"Halo iya?""BUKANKAH SUDAH KUBILANG JIKA ADA SESUATU KATAKAN PADAKU!"
Suara nyaring dari balik telfon membuat Ruby menghela nafas.
"Victor, Dosen memberitahu kelas kami libur hari ini, dan setelahnya aku hanya pergi ke kantin bersama Lia, baru nanti aku akan memberitahumu""Bukankah kau bisa memberitahuku dulu, baru pergi ke kantin bersama si Lilin itu" ucap Victor masih terdengar kesal dari balik telfon.
"Namanya Lia Victor, dan yang penting kau sudah tahu kan"
"Oh Ruby kau membantah terus"
"Aku tak membantah, aku hanya memberitahumu" Ucap Ruby, mencoba bersabar atas sikap Victor.
"Tunggu disitu, jangan pergi kemanapun aku akan menjemputmu"
"Bai-"
Bip
Belum Ruby selesai bicara panggilan itu sudah dimatikan seenaknya.
Ruby hanya menggelengkan kepala, dan berjalan dikoridor sendiri, menuju depan kampus.
Mengulurkan tangannya ke rintik air gerimis. "Padahal hari cerah, kenapa ada hujan?"
Ruby tersenyum, tapi bukan pemandangan buruk. Hujan saat langit cerah, kini dirinya dapat melihat pelangi yang indah. Sudah berapa lama dia tak melihat pelangi?, sepertinya bahkan lima tahun terakhir dia tak pernah melihatnya.
"Cantik sekali.." ucap Ruby tersenyum.
Terlalu terfokus akan uphoria yang dialaminya, Ruby tak menyadari seseorang yang berjalan diatas balkon tepat diatasnya.
Talia.
Menatap penuh kebencian dari atas sana.
"Ruby slalu menghancurkan semuanya.
Tak bisakah kau hidup dengan suami idiotmu itu tanpa menggangguku ha!"
Kesal Talia."Kenapa?, kenapa kau yang harus terlahir dikeluarga kaya, kenapa bukan aku?.
Kenapa kau yang harus menjadi penerus asli perusahaan, kenapa bukan aku?,
Dan.. dan kenapa bukan aku gadis yang benar benar di inginkan joan?"
Emosinya mulai menumpuk, mengingat semua hal itu membuat perasaannya berkecamuk, dan menumpuk kerasa benci yang begitu meluap.
Talia melihat ke sebuah pot batu dipinggir balkon, dan meraihnya. Pot itu berisi batu dan mawar berduri.
Membawanya ketepi, tepat diatas Ruby yang berada dibawah.
Seringainya muncul.
"Kau yang merebut segalanya dariku Ruby. Kehidupan impian, harta, bahkan Joanku kau rebut?!"
Marahnya emosi.Namun seringai kembali.
"Jadi jangan salahkan aku untuk ini"Mengarahkan tepat pot itu diatas Ruby, mulai melepas jarinya satu persatu dari sana.
"Ini karna kau terlalu jahat padaku Ruby"Sedangkan Ruby masih tersenyum memainkan air hujan ditangannya, tetesan dingin-
"RUBY AWAS!"
BUKG
Pyaar...
?!
"Astaga" Ruby membelalakkan matanya.
Melihat bagaimana sebuah pot telah hancur tepat dimana dirinya berdiri tadi."Sial" Talia yang menyadari pot sialan itu mengenai sasaran, berdecak, dan berlari segera pergi dari sana.
Ruby masih dalam keterkejutannya, tak menyadari tangan yang melingkar bagai pelukan dilengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Psycho boy
RomanceFollow before Read please🍓 Victor seorang Pemuda Psycho keji yang tidak segan Membunuh siapapun yg Mengusiknya , Tapi takdir mempermainkannya Hingga Terjadi Perjodohan dengan Gadis Cantik dan Baik hati , Namun Kesialan atau Karma Yg membuatn...