Chapter 4:
Pagi ini aku dan Robert sedang berjalan di taman belakang sekolah (taman itu termasuk bagian dari sekolahku). Semua mata tertuju padaku dan Robert, tapi aku hanya menghiraukannya.
"Mike, gw mau ngomong sesuatu sama lu. Tapi ini berhubungan tentang mimpi lu, tapi lu jangan kaget ya!", kata Robert tiba-tiba.
"Iya, apaan sih emang?", tanyaku.
"Duduk dulu.", katanya.
Aku pun duduk dan Robert menceritakan apa yang ingin ia katakan.
"Tapi lu jangan marah, ya."
"Iya ih! Apaan?!", kataku penasaran.
"Sebetulnya lu itu dikasih kesempatan ke-2" kata Robert dengan muka yang memang serius.
"Maksud lu apaan? Kesempatan ke-2?", kataku bingung.
"Sebenarnya...lu udah meninggal, dan lu dikasih kesempatan hidup lagi", Robert berkata dengan gugup.
"Ha? Mana mungkin! Ada-ada aja deh, apaan sih?!", kataku tak percaya.
"Yasudah kalau lu gak percaya...", Robert pergi meninggalkanku.
Aku masih bingung apa yang dikata Robert, kesempatan ke-2? Ada-ada saja!
Aku berjalan menuju lokerku, sewaktu aku membukanya..ada secarik kertas bertuliskan 'Tolonglah aku', bertinta merah. Eh, tinta? Tapi kok tinta baunya menyengat? Ini bukan tinta..tapi..DARAH?!
Aku buru-buru membuang kertas itu dan pergi mencuci tanganku.
Siapa yang menulis kata itu? Padahal lokerku aku kunci?!To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Terror
Mystery / ThrillerHari-hari manis yang dilewati Michael Endelson berubah drastis 180 derajat, setelah melihat namanya di batu nisan. Hari-hari yang manis berubah menjadi Terror yang harus Michael selesaikan. Apa yang terjadi sebenarnya?!