Bab 2_ACT 1_Scene 4

7 1 1
                                    

[4] INT. GEDUNG ACARA THE NOVEL - SIANG

PEMBAWA ACARA
Sekali lagi selamat kepada para pemenang! Acara masih berlanjut, tapi kita break dulu. Break sekitar dua puluh menit. Silakan bagi para tamu untuk istirahat sambil menikmati hidangan yang tersedia.

--Tamu undangan keluar ruangan acara menuju ruang lepas penuh hidangan. Dalam ruangan juga terpampang seluruh novel yang ikut serta dalam penghargaan. Satu pajangan khusus untuk tiga pemenang.

HILDA
MBAK NITAAAA!
(peluk Lanita)

LANITA
Selamat ya, Kak Hilda!

HILDA
(menangis, lepas pelukan)
Makasih udah nerima naskah aku, Mbak! Tiga tahun luntang-lantung Cangcimen-ku, cuma Mbak yang ngertiin ceritaku! Pokok'e makasih buanyak, Mbak! Kalo bukan Mbak yang jadi editor aku, mungkin aku udah nyerah nulis!

LANITA
Aku juga seneng jadi editor naskah yang ceritanya sekeren Cangcimen! Walau gak lewat The Novel pun, karya Kakak emang patut dikasih penghargaan!

HILDA
(mulai menangis)
Gak cukup bilang makasih. Jasa Mbak Nita jadi editor aku gak terbandingkan! Pokok'e makasih banyak, Mbak Nita!
Ini gak mimpi, kan, Mbak?

LANITA
Udah naik panggung, dapet penghargaan, baru nanya mimpi enggaknya? Yok, aku cubit dulu, siapa tahu beneran mimpi!
(cubit punggung tangan Hilda)

HILDA
GAK MAU BANGUN!!! TOLONG!

---Tertawa bersama Lanita

GITA
(menghampiri) Selamat ya, Hilda! Karya kamu memang pantas masuk tiga besar. Kamu harus berterima kasih juga ke aku yang nyaranin karya kamu ikut The Novel.

HILDA
Mbak Gita! Makasih banyak seeebanyak-banyaknya! Editor terkenal kek Mbak Gita ngasih aku selamat bahagia banget! Pokok'e mbak-mbak editor di Harapan Nusa emang paling kece! Aku mau seterusnya nerbitin di HarSa! Gak mau pindah lain hati, pokok'e!

LANITA
Kita nantiin karya keren kamu yang lainnya! Tetap pegang ciri khas nulis kamu yang penuh makna itu.

HILDA
(menangguk)

PEMERAN SAMPINGAN #4
(S.O) Hilda!

HILDA
Maaf ya, Mbak, aku dipanggil....

LANITA
Eh, iya, kok, gapapa. Sana, sapa-sapa penulis lain. Siapa tahu diajak collab?

HILDA
(angguk kepala, pergi)

GITA
(menyikut lengan Lanita)
Lo juga harus diberi penghargaan, Lan! Naskah yang dianggap kebanyakan editor selevel judulnya itu aja malah bisa terangkat jadi masterpiece berkat tangan elo.

LANITA
(tertawa)
Jujur, awal baca naskah dia itu sakit kepalaku. Pengennya langsung dibuang ke tong sampah, tapi baca sinopsisnya mengharuskan aku baca keseluruhan naskah. Sumpah, pengen nangis!

GITA
Saking kerennya tu naskah?

LANITA
Saking banyak typo! Spasi gak jelas. Penggunaan titik ama koma belepotan. Nama karakter aja bisa salah! Tadi kata si Inem, eh di bawah kata si Ijah!

GITA
Kayak lo, sering nuker nama orang!

LANITA
Iya... sori! Itu kelemahan otak aku, masih intel 2. Kalo di naskah mah sambil ngetik aku tulis nama-nama karakter di kertas biar gak salah!
(jeda)
Jujur, sekarang aku juga pengin nangis! Gak nyangka, Cangcimen dapet nomor dua! Dapet penghargaan aja udah seneng. Mengenang perjuangan aku minta naikin tu naskah ke Pak Hensem susah. Gak bakal jamin laku.

[Draft] Skenario White AlbumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang