Chapter 3: How this starts

7 0 0
                                    

Amy

"Eh, hari ini ujannya deres banget nih. Jadi ngga kita ngopi bareng?" tanya Lindsy. Lindsy adalah sahabat dekat Amy sejak dia pertama kali masuk SMP. Mereka sedang membicarakan di telefon tentang pertemuan mereka siang ini.

"Iya nih, deres banget. Tunggu aja deh siapa tau nanti juga berhenti sendiri."tukas Amy. 

"Iya deh, telponn guwe ya kalo mo brangkat."

"Sip-sip, cuss"

"cuss"

Amy menggaruk-nggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pada awal semester ini, Pak Sam memberikan tugas kepada anak kelas 12 C untuk membuat jurnal tentang masalah-masalah yang ada di dunia saat ini.

Amy sangat membenci kelas Pak Sam. Menurutnya kelas Pak Sam tidak memiliki mutu sama sekali dan tidak berguna untuk masa depannya. 

Sejak dulu Amy selalu bermimpi untuk menjadi seorang diplomat. Oleh karena itu dia selalu mendapatkan nilai tertinggi dalam kelas-kelas bahasa, OKn dan hal-hal yang berbau 'kediplomatan'. Dia bahkan mengikuti kelas debat untuk mengasah kemampuanya dalam berbicara dan berpikir kritis.

Amy menyukai seluruh mata pembelajaran itu kecuali kelas Pak Sam. Di Sekolah Amy, ada jurusan minat yang sahib dia ambil. Karena pilihannya hanyalah Sejarah dunia dan Permasalahan dunia, ia memilih permasalahan dunia karena dia menganggap ini bagus untuk pengenalan terhadap dunia internasional.

Tetapi Pak Sam terkenal menjadi tipe guru yang suka memberikan Tugas dan Proyek yang tidak memiliki mutu sama sekali. Seperti contohnya tugas semester ini untuk membuat sebuah jurnal tentang permasalahan-permasalahan yang kau anggap menarik di dunia ini.

Untung saja tugas ini tugas partneran. Partner Amy, Lindsy adalah teman masa kecilnya sejak SMP . Dia satu-satunya yang paham betul mengapa Amy ingin menjadi seorang diplomat. 

Sudah berminggu-minggu Amy menunda tugas ini karena ia tidak menemukan motivasi untuk mengerjakannya. Sudah sekitar 5 kali Amy pergi kerumah Lindsy untuk mengerjakan PR ini bersama tapi malah berakhir dengan curhat-curhatan tak jelas dan makan Pizza. Hari ini tiba-tiba Amy menemukan motivasi untuk melanjutkan tugas ini, eh tapi malah hujan. Amy sudah mulai putus asa dalam mengerjakan tugas ini.

Amy beranjak dari kasurnya dan duduk di meja belajarnya, menyalakan laptop, dan merenggangkan jari. Dia mengetikan judul untuk Jurnalnya.

Dia memikirkan topik-topik apa saja yang mungkin menarik untuk jurnalnya.

Hmm, ekonomi dunia?

Politik antara Cina dan Amerika?

Sampah Plastik?

Sebenarnya pilihannya ada banyak sekali, tapi dia belum tahu apa yang akan cocok dengan jurnalnya.

"Ahh, pusing deh.."

Dia beranjak dari kursinya dan merebahkan diri kembali ke kasur.

"Ahh, enaknya kalo aku bisa tiduran kaya begini."

Selama 30 Menit Amy tertdiur pulas diatas kasurnya yang sangat empuk. Dia sedang bermimpi tentang menjadi seorang diplomat dan mengunjungi Amerika serikat ketika tiba-tiba Handphonenya berdering dengan sangat kencang.

Sambil tetap memjamkan mata Amy meraih Handphonenya yang terletak meja sebelah kasurnya.

"Huahm apa?"

"Eh, udah reda nih hujannya. Jadi otw ngga?"

Amy memutar tubuhnya kearah kanan sehingga menatap jendela kamar. Matahari sudah mulai keluar dari awan dan hujan sudah kelihatan lebih ringan dari sebelumnya.

"Iya deh jalan aja deh. Gw otw 20 mnit lagi ok? Lu tunggu gw aja disana."

"Jangan lama ya lo! Buruan."

"Iya, iya"

Amy mengusap ngusap matanya dan beranjak dari kasurnya. Dia melemparkan tempat pensilnya, laptop, payung, binder dan beberapa buku catatan kedalam tasnya. Kartu flashnya yang berwarna pink juga tidak lupa dia masukan ke dompetnya. Busnya sepertinya datang sekitar 10 menit lagi.

Dia mengenakan jaket hujannya yang berwarna hitam dan mengikat tali sepatunya. Setelah siap dengan semua peralatannya dia keluar dari pintu kamarnya dan berderap ke lantai bawah.

"Maah, aku pergi sama Lindsy dulu yaa."teriaknya sambil berjalan kearah pintu depan.

"Iyaa,jangan lupa mantel ujan sama payung ya nak!"

"Iya mah."

Amy membuka pintu depan dan berjalan keluar.

Sebenarnya matahari sudah mulai keluar dari awan-awan, hanya saja masih sedikit mendung sehingga masih membawa vibes vibes ngantuk. Dia menatap jamnya yang menunjukan waktu sekitar 14.27. itu berarti busnya akan tiba dalam 3 menit lagi. Untung saja halte busnya tidak sejauh itu dari rumah Amy.

Fonsie's adalah salah satu cafe kesukaan murid murid sekolah Amy. Tapi Amy memang sudah menyukai Cafe itu sejak dia SMP. Lindsy dan Amy sering sekali bermain disana, menggambar, membaca. Amy juga suka kesana sendirian karena menurutnya dirumah sangatlah sumpek atau kadang dia ngafe di rumah Lindsy. Lindsy termasuk salah satu anak orang kaya di kotanya. Tapi dia sangat rendah hati dan tidak banyak suka menyombongkan kepunyaanya. Sayangya dia memiliki penyankit kebanyakan orang kaya, yakni boros.

Sebenarnya cafe Fonsie's menyediakan kopi yang cukup enak tapi termasuk biasa saja. Hanya saja suasana di Fonsie sangatlah cocok untuk belajar dan bermain. Cafenya besar dan memiliki banyak sekali bilik. Setiap bilik memiliki semacam tembok kacanya sendiri yang lumayan kedap suara, sehingga saat mereka belajar tidak ada suara yang menfanggu.

Selain itu di Fonsie's ada semacam taman yang bisa digunakan untuk piknik besama dan ngopi di rerumputan. Bantal bantal dan kursi taman atau menja pinik sudah disediakan disana. Posisi dan pemandangannya sangat disukai oleh murid murid SMA Richton High, yakni sekolah Amy dan Lindsy. Sayang sekali kalau hujan biasanya taman ini sangat sepi.

Amy memencet tanda Stop di bus saat dia melihat halte yang ditujunya sudah dekat. Dia berteriak terima kasih ke sopir bus hingga dia tanpa sengaja memencet rem mendadak. Untung saja Amy tidak terguling dari Bus saat menuruni tangga.

Halte busnya terletak persis di seberang Fonsie's dan dari jauh saja si Amy bisa melihat sahabat kecilnya menunggu di pintu depan. Bukan karena mata Amy masih berfungsi dengan baik, tapi karena sahabatnya mengenakan topi sangat besar yang super duper aneh. Topi itu berwarna pink cerah dan memiliki rumbai rumbai di sekitarnya. Saat itu sepertinya Lindsy tidak meilhat Amy karena tertutupi oleh topinya yang sangat besar.

"BA!" teriak Amy di belakang Lindsy.

"Astagaa, apa sii KAUU!" jerit Lindsy.

"Lu ngapain make topi segede jaban kesini!"

"Eala, tau ga, gw tu diboongin sama toko online. Di fotonya tu topinya sumpa kliatan kecil, tapi pas gw pake ternyata gedenya sejaban. Anjing banget ga sihh." omel Lindsy.

"Lah, trus kok malah lu pake? Jelek amat."

"Lah masa guwa buang, Amit amit sayang teh. Mending gw jadiin aja payung sekalian"

"Iya iya daripada mubazir. Udha yuk masukk."

Mereka berdua pun masuk Fonsie's.

We Who Stayed in the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang