Awkward Silence

194 24 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Felix mendudukkan dirinya di samping seorang pemuda tampan yang ia lihat duduk sendirian sejak tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Felix mendudukkan dirinya di samping seorang pemuda tampan yang ia lihat duduk sendirian sejak tadi. Pemuda tampan itu tidak telihat terusik meskipun Felix sudah menempel padanya.

"Hyunjin." panggil Felix

"Hm?" jawab pemuda bernama Hyunjin itu tanpa sedikitpun menoleh pada Felix.

"Kau sedang apa?"

"Aku sedang mencoba mengerjakan soal-soal di buku ini."

Felix mengintip buku yang Hyunjin maksud. "Wah, kau bahkan mengerjakan soal-soal yang belum diajarkan."

"Hm, tidak ada hal lain yang bisa ku kerjakan."

"Kau tidak bergabung dengan teman-temanmu? Kulihat mereka sedang bermain basket di gedung olahraga."

"Aku sedang malas."

Felix mengalihkan pandangannya pada wajah Hyunjin. Sepertinya suasana hati pemuda tampan itu sedang tidak baik. Ekspresi wajah Hyunjin terlihat datar.

Hyunjin menghentikan pekerjaannya saat ia tidak lagi mendengar suara Felix. Ia menoleh dan melihat Felix sedang menatap wajahnya.

"Kenapa kau menatapku begitu?" tanya Hyunjin.

Felix tersenyum manis. "Mau makan siang denganku? Kau belum makan siang, kan?"

"Aku sedang tidak ingin makan siang."

"Kenapa? Apa kau sedang diet lagi?"

"Tidak. Aku hanya sedang malas jalan keluar kelas."

"Kalau begitu aku bisa membelinya dan kita bisa makan bersama disini. Apa yang mau kau makan?"

"Bukannya kau sudah makan siang?"

"Aku masih lapar. Tadi aku cuma makan sedikit."

"Kalau begitu pergilah makan lagi. Aku sedang tidak ingin makan."

"Ayolah. Kalau kau kenyang, suasana hatimu akan lebih baik."

Hyunjin menghela napasnya. Ia menarik hidung Felix dan membuat pemuda manis itu mengaduh. Hyunjin tersenyum kecil lalu melepaskan tangannya dari hidung Felix.

Felix mengelus hidungnya yang tadi ditarik Hyunjin. "Kenapa hidungku ditarik?"

"Kau tau ya kalau suasana hatiku sedang buruk?"

Felix mengangguk sambil cemberut. "Habisnya kau membuat ekspresi gelap di wajahmu. Ekspresi itu tidak cocok ada di wajah indahmu."

Hyunjin tersenyum. "Begitukah? Apa ekspresi itu mengganggumu?"

"Tentu saja. Aku ingin kau selalu bahagia. Makanya aku akan melakukan segala cara supaya kau selalu tersenyum."

Hyunjin mengacak rambut Felix. "Masa aku tidak boleh bersedih?"

"Tidak boleh. Selama ada aku, kau harus selalu bahagia. Yah, setidaknya kau bisa tertawa karena tingkah konyolku, kan?"

Hyunjin kemudian terkekeh. "Kau memang selalu bisa membuat suasana hatiku kembali baik. Terima kasih, Sunshine ku."

Felix tersenyum. "Kenapa tiba-tiba suasana hatimu buruk?"

"Entahlah, sepertinya tadi aku sedang mengobrol dengan teman-temanku. Aku tidak terlalu ingat bagaimana, tapi pembicaraan kami tiba-tiba membuat suasana hatiku tidak baik dan kami semua berakhir canggung."

"Hm? Masa kau tidak ingat pembicaraan apa yang membuat suasana hatimu buruk?"

"Begitulah. Mungkin karena sehabis itu aku langsung memusatkan seluruh pikiranku pada soal-soal di buku itu untuk sedikit menyalurkan kekesalanku."

"Caramu menyalurkan kekesalan agak lain ya."

"Kau lebih memilih aku memukuli orang untuk menyalurkan kekesalanku?"

Felix memukul lengan Hyunjin. "Bukan begitu maksudku."

Hyunjin terkekeh.

"Suasana hatimu sering sekali buruk akhir-akhir ini. Apa ada yang mengganggumu?" tanya Felix.

"Entahlah, akhir-akhir ini memang hal remeh saja bisa membuat suasana hatiku buruk."

"Kalau begitu aku akan ekstra menjagamu mulai sekarang."

Hyunjin kembali terkekeh. "Kau mau ke kantin? Tadi kau bilang kalau kau masih lapar."

Felix menatap Hyunjin. "Kau akan ikut?"

Hyunjin mengangguk. "Ayo pergi kesana. Aku akan membelikanmu apapun yang kau mau."

"Kau juga akan makan?"

"Iya, aku akan makan."

Felix tersenyum lebar. Ia lalu mengapit lengan Hyunjin. "Kalau begitu ayo."

Hyunjin terkekeh. Mana bisa suasana hatinya buruk kalau dia punya makhluk pembawa kebahagiaan di sampingnya seperti ini?



END

[ HyunLix ] - I Am WhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang