Terror (Bahasa Indonesia)

1.6K 56 7
                                    

Chapter 5:

Pagi ini aku bangun karena mendengar teriakan melengking dari dapur. Lalu aku pun turun untuk melihat siapa yang berteriak pagi ini, menggangu tidur cantikku saja. Oh ya, aku kan laki-laki? Wkwkwkwk.

Ternyata suara itu berasal dari kakakku. Oh ya, kalian belum tau kan kalau aku punya kakak? Lebih tepatnya kakak perempuanku yang bernama Charlotte yang sudah menduduki bangku kuliah. Nah sekarang udah tau kan? Aku dan kakakku memang berumur jauh, aku 13thn dan kakakku 19thn. Aduh kok malah ngomongin kakakku sih? Kembali lagi ke TKP.

Ternyata kakakku berteriak karena melihat pisau yang telah dilumuri darah ketika dia hendak mengambil pisau (kakakku takut darah), dia kira itu hanya saus tomat tetapi kok berbau amis, akhirnya setelah mengetahui kalau itu darah, kakakku langsung berteriak. Kakakku masih shok sekarang, tapi tunggu...kenapa bisa ada darah disitu ya? Apakah Bibi Tumtum (pembantu rumahku) memotong ayam? Soalnya bibi itu orangnya bersih, jadi apa-apa langsung dicuci. Coba kutanya deh.

"Bi, tadi bibi motong ayam? Kok gak dicuci pisaunya?!", tanyaku heran.

"Lah, kamu kan tau sendiri kalau bibi orangnya gak suka kotor. Trus coba kamu liat di meja makan, bibi cuma masak sayur sama mpek-mpek", jawab bibi.

Aku hanya ber-Oh dan meninggalkan bibi. Tapi kalau bukan bibi..trus siapa?! Eh, tapi ngomong-ngomong..kata bibi, dia masak mpek-mpek? Kalau gitu serbuuu!!!

Setelah menyerbu mpek-mpek buatan Bibi Tumtum, aku pun mandi.
Setelah aku menggosok gigi, aku hendak mencuci mukakku dengan sabun muka (masa sabun colek? You dont say -,"). Tetapi aku melihat kaca wastafel ku berembun, dan seperti ada tulisan 'Tolonglah aku'. Hah?! Aku kaget dan langsung kabuuurrr...

Aku hendak melihat kakakku yang sedang berdiam di kamar. Ketika aku membuka pintu...

"Ba! Ngapain lu? Mau bagi duit?", kata kakakku sewot.

"Yee..siape juga yang mau bagi duit ama lu. Gw cuman mau ngeliat lu yang "katanya" sih takut darah. Darah aja takut, kalah dong sama adeknya!" ucapku meledek.

"Bodo bodo ah! Gw kagak peduli!", ujar kakakku sembari menutup pintu kamarnya.

"Yeee gitu aja marah!", ucapku kesal.

Aku kembali masuk ke kamarku, membaca buku dan memainkan iPhoneku.

To be continued...

TerrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang