepas dari telunjuknya dan hidung hwana sibuk mengendus bumbu chiki di tangan satunya.

"gue pikir lu mau sendiri dulu."

"buat apa sendiri kalo ada lu di sini?"

"jadi gimana, lu mau ikut?"

"iya gue butuh angin seger."

tbc.

me after you | jeong yunho ATEEZ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang