Bab 03 : Menemui Raja

2.4K 392 60
                                    

Yang awalnya berdua, lalu bertiga dan berakhir berempat. Mereka berjalan kearah Istana Begraven berada.

Istana megah yang didominasi warna emas itu mencuri perhatian Haechan. Dia berdecak kagum, melihat setiap bangunan tinggi dan ukiran indah yang terpahat pada dinding bangunannya.

Jadi seperti ini hasil penggambaran istana dalam novel yang ia buat.

Saat tengah melirik-lirik, ada satu hal yang membuat Haechan heran.

Ada banyak pohon bunga mawar yang tersebar dihalaman istana. Keharumannya semakin memikat, menarik perhatian Haechan untuk terus menghirupnya.

"Ada banyak pohon bunga mawar disini. Siapa yang menanam bunga mawar ini?" tanya Haechan.

"Kak Mara," jawab Jeanno. "4 tahun lalu kau pernah berteriak kalau Istana Begraven sangat bau. Kau juga berteriak heboh dengan mengatakan, 'Kenapa tidak ada pohon bunga mawar disini? Bunga itu bisa menutupi aroma busuk dari istana ini'. Semua orang yang mendengarnya, kaget. Keesokan harinya para tukang kebun dipinta Kak Mara untuk menanam banyak pohon bunga mawar dihalaman ini."

Hah? Terdengar sus untuk Haechan. Untuk apa juga Mara menerima permintaan bocah sinting seperti Hayan itu!

"Lalu, apa yang terjadi padaku?"

"Tidak ada. Hanya, Ayahmu sangat malu tapi tak bisa berbuat apa-apa. Sedangkan orang lain lebih malas lagi untuk terlibat denganmu," kata Jeanno.

Haechan mengernyit. "Kenapa?"

Jeanno menoleh padanya. "Apa lagi? Kau akan lebih menjadi-jadi lagi jika ada orang yang berani menentangmu. Kau hanya membuat orang lain merasa pusing. Berterima kasihlah padaku karena telah menerimamu menjadi temanku."

"Cih," decih Haechan membuang muka yang langsung dibalas kekehan ringan dari Jeanno.

Mereka memasuki ruang utama istana. Tampak seorang lelaki paruhbaya dengan wajahnya yang masih terlihat muda sedang duduk disinggasananya.

 Tampak seorang lelaki paruhbaya dengan wajahnya yang masih terlihat muda sedang duduk disinggasananya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaeffrey Len Minnic

Dia menopang sebelah pipi. Memperhatikan penampilan Hayan dari atas hingga kebawah, sama seperti yang dilakukan orang-orang saat menatapnya.

"Kau sudah datang, Hayan." kata Jaeffrey mengetuk kecil kursi kebesarannya.

Keempatnya membungkuk hormat. Haechan menjawab, "Ya, Yang Mulia."

"Penampilanmu berubah banyak, ya." Kata-katanya persis seperti yang dikatakan orang-orang terhadapnya tadi.

"Hayan sudah lelah, Yang Mulia." balas Haechan mendapat kekehan ringan dari Jaeffrey.

"Bagus," ucap Jaeffrey. "Penampilanmu yang ini jauh lebih baik daripada penampilanmu sebelumnya."

Dia melanjutkan, "Apa sifatmu juga telah berubah?"

I BECAME THE ANTAGONIST IN MY OWN NOVEL || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang