(1) Broken

174 10 2
                                    

Cei membuang sampah tissue ke sembarangan arah, entah sudah berapa tissue yang ia habiskan. Mungkin jika dikumpulkan bisa membentuk sebuah gunung putih berlendir bermaterial tissue, yang hanya membuat susah para OB di sekolahnya.

"Ra, Feb, Dev.. gue kesel ih, kenapa gue di giniin sama dia.." Ara, Febri dan Devi yang melihat kelakuan cei hanya menghela nafas panjang.

"kan udah gue bilang cei.. di itu udah bosen sama lu, untung Cuma diputusin secara sepihak, dari pada diselingkuhin kaya sama mantan-mantan lo yang lain. Lo pilih mana hayoo?" Cei yang mendengar itu makin menangis sejadi-jadinya. Membuat ketiga temannya frustasi.

Memang bukan pertama kalinya seorang Ceisya Alzi Bramantyo, gadis cantik yang keras kepalanya melebihi batu ini patah hati karena baru putus cinta. Sahabatnya Dinara Asiilah Wijaya yang biasa di panggil Ara, Devina Zahra Liandari yang dipanggil Devi, dan Febriyanti Inara Putri yang dipanggil Febri. Selalu menjadi penampung curhatan cei, tapi memang bukan begitukah gunanya sahabat.

Mereka duduk di bangku kelas 1 SMA, walaupun masing-masing berbeda kelas tapi mereka tetap bersama. Waktu itu mereka bertemu karena satu kelompok saat MOS di SMA. Memang masih terbilang muda persahabatan mereka, tapi sejauh ini tidak ada masalah. Mungkin lebih baik dijalanin saja dulu.

Cei yang keras kepala kadang tak pernah menghiraukan perkataan teman-temannya itu akhirnya menyesal..

'kenapa ga dari kemaren-kemaren aja gue dengerin omongan mereka' batin Cei. "Iya-iya gue nyesel ga dengerin omongan kalian hiks" ucap Cei.

"Terus, kalo lo kemarin-kemarin dengerin omongan kita, apa lo langsung ngelepas 'dia' begitu aja?" Tanya Febri jutek sambil menekankan kata dia.

Dari awal Cei cerita tentang pacarnya yang kelewat dingin, melebihi es di kutub utara itu memang tidak direspon dengan baik oleh sahabatnya. "Yah engga sih, tapikan gue bisa ngejaga hati biar ga nambah sayang sama dia." Ucap cei yang membuat ke tiga sahabatnya menganga.

"Emangnya bisa yah sebelum putus bikin kita jaga hati dulu biar ga nambah sayang?" Tanya Ara polos. Menang diantara mereka berempat Ara lah yang paling polos diantara yang lain.

"Aduh ra omongan orang galau gak usah didengerin deh." ucap Febri.


"Lah emang kenapa? Bukannya orang galau kalo ngomong dari lubuk hati paling dalem yah?" Kata Ara antusias. Yang langsung dapet pelototan dari febri.


"Udahlah Ra, capek gue ngomong sama lo" ujar Febri frustari. Membuat Ara memonyongkan bibirnya kesal.

"Udah Ra nanti gue yang jelasin aja" Kata Devi lirih.

"Yang galau gue, kenapa Ara yang di bimbing sih?" Rajuk Cei yang membuat sahabatnya geleng-geleng kepala.

"lagiang bukannya hal kaya gini udah biasa dalam hidup lo, makannya jadi orang tuh jangan gampang jatuh cinta" mendengar kata-kata Devi membuat Cei berfikir kembali kebelakang.

"Iya sih, Tapi gue-..." belum sempat Cei menyelesaikan perkataannya, "Lu kan bisa cari cowok lain kaya biasanya, modus kek, bikin mereka jatuh cinta sama lo kan ga sesusah bangun rumah." potong Febri yang membuat Cei kembali berfikir lagi.

Sejenak hening, Cei yang diam tanpa ekspresi membuat ketiga sahabatnya bingung dengan reaksi Cei, tak lama kemudian Cei tersenyum. Tetapi senyumnya kali ini punya maksut terselubung membuat ketiga sahabatnya meringis ketakutan.

***

"Dev, si Harris belum jemput? Tumben dia telat biasanya selalu on time." ucap Cei yang membuat Devi menoleh kearahnya.

Fake (Smiles or Feelings)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang