Bab 3_ACT 1_Scene 5-6

7 0 0
                                    

[5] INT. KANTOR PENERBIT – SIANG

Ruang depan kantor dihias layaknya pesta ulang tahun. Di dinding ada balon berbentuk huruf membentuk kata ‘CONGRATULATIONS’. Tak jauh dari sana ada meja panjang, di atasnya nasi tumpeng (sudah tidak utuh), dua bulatan bolu (sudah tinggal beberapa potong), berbagai macam gorengan di wadah plastik, dan peralatan makan (piring-piring melamin kecil dan gelas). Suasananya ramai, masing-masing duduk atau berdiri sesuai kelompok pertemanan, dan membawa kudapan di tangan.

LINDA
(permisi ke Hudson, menghampiri Lanita)
Selamat sekali lagi, ya, Nita! Sebagai editormu, aku sangat bangga dengan novel Bokura.

LANITA
(tersenyum malu)
Sampai sekarang aku masih gak nyangka, Mbak. Tangan masih gemeteran tiap megang buku aku sendiri. Sejak pengumuman resmi dimunculkan di situs resmi, di sosmed maupun di Wattpad dibanjirin pujian dari pembaca. Aku… terharu banget baca komentar dan DM-an mereka. Padahal Bokura udah sepi pembaca dua tahunan.

LINDA
Tampaknya setelah penghargaan itu, banyak pesanan buat Cangcimen dan Bokura-nya kamu. Adit bilang kita harus cetak ulang Bokura. Udah setahun, lho, gak naik cetak!

LANITA
(Kaget) Iyakah? Waah… pundi-pundiku bertambah…

LINDA
(tertawa)
Dari dulu kamu itu bilangnya pundi-pundi mulu. Duit buat apa? Dari awal kerja, jarang banget lihat kamu pake baju baru. Palingan baju lebaran!

LANITA
Ehehe… itu, aku… simpen buat jalan-jalan ke Jepang.

LINDA
Masih niat, ya?

LANITA
Iya… habisnya gak ada jadwal terbang kerja ke sana. Adain, dong, Mbak! Kek penerbit sebelah~.

LINDA
Minta sama Pak Boslah! Bukan aku. Aku tahunya dapet naskah yang layak buat digedein. Lagian, kalo mau studi banding ke Jepang gitu kita harus punya koneksi ke penerbit yang ada di sana. Penerbit kita belom punya begituan!

LANITA
Ya adain~. Aku udah nanggung belajar bahasa Jepang demi jadi penerjemah juga. Ehehe…

LINDA
Lulusan Inggris maunya nerjemahin novel Jepang. Edan!
(S.O kekehan Lanita)

---Linda memperhatikan Hudson berjalan menuju pintu depan. Hudson menyambut tamu yang baru datang. Seluruh perhatian ke arah dua pria itu.

HUDSON
Dhar!

DHARMENDRA
(jabat tangan Hudson)
Pak Hensem!

(Lanita terbatuk-batuk; karyawan dan Hudson tercengang)

DHARMENDRA
Terima kasih sudah mengundang saya ke acara syukuran ini.

GITA
(menghampiri Lanita, berbisik)
Uh, kayaknya jodoh, nih! Gue harus gimana, ya?

LANITA
(berbisik)
Mulai deh penyakitnya!

GITA
(tersenyum)

LANITA
Kok dia manggilnya Pak Hensem, sih? Kok tahu panggilan kesayangan kita?

GITA
Lo kali yang kelepasan bilang!

LANITA
Hm… gak inget. Mungkin?

[Draft] Skenario White AlbumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang