Say something

2 0 0
                                    

Hari itu adalah akhir pekan, cuacanya sangat cerah dan kehangatan pagi menyelinap masuk pintu kamar Rachel. Rachel sedang seperti biasa melakukan rutinitas paginya, menggulung diri di ujung kamar sambil memperhatikan layar ponselnya. Salah satu app yang sangat sering Rachel buka adalah instagram. Di statistiknya, Rachel menggunakan instagram sekitar 5 jam per harinya. Instagram adalah bak jendela luar dunia bagi Rachel. Saat ini dia sedang melihat-lihat story-story dari anak anak SMA yang sedang menikmati akhir pekan mereka dengan pergi ke mall atau pergi ke luar kota.  

Iri adalah hal pertama yang melintas di kepala Rachel.

Mereka terlihat sangat bebas, anak-anak muda yang masih tidak khawatir akan hidup. Yang mereka lakukan hanyalah bersenang-senang dan menikmati waktu yang mereka miliki di Tunika ini. Menghabiskan waktu, tucks Rachel, sangat tidak bermanfaat. Tapi dengan cara itu, Rachel tetap tiidak bisa mengeluarkan mereka dari pikirannya.

Oh, seandainya dia adalah manusia normal, yang bisa menikmati hidup sebagaimana mestinya. Rachel sangat tahu bahwa dia lahir di keluarga yang berkecukupan, apabila dia mau, Dia bis melakukan apapun yang hatinya inginkan. Dia merasa muak. Muak akan dirinya yang tidak bisa melakukan apa-apa, muak akan dirinya yang selalu ketakutan, muak akan keluarganya yang selalu berusaha untuk melindunginya.

Dia muak dengan dunia ini.

Seberapapun Rachel membenci dun ini, anehnya dia tidak ingin meninggalkannya. Tidak hanya karena merasa dia memiliki tanggung jawab terhadap orang tuanya, yang sudah berusaha sebaik mungkin untuk membesarkanya, membayar biaya therapinya yang sangat tinggi. Rachel merasa sangat bersyukur bisa lahir di keluarga yang sangat menyayanginya, tapi ada saatnya dia merasa, bahwa terlalu menyayangi juga bisa menjadi hal yang meracuni dirinya.

Semuak-muaknya dia dengan dunia ini, dia merasa belum siap untuk pergi. Selama 6 tahun ini dia telah mengunci dirinya di kamar untuk perlindungan. Tetapi semakin dia berumur, dia merasa mengurung diri di kamar tidaklah semasuk akal itu lagi. Di stak Umur 10 tahunnya, mengurung diri di kamar akan melindunginya dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang menunggunya di luar. Semakin lama dia mengurung diri, dia mulai merasa bahwa lebih banyak hal yang terambil darinya daripada melindunginya. Kesempatannya merasakan kenikmatan-kenikmatan dunia ini, hilang sudah.

Rachel ingin berubah, tapi dia tidak tahu bagaimana. Tapi dia tahu, bahwa dialah yang harus melangkah pertama dahulu. Jadi hari itu Rachel bertekad, bahwa dia akan melakukan semua cara, yang akan membebaskan dirinya dari kurungan pikirannya selama ini.

We Who Stayed in the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang