Author pov
6 bulan kemudian...
Cei sedang tersenyum sambil memperhatikan ponsel yang sejak tadi dipegangnya. Sepertinya acara ulang tahunnya kali ini akan berbeda dari biasanya. Bukan karena ulang tahunnya yang ke tujuh belas.Atau banyak orang menyebutnya sweet seventeen. Tapi karena seseorang telah berjanji akan hadir diacara tersebut. seseorang yang belakangan ini sering mengisi hari-harinya. Siapa lagi kalau bukan Aaron.
Walaupun hanya sekedar komunikasi lewat bbm atau terkadang melalui video call, tak membuat keduanya kehabisan cerita untuk di bagi satu sama lain. Cei sudah terlalu nyaman dengan ini semua.Ada yang berbeda ketika dia berkomunikasi dengan Aaron.Tapi apa Aaron merasakan hal yang sama?Batin Cei.
Seketika lamunannya buyar karena dirasakannya sentilan dikeningnya.Cei mencebikan bibirnya kesal oleh aksi Febri yang mengganggu aktifitasnya tersebut.
"Wah lagi ngelamun jorok ya lo?" Tanya Febri. Cei mumutar bola matanya kesal.
"Sotau, emangnya kaya lo yang suka diem-diem nonton film bokep di perpus!" Suara Cei yang sedikit berteriak, sontak membuat seluruh penghuni kantin yang mendengarnya memandang Febri dengan pandangan bertanya 'Sumpeh lo?'.Begitu juga dengan Devi dan Ara.
"Febri. Lo.."Ara menggelengkan kepalanya tak percaya, sedangkan Cei sudah menahan tawanya agar tidak meledak saat itu juga.
"No! Gu...ee, enggak... gu..e, Cei! Astaga itu semua gak bener! Awas lo yaaa!" Geram Febri marah, melihat wajah Febri yang semerah tomat, membuat tawa Cei meledak hingga ia memegangi perutnya.
Ini benar-benar moment langka yang harus diabadikan, Febri yang biasanya tenang dan tak banyak ekspresi.Kini wajahnya merona menahan malu dan panik.
Sama seperti Cei, yang lainpun ikut tertawa melihat aksi persahabatan mereka yang kadang sering terlihat konyol.
"Cei..haha sumpah bercanda lo.. haha kocak abis." Ucap Devi ditengan-tengah tawanya.
"Ingetin gue buat gantung lo di pohon mangga pulang sekolah!" Pun Febri beranjak pergi meninggakan kegilaan yang di timbulkan Cei.
***
Setelah mendapatkan panggilan dari mamanya untuk makan malam, Cei pun ikut bergabung bersama orangtuanya dan Chiko di meja makan.Mencium wangi masakan yang di buat oleh mamanya membuat nafsu makannya langsung muncul.
"Cei, mama udah atur semuanya buat ulang tahun kamu.Pokoknya kamu tinggal terima beres deh." Ucap mama Cei disela-sela kegiatan makan malam mereka.
"Oke ma, tapi jadinya dirumahkan?Aku gak mau ahh kalo di gedung."Jawab Cei menanggapi ucapan mamanya.
"iya, sesuai permintaan kamu."
"Yaudah, gimana kalo Cei ajak Ara, Devi sama Febri buat nginep disini. Sekalian bantu-bantu." Mendengar kata-kata Cei membuat Chiko yang tadinya tak berkomentar kini menjadi antusias.
"Wah iya dek, harus itu."Ucap Chiko kelewat senang.Itu membuat Cei memandan curiga kearah Chiko.
"Bang jangan bilang.." Chiko yang tersadar akan apa yang baru saja terjadi, langsung menggelengkan kepalanya cepat.
"No..no.. jangan mikir yang aneh-aneh plisssss!" melihat Chiko yang panik membuat Cei malah semakin curiga.
"Boho-" Ucapan Cei segera dipotong oleh Chiko.
"Chiko udah kenyang, duluan ya." Melihat kedua tingkah anaknya membuat kedua orang tua mereka tertawa.
"Ck, papa banget, selalu mengalihkan perhatian kalo lagi gugup." Ucap mama Cei, itu membuat sang papa menolehkan kepalanya.
"Itu namanya strategi untuk melawan pertanyaan yang iya-iya hahaha."Ucap papa Cei.Membuat istrinya memutar bola mata kesal.Sedangkan Cei ikut tertawa melihat tingkah kedua orang tuanya.
***
Jumat ini rencana Cei dan para sahabatnya akan meninap dirumah Cei, tentu saja itu membuat Chiko senang bukan kepalang. Cei hanya mendengus kesal melihat kelakuan kaka semata wayangnya itu.Bagaimana tidak jika ditanya selalu mengalihkan pembicaraan.Padahal Cei sangat tau tabiat kakanya itu.
Bunyi bel membuat Cei melangkahkan kakinya menuju teras untung membukakan pintu.Dan munculah sahabat-sahabatnya yang selama ini mengisi hari-harinya.
"duh..duh Cei kok jorok banget sih jam segini belum mandi?" Ucap Ara sambil memandang Cei jijik, sedangkan Cei hanya menyengir menunjukan deretan gigi putihnya.
"udah deh, yuk masuk!" ajak Cei.
Diruangan tamu sedari tadi Chiko masih sibuk mondar-mandir tidak jelas, membuat Cei, Devi, Ara, dan Febri memandang heran kelakuan Chiko.
"Ka, gak pegel apa dari tadi mondar-mandir gak jelas."Ucap Cei sinis.Chiko berhenti dan memandang mereka semua gugup.Terutama pada satu titik yang sedang bersedekap dada memandangnya.
"Eh..ehh.. kenapa?" Tanya Chiko tergagap, dia merutuki sikapnya yang mendadak begini.Huh, turun deh pamor gue, batinya.
"Udahlah yuk ke kamar gue aja." Ajak Cei, yang disambut anggukan oleh sahabat-sahabatnya.
***
Setelah seharian Cei, Devi, Ara dan Febri membantu mempersiapkan acara untuk ulang tahun Cei.Mereka mutuskan untuk berenang. Setidaknya berenang dapat membuat badan mereka segar kembali.
"Ett, mau pada ngapain?Berenang ya?"Tanya Chiko seraya duduk dibangku santai sambil memakan buah apel yang dibawanya.
"Ck, petanyaan gak bermutu." Jawab Febri malas, sedangkan yang lain hanya terkekeh kecil. Bukannya kesal, justru satu senyuman muncul di wajah Chiko.
"Gue pikir lo gak bisa ngomong."Sindir Chiko halus, membuat Febri mendengus kesal.Lalu beranjak turun kekolam renang duluan. Menginggalkan Cei, Devi dan Ara yang masih tidak mengerti apa yang terjadi.
"Kak kok ngomongnya gitu sih!Udah deh sana kedalem aja!"Cei kesal melihat kelakuan kakaknya, bisa-bisanya kakaknya berbicara seperti itu terhadap sahabatnya. "Feb, sorry ya..ka Chiko gak maksud kok." Tambah Cei ketika Chiko sudah pergi kedalam rumah.
"Gak masalah."Jawab Febri tenang.Setelahnyamereka kembali ketujuan awal, yaitu berenang.
*****
haiii.. maaf yah baru bisa update lagi :)
jangan lupa vote nya yah :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake (Smiles or Feelings)
Fiksi Remajaseorang cewe di hadapkan dengan dua pilihan.. memilih cowo yang rela menunggu dan yang sangat ia cinta? atau cowo yang selalu menjaganya dari jauh? hai. ini cerita pertama kita. kalau kata-katanya kurang bagus tolong di maklumin yaa...