Chapter 6

4 1 0
                                    


Amy

"Lama bener lu!" teriak Lindsy. 

"Sori sori, gw harus bantuin orang nyebrang jalan tadi."kataku sambil mengambil tempat duduk di seberang meja.

"Tumben banget lu mau bantuin nenek nenek nyebrang jalan."

"Bukan nenek nenek ini."

"Ah bomat, gimana ketemu ga kartunya?"

"Eh kartu?"

"Kan kartulu ilang tadi gimana sih?" Lindsy jadi heran denken gelagat temannya yang satu ini.

"EH IYA, KARTU GW!" Amy menampar pipinya dengan kedua tangannya.

"CKCKCK.." Lindsy menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lupain dah, gw ikhlasin aja"

"Serah lulu, ini PRnya gimana nih?" 

"Aduh, boleh ga kita lanjutin besok aja Lind? Gw udah aga males deh ini."melasku. 

"Lah, terus kita kerjainnya kapan lagi dong?"

"Senin deh, gw janji deh kita senin selesaiin seperempatnya."

"Bener lo ya."

"Iyaa." jawabku. 

"okeyyy." Lindsy merapikan barang-barangnya dan memasukannya ke tas. 

Setelah membayar minuman kita, kita keluar bareng dari Fonsie's.

"Eh, mau main ke rumahku ngga?, aku baru aja nih beli buku bagus banget. Mau baca bareng ga?" tanya Lindsy.

"Ngga hari ini deh boo, gw capee."

"Tumben lu gamau main sama gw. Cape knapa?"tanyanya Sambil menggembungkan kedua pipinya.

"Ada deh." jawabku usil.

------------------3 tahun Sebelumnya-----------------------------

"Amekk!" Aku mendengar sesorang memanggilku dari belakang. Aku yang tadinya berlari 10 km/jam harus mengerem dan akibatnya badanku sedikit oleng karena harus berhenti mendadak. Untungnya aku memiliki cukup waktu untuk mengembalikan keseimbanganku. Tanganku jatuh kedepan memegangi lutuku, sementara aku berusaha menarik nafas dan melaraskan detak jantungku.

Sedetik kemudian aku merasakn gebugan di tulang belakangku. 

Adrian, si pemilik suara tersebut hampir saja menubrukku. Untung saja dia sempat berbelok, kalau ga ini bakal jadi semacam adegan bowling ball di tengah lorong.

"Ihh lu ngapain sih kejar-kejaran segala!" omel gw sebel. Aku masih termenggeh-menggeh,jadi kunaikan kedua tanganku dan kuletakan keduanya di pinggangku. Aku terlihat seperti mama-mama yang mau menggebugi anaknya. 

Adrian cuma bisa nyengir. 

Cengiran dia tut sontak bikin gw kesel tapi juga ter "bling-bling". Adrian, si kapten Tim Angklung, dinominasi tahun ini sebagai salah satu wajah tertampan di SMP kita. Memang sie  dia itu diberkati Roh-roh yang diatas denken ketampanan bak pendular clang di serial Cina. Ditambah lagi dia tingginya bak pohon pinus, yang memberikan poin plus dalam membuat cewe cewe diam menggila melihat tampangnya, salah satunya gw. Gw sampan sekarang masih terheran-heran melihat wajahnya yang runaway terse but. Sayang sekali dia bodoh.

We Who Stayed in the DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang