Amy
Hari ini hari senin. Kebanyakan murid sangat membenci senin karena itu berarti bahwa liburan telah selesai dan mereka harus kembali dalam keseharian mereka, mengerjakan PR, ulangan, pelajaran dan hal lainnya yang membosankan.
Tapi senin sangat berbeda bagiku. Karena hari senin adalah hari dimana aku bisa memamerkan model rambut baruku, baju yang baru saja aku beli atau trend terbaru.
Aku sangat menyukai grand entryku saat pertama kali masuk sekolah setelah liburan. Aku sangat menikmati pandangan iri orang-orang terhadapku. Tetapi beberapa hari ini semuanya berubah.
Setelah kematian Adrian semua orang menatapku dengan pandangan simpati dan buaknnya iri hati. Semua orang sepertinya memandangiku dengan tatapan kasihan, sehingga membuatku berpikir, apakah memang seharusnya aku berakting sedih karena kematian Adrian? AKu sangat membenci berakting sedih. Tidak bisakah semuanya kembali dengan normal?
Seperti pagi ini, aku berangkat ke sekolah mengikat ekor kuda rambutku tinggi tinggi dengan model ala Ariana Grande. Aku juga mengenakan tank top kuning cerah plus rok kotak kotak diatas lutut. Aku paling membenci harus bersikap manis kepada orang, karena itu aku jarang sekali memakai pakaian yang manis. Aku tersenyum miring didepan cerminku, mengenakan kacamata hitamku, menenteng tas sekolahku dan keluar dari pintu kamarku.
Seperti biasa, orangtuaku sudah menungguku di lantai bawah. Sebagai bagian dari dietku, aku tidak memakan sarapan. Aku sering bergelut dengan kedua orangtuaku karena masalah ini. TApi setelah menunjukkan dari internet apa keguaan dari intermitant fasting, mereka membiarkanku melakukannya.
"Morning, sayang." kata Ibuku sambil menurunkan bacon dan telur goreng dari panci penggorengan ke piring ayahku. Ayahku seperti biasa sedang membaca koran pagi sambil meminum kopinya. Terkadang aku merasa bahwa kedua orang tuaku sebenarnya tidak terlalu cocok antar satu dengan yang lainnya. Ibuku sangatlah cheerful. Dia tipe yang bangun pagi mengatakan "PAgi ini cerah sekali" dan melompat lompat ke dapur sambil menyiapkan sarapan. Dia selalu menjadi tipe ibu yang posoítif. Sedangkan ayahku adalah tipe yang sangat serius. Dia selalu serius dengan apapun yang dia kerjakan, baik itu kerja maupun urusan rumah. Oleh karena itu aku tidak biasa menceritakan masalahku kepadanya.
Sebenarnya aku tidak pernah menceritakan masalahku ke keduanya. Aku mengambil duduk di ujung meja di sebelah kiri ayahku. Untuk sesaat ayahku melirikku dari balik korannya dan mengomentari pendek "Ngejreng skali bajumu.".
"Ini sedang trend yah."ujarku sambil meneguk camomile teaku yang sudah dipersiapkan ibu di meja. Aku melirik jam. Sudah 6.30 dan sekolahku mulai jam7. "Oke, aku berangkat dulu yaa. seeya later." pamitku, menarik kunci mobilku dari laci dan berlari lari keluar. MObilku yang berwarna hitam tanpa atap sudah menungguku. AKu membuka otomatis pintu mobil dan masuk. KArena hari ini panas sekali aku mengambil kacamata hitam dari kompartemen dan mengenakannya, mengenakan sabuk pengaman, dan menstarter mobil.
Aku sangat menyukai udara pagi, oleh karena itu aku menurunkan atap mobilku agar bisa lebih baik menikmati udara pagi. Perjalanan dari rumahku ke sekolah tidak memakan waktu terlalu lama menggunakan mobil. Sesampainya di sekolah hampir setengah tempat parkirnya telah digunakan oleh orang. Murid murid senagkatanku sudah berjajar semuanya dan asik berbicang bincang dengan satu sama lain di halaman parkir. Aku melihat mobil sahabatku Lindsy yang berwarna pink sangat cerah terparkir rapi di salah satu tempat parkir. Untungnya ada tempat kosong persis di sebelahnya yang langsung aku ambil dalam kedipan mata.
Seperti biasa aku tidka selalu alngsung turun dari mobil begitu masuk ke tempat parkir. Aku mengeluarkan compact mirrorku dan membenarkan terlebih dahulu riasanku. Sebenarnya aku bukan tipe yang sangat suka merias wajahku. Aku hanya menggunakan lipstick berwarna pink, sedikit blush dan eyeliner. Setelah menatap penampilanku yang lumayan oke aku pun turun dari mobil.
Rachel
Hari ini hari senin. Artinya aku harus kembali ke sekolah dan menjalani aktivitas biasaku. Hari ini Ibu yang mengantarku ke sekolah. Aku mengenakan kaos hitam dan jaket hitam metalik punyaku. Disertai dengan rok hitam legam bagaikan langit pasifik.
Aku sebenarnya tidak membenci hari senin, aku hanya membenci rasanya kesepian. Aku melihat teman-temanku seangkatan berkerumun menjadi satu, berbincang-bincang tentang liburan mereka. Sedangkan aku hanya berdiri di pojok, berpura pura membaca di lokerku sambil sekali-sekali mengintip mereka dari balik bukuku. Rasanya pasti enak sekali memiliki orang yang bisa diajak bertukar pikiran.
Seperti saat ini aku sedang berdiri di depan lokerku sambil membaca buku novel. Mataku terarah sekali sekali ke sebuah geng yang sedang berbincang bincang di bagian paling depan loker. Kebanyakan dari mereka terdiri dari anak anak pengusaha yang kaya di sekolahku. Aku tahu, karena kebanyakan dari orangtua mereka mengenal ayahku. Aku tidak terlalu mengenal grup itu selain mereka sangat populer di sekolah karena sejujurnya aku tidak terlalu peduli. Ada satu wajah yang sangat aku kenal di geng itu dan itu adalah Lindsy Sterling. Dia sebenarnya anak yang sangat baik dan rendah hati, hanya saja mulutnya sangatlah lebar. Dia adalah biang gosip sekolah, tapi meskipun begitu da banyak sekali orang yang tergila gila dengannya. Mereka semua akan mati demi bisa mendekati dan bersahabat dengan Lindsy.
AKu mengalihkan perhatianku kembali ke bukuku.
Amy
"Disitu kau rupanya." teriak Lindsy. Dia berlari lari kecil ke arahku dan memelukku.
Aku memeluknya balik.
"Ihh lesbe, lesbe"ujar cowo cowo di belakang Lindsy.
"Appan sii, ga penting." cobir Lindsy.
Cowo-cowo ini kebanyakan adalah teman-teman Adrian. Sejak aku dan Adrian berpacaran, aku dan Lindsy menjadi sangat dekat dengan geng Adrian.
Kecuali Raven.
Raven adalah teman masa kecil Adrian dan mereka sangatlah dekat.
sejak awal aku dan Adrian bertemu dia selalu sangat terlihat sangat membenciku. Bahkan setelah kita berpacaran dia selalu terlihat tidak tertarik dan tidak pernah mau apabila kita mengajaknya hangout bersama. Aku tidak pernah paham mengapa dia selalu menghindariku dan melihatku dengan pandangan tidak suka ketika melihatku dengan Adrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Who Stayed in the Dark
Teen FictionDi dunia ini semua orang memiliki karakternya masing masing. Beberapa orang diberkati oleh sifat-sifat menyenangkan dan optimism Salam menjalani kehidupan seperti keberanian, kepercayaan diri, dan kebaikan hati. Sebaliknya, beberapa orang yang tidak...