Bab 9

2 0 0
                                    

Part ini panjang, tapi aku yakin gak ngebosenin kok. Serius!!!!

Happy reading jangan lupa vote dan komentar :)

***

Keenan dan Bella pulang setelah hujan reda, begitu berpisah mereka langsung menuju rumah mereka masing-masing dengan keadaan basah kuyup saat jarum jam menunjuk angka 5. Bella memasuki rumah dengan langkah gontai, tubuhnya menggigil hebat sampai dia tak sadar sesuatu meluncur deras dari hidungnya.

"Bella," suara sang Mama sempat mengejutkannya. Gadis itu mengangkat kepalanya cepat dan tersenyum. Mita ikut tersenyum sebelum senyumannya lenyap dalam hitungan detik ketiaka wanita itu melihat keadaan Bella yang sangat memprihatinkan. Seragam serta tasnya basah, rambut lepek dan jangan lupakan satu ini, darah segar mengucur dari hidung anaknya. Semakin menambah kecemasan yang mendalam di benak Mita.

"Bel, hidung ka--"

Seolah tahu maksud ucapan sang Mama, Bella langsung mengusap darah segar dari hidungnya, menatap nanar sebelum tersenyum lagi.

"Bella nggak apa-apa Ma, cuman capek doang kok," ada kesedihan di balik ucapannya beberapa detik lalu. Hanya saja Bella tak ingin membuat Mamanya semakin khawatir.

"Kamu serius?"

"Ma, kapan sih Bella bohong," paksaan tawa geli terlihat kentara.

"Ya sudah buruan kamu mandi trus ganti baju, Mama tunggu di bawah ya," di usapnya lembut rambut Bella yang basah. Bella mengangguk dan melangkah menuju lantai atas.

Sementara di tempat lain, Keenan tampak mengepalkan tangannya kuat-kuat saat Mamanya kembali mengomel, meneriaki bahkan mencaci makinya. Parahnya lagi Sintia sempat menampar pipi Keenan sampai sudut bibir cowok itu berdarah---saking kasarnya tamparan Sintia. Tak hanya itu saja, bekas telapak tangan terlihat nyata di pipi cowok itu.

"Kamu sudah gila ya Ken!!!" teriakan menggelegar di ruang tamu rumah Keenan. Cowok itu baru menapaki lantai ruang tamu, namun sambutan yang dia dapat adalah tamparan dan teriakan penuh amarah dari sang Mama.

"Kamu taruh dimana otak kamu itu hah! Sudah berapa kali Mama bilang sama kamu! Jangan pernah dekati cewek gila itu! Dia cuman ngasih pengaruh buruk sama kamu!! Sering pulang telat, lupa belajar, nilai gak ada peningkatan bahkan pulang sampai basah kuyup kayak anak orang gak di urus!!!"

"Mau di taruh dimana muka Mama kalo sampai teman-teman Mama tahu kelakuan kamu!!!" tekannya tajam, sorot mata kemarahan terlihat kentara dari manik mata hitam itu.

Keenan tersenyum sinis dan menggeleng-geleng. "Sampai kapan Mama ingin memamerkan anaknya yang pintar ini didepan teman-teman Mama?"

"Mama cuman ingin itu dari Keenan kan?" sengit Keenan mulai terpancing emosi. Menyeka darah disudut bibirnya dengan cepat.

"Keenan akan wujudkan keinginan Mama, asal Keenan tetap berhubungan dengan Bella,"

Sintia menggeleng cepat. "Tidak! Jangan pernah berhubungan lagi dengan gadis itu!" tolaknya tak bisa dibantah.

"Kenapa? Apa Mama menyembuyikan se--"

"Mama hanya ingin kamu fokus belajar!" potong Sintia cepat seakan tahu apa yang akan keluar dari bibir sang anak.

"Stop bikin Mama pusing Ken! Cepat naik ke atas dan belajar!" Sintia membentak sebelum memilih pergi dari rumah itu, entah kemana perginya Keenan tidak tahu dan memilih tak peduli.

Keenan mendengkus sebal, lalu tersenyum miring. "Gue hidup buat siapa sih sebenarnya?"

***

Malam ini angin berhembus sedikit kencang, hingga membuat beberapa helai rambutnya yang panjang terangkat nyaris menutupi wajah cantiknya. Bella mengangkat kepalanya sambil sesekali menyelipkan anak-anak rambut ke belakang telinga. Ditatapnya jutaan bintang-bintang bertaburan di atas sana. Berkelap-kelip seakan menemani Bella di balkon kamarnya---ditengah-tengah malam yang sunyi ini.

KEENAN & BELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang