Bab 1

16 2 0
                                    

Memasuki musim hujan bulan pertama cuaca kota Trenggalek masih terbilang aman dan bersahabat. Meskipun daun dan ranting kering yang berjatuhan semakin kentara.

Selokan dan beberapa jalanan yang bergelombang mulai tergenang air. Namun orang-orang masih berkeliaran melakukan aktivitas seperti biasanya tanpa merasa terganggu.

Sementara itu di salah satu SMA favorit di kota Trenggalek. Murid-murid mulai berkeliaran keluar kelas setelah mendengar suara bel pulang sekolah berbunyi.

Seorang cowok dengan sweter hitamnya menerobos dinginnya air hujan sambil berlari ke arah gerbang. Sedangkan teman-temannya memilih bertahan di teras sampai menunggu hujan reda.

Tanpa peduli keadaannya yang mulai basah, cowok itu menoleh ke kanan lalu ke kiri mencari keberadaan mobil Mamanya. Menghela napas sejenak begitu melihat mobil Mamanya terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri. Cowok itu lantas segera berlari dan masuk kedalam mobil.

"Mama udah lama?" tanya cowok itu setelah melepaskan sweater-nya yang basah dan meletakkan tas punggungnya di samping kanannya. Duduk dengan nyaman di jok belakang sambil menggosok-gosokan telapak tangannya yang terasa dingin.

Wanita itu melirik Sang anak dari kaca mobil di atas kepalanya. "Lumayan..." sahutnya singkat.

"Gimana ulangan kamu hari ini?" Tanya Sintia, Mama Keenan seraya menyalakan mesin mobil dan melajukan dengan kecepatan sedang.

"Ya lumayan..." Di iringi helaan napas.

Sintia mengernyit kecil. "Jawab yang tegas Ken!" Nada suara wanita itu sedikit meninggi, menandakan ketidak sukaannya pada jawaban Keenan.

Keenan mendesah pelan. "Ya lumayan susah Ma, banyak rumus yang nggak aku ngerti."

CITTTT

Pedal rem tiba-tiba di ijak dengan kuat begitu indra pendengaran mendengar alasan yang tak masuk akal. Membuat tubuh tegap di belakangnya tersentak ke depan dengan jantung terpompa kuat karena kaget. Untung jalanan lumayan sepi jadi tak begitu menganggu mobil lain.

"Ma! Ada apa?" Tanya Keenan terkejut.

Sintia menoleh dengan cepat, melayangkan tatapan tajam kearah sang anak. "Kamu yang ada apa? Apa gunanya Mama cari guru les private kalo kamu masih belum paham sama rumus!"

"Ini cuman soal waktu Ma, aku cuman belum terbiasa dengan les private. Aku lebih suka belajar sendiri." Kilahnya.

"Gila kamu ya Ken! Jangan bikin Mama pusing dengan alasan gak masuk akal kamu itu!"

"Aku nggak pernah minta guru les private Ma, Mama sendiri yang pengen. Mama tahu sendiri kan, aku gak nyaman kalo belajar sama orang lain!"

"Tutup mulutmu! Dan turun sekarang!" Ditatapnya wajah sang anak dengan kemarahan yang begitu kentara. Keenan menghembuskan napas berat sudah tahu akan berakhir seperti ini. Di usir seperti ini sudah biasa, tidak di caci maki saja Keenan masih bersyukur.

Tanpa menunggu lama, Keenan keluar dari mobil tanpa membawa sweter hitam miliknya tadi, entah itu dia lupa atau sengaja. Begitu dia benar-benar keluar dari mobil seketika rintik air hujan yang semakin deras menerpa tubuhnya. Kaki panjangnya melompat menghindari genangan air dan berlari ke emperan toko yang tak jauh dari sana.

"Sial!" Makinya saat melihat sepatunya terciprat lumpur yang cukup banyak. Dengan kedua bola mata beralih melihat kedepan, dimana banyak sekali lalu lalang murid sekolah sebayanya berjalan di trotoar dengan payung ditangan, tapi hanya ada satu yang mampu mencuri perhatian Keenan.

Gadis mungil dengan rambut hitam lurus di biarkan tergerai indah itu menari-nari di bawah air hujan. Sesekali memutar-mutar payung berwarna pink ditangannya sambil meloncat tak beraturan. Bibir kemerahan terlukis senyuman manis menandakan kebahagiaan tiada banding.

KEENAN & BELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang