My Pace

285 31 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang pemuda tampan tengah menatap, lebih tepatnya mengintip seorang pemuda manis yang tengah serius belajar di meja kelasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang pemuda tampan tengah menatap, lebih tepatnya mengintip seorang pemuda manis yang tengah serius belajar di meja kelasnya. Pemuda tampan bernama Hyunjin itu selalu penasaran apa yang kekasihnya lakukan kalau sedang menunggunya rapat osis sepulang sekolah, makanya ia mencoba mengintipnya kali ini.

"Apa yang kau lakukan dibalik pintu itu?"

Hyunjin terkekeh. Rupanya kekasih manisnya sudah tau keberadaannya. "Kau sedang mengerjakan apa, Lix?"

Pemuda manis bernama Felix itu tetap fokus pada bukunya. "Bukan apa-apa. Aku hanya iseng mengerjakan beberapa pertanyaan di buku ini."

Hyunjin membalikkan kursi di depan meja yang Felix pakai, lalu duduk disana. "Apa kau tertarik pada Sejarah? Kau terlihat serius sekali mengerjakannya."

"Ini adalah mata pelajaran yang paling tidak ku kuasai. "Felix menatap Hyunjin. "Apa nilai Sejarahmu bagus?"

"Kurasa nilaiku sedikit diatas rata-rata. Tapi aku tidak menyukai Sejarah."

Felix menghela napasnya. "Nilaimu pasti bagus."

"Mau ku ajari?"

Felix menggelengkan kepalanya.

Hyunjin tersenyum lalu mengelus kepala Felix. "Kurasa nilaimu juga sudah lumayan. Kau tidak perlu khawatir."

Felix kembali mengggelengkan kepalanya. "Ini belum cukup. Nilai-nilaiku harus lebih bagus dari yang sekarang supaya kau tidak malu jadi pacarku."

Hyunjin menyerngit. "Aku tidak pernah malu jadi pacarmu. Sejak kapan aku menuntut nilai bagus sebagai syarat menjadi pacar?"

"Bukan begitu. Tapi, kau kan ketua osis."

"Lalu kenapa memangnya kalau aku ketua osis?"

Felix menghela napasnya. "Karena kau ketua osis, banyak siswa yang tidak percaya kalau kau memacari aku yang tidak terlalu pintar ini. Mereka selalu membandingkan aku dengan Jeongin atau Seungmin yang ada bersamamu di tiga besar sekolah. Mereka bilang Jeongin atau Seungmin yang lebih cocok jadi pacarmu dibandingkan aku."

"Mereka bilang begitu karena mereka cemburu padamu, sayang. Nyatanya kaulah yang jadi pacarku. Bukan Jeongin atau Seungmin."

"Tetap saja aku jadi kepikiran. Aku juga ingin jadi seperti Jeongin atau Seungmin yang dibilang pantas bersanding denganmu. Setidaknya aku harap aku bisa jadi setengahnya dari diri mereka. Aku juga cemburu tau."

"Hey, bagaimana bisa kau bandingkan dirimu dengan orang lain? Perbandingan seperti itu tidak ada artinya, sayang. Jangan lakukan lagi. Kau punya daya tarikmu sendiri."

"Aku tau itu. Aku juga sadar kalau setiap orang punya kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Tapi tetap saja. Pada akhirnya aku terus melihat mereka dan merasa cemburu pada mereka."

Hyunjin tersenyum. "Kau tau, Jeongin dan Seungmin pernah membicarakan mu padaku waktu kami sedang menyelesaikan tugas osis bersama."

"Mereka membicarakanku?"

Hyunjin mengangguk. "Saat itu kau sedang latihan bersama teman-teman klub olahragamu. Jeongin dan Seungmin yang melihatmu dari jendela ruang osis langsung bilang kalau aku beruntung sekali punya pacar sepertimu."

Felix menatap Hyunjin tidak percaya. "Mana mungkin mereka bilang begitu."

"Kau bisa tanyakan langsung pada mereka kalau kau tidak percaya padaku."

"Mana mungkin aku tanyakan hal seperti itu pada mereka." ujar Felix malas.

Hyunjin terkekeh. "Seungmin bilang dia iri padamu yang pandai berbagai macam olahraga. Seungmin bilang, tubuhnya itu lemah, makanya dia selalu tidak bisa ikut pelajaran olahraga. Saat melihat kau berlari dengan riang, dia tersenyum dan bilang kau terlihat sangat bersinar disana."

Felix terdiam.

"Lalu Jeongin." lanjut Hyunjin. "Jeongin bilang dia juga iri padamu yang sangat mudah bergaul dengan orang lain. Pembawaanmu yang santai dan menyenangkan membuatnya ingin bisa sepertimu. Kau tau sendiri bagaimana pendiam nya Jeongin. Dia hanya bicara seperlunya saja. Dia bilang dia terlalu malu untuk mencoba akrab dengan orang lain."

"Tapi mereka berdua pintar." ujar Felix dengan suara pelan.

"Seperti katamu tadi, setiap orang punya kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Kau bisa cemburu dengan kepintaran Jeongin dan Seungmin, dan mereka pun punya alasan untuk cemburu padamu."

"Tapi aku tetap harus melakukan sesuatu. Bagaimana kalau aku satu-satunya yang tertinggal? Aku cemas. Aku masih kurang dibanding orang lain. Aku ingin punya apa yang mereka punya juga."

"Kau tidak akan tertinggal. Kau hanya berjalan di jalurmu. Langkahmu tidak perlu sama dengan mereka. Kau hanya perlu menikmati langkah di jalurmu sendiri. Mereka yang melangkah lebih cepat, belum tentu jadi yang pertama sampai."

Felix kembali menghela napasnya. "Jadi, tidak apa-apa aku cuma begini?"

"Apa maksudmu 'cuma', sayang? Kau sudah sangat menakjubkan dimataku."

"Kau tidak akan membandingkanku dengan yang lain?"

"Apa aku pernah melakukannya sampai saat ini?"

Felix menggelengkan kepalanya.

"Itu karena aku mencintaimu sebagai dirimu. Sebagai Felix yang sangat luar biasa di mataku. Felix yang selalu ada disampingku dan mencintaiku."

Felix akhirnya tersenyum. "Maafkan aku. Aku hanya benar-benar cemburu saat mereka bilang kau lebih pantas bersama orang lain."

"Tidak apa-apa, sayang. Dan kalau kau memang ingin meningkatkan nilaimu, kau harus melalukan itu untuk dirimu sendiri. Bukan untuk menjadi seperti orang lain."

Felix mengangguk. "Aku mengerti. Aku akan berjalan perlahan saja. Yang penting aku berada di jalurku sendiri. Kau akan menemaniku, kan?"

"Sudah pasti itu."

Felix tersenyum manis. Ia kemudian mulai bercerita tentang harinya pada Hyunjin yang ditanggapi dengan baik oleh pemuda tampan itu.

Hyunjin tau kalau kekasihnya itu memang sering dibandingkan dengan wakil dan sekretaris osisnya itu. Tapi yang Felix tidak tau, maksud dari mereka itu bukan karena Felix tidak pintar. Mereka merasa Hyunjin lah yang tidak sepadan ada di samping Felix.

Felix itu pemuda manis kesayangan seluruh siswa di sekolah itu. Tidak akan ada yang bisa menolak pesonanya. Felix yang baik, ramah, ceria. Pokoknya Felix itu idaman seluruh siswa. Makanya mereka kesal kenapa Felix malah pacaran dengan ketua osis sepertinya. Mereka berpikir kalau Hyunjin itu orang yang membosankan yang hanya tau belajar. Jadi menurut mereka, Hyunjin lebih pantas bersama Jeongin atau Seungmin yang sama-sama membosankan sepertinya.

Hyunjin menatap Felix sambil tersenyum. 'Seharusnya akulah yang merasa cemburu, sayang.'


END

[ HyunLix ] - I Am WhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang