Rachel
Perjalanan kali ini benar-benar terasa berbeda dengan perjalananku yang lain. Saat aku ke sekolah, aku selalu diantar oleh ayah. Saat liburan, kedua orangtuaku selalu ada. Aku tidak pernah liburan bersama dengan teman. Satu-satunya tempat dimana orangtuaku meninggalkanku sendiriana adalah disaat aku bersama dengan dokter Shinta.
Dokter Shinta adalah therapistku. Seminggu sekali aku memiliki sesi dengannya untuk sekitar 2 jam. Untuk menyembuhkan paranoiaku aku juga mengikuti sebuah tempat sesi rahasia, dimana aku dan beberapa anak lain yang juga menghadapi hal yang sama berkumpul. Tetapi hampir semua disana tidak mengalami apa yang aku rasakan. Kebanyakan anak anak disana menghadapi permasalahan pada umumnya, seperti OCD, mythomenia(penyakit suka berbohong), kleptomania, pencandu alkohol dan rokok dan jenis jenis permasalah yang dihadapi oleh anak anak remaja di masa ini.
Saat mengadakan sesi cerita kebanyakan dari mereka tidak memahami yang aku rasakan tapi berusaha untuk tetap memberikan saran yang menurutku sama sekali tidak ada faedahnya.
Kenapa sesi ini disebut sesi rahasia?
Ini dikarenakan karena tidak semua anak disini ingin diketahui bahwa mereka memiliki disorder ini.
Saat aku pertama kali menghadiri sesi rahasia ini, sejujurnya aku sangat bergairah karena aku sangat gembira, aku bisa menceritakan seluruh ketakutanku kepada anak-anak lain yang juga mengalami hal yang sama dengan diriku.
Tetapi ternyata setelah berbicara dengan kebanyakan orang disana, kumulai mengetahui, bahwa mereka memiliki jenis masalah yang berbeda.
Bahkan di tempat dimana orang memiliki masalah, aku tetaplah berbeda.
Mereka tidak paham kenapa aku sangat takut pada klakson mobil, atau kenapa aku selalu berteriak ketakutan setengah jam sekali, ketika aku mengira bangunannya akan runtuh. Mereka akan memandangku dengan tatapan aneh dan bertanya tanya app yang sebenarnya salad engine kepalaku.
Aku sangat lelah dikira gila oleh orang lain.
-----------------
Rachel terbangun dari lamunanya dan sadar dia sudah melewati satu halte bus. Dia langsung panik dan memencet tombol berhenti bus. Untung saja haltenya tidak terlalu jauh dari halte bus depan Fonsie's. Rachel berlari turun dan berlari lari kecil ke halte bus yang satunya lagi.
Sasampainya di halte Bus Fonsie's dia termanggu. ada jalanan besar yang memisahkan antara Fonsie's dan halte busnya.
Rachel tidak pernah menyebrang jalan sendirian sebelumnya dan dia sangat takut terhadap jalanan. Tanpa terasa, jantungnya mulai berdegup kencang dan kakinya mulai terasa lemas. Fokusnya mulai hilang dan diapun jatuh terduduk di tanah.
"Ah, kamu, kamu kenapa?" teriak seorang gadis dari seberang jalan.
Rachel, yang pikirannya masih terselimuti dengan pikiran-pikiran gelap, tidak bisa merespon dan hanya bisa terduduk termanggu.
Amy
"Aduh itu kartu pasti jatuh tadi pas aku kesandung di bus." Amy ngedumel pada dirinya sendiri.
Dia menyambar pintu keluar Fonsie's dan berlari lari kecil ke arah halte bus.
Dari seberang jalan dia bisa melihat seorang gadis berbaju serba hitam berdiri di sebelah tiang halte bus sambil memegangi sisi kiri dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Who Stayed in the Dark
Teen FictionDi dunia ini semua orang memiliki karakternya masing masing. Beberapa orang diberkati oleh sifat-sifat menyenangkan dan optimism Salam menjalani kehidupan seperti keberanian, kepercayaan diri, dan kebaikan hati. Sebaliknya, beberapa orang yang tidak...