"Yaudah, sekarang mau kamu apa ?!" Tanya mas hamka.Nyebelin banget!
"See ? Kamu tau mas ? Sebenernya kamu gak sedewasa itu"
"Yaudah kalo selama ini cara saya salah, tunjukin cara yang benar ta. Gimana saya harus bersikap sama kamu ?"
Gue diam, menatap mas hamka dengan mata yang udah panas. Nafas gue berat, gue mau nangis tantrum lagi.
"Saya udah ngomong tadi apa yang harus mas lakuin! Kalau mas Hamka gak nanggep berarti emang omongan saya gak pernah masuk dan gak punya makna buat kamu mas"
"...."
"...Saya gamau lihat mas hamka! Saya benci sama mas hamka" Bengis gue sambil menuju luar rumah.
Saat ini gue seakan gak peduli omongan tetangga jika gue keluar dengan keadaan kacau seperti ini. Peduli amat, gue benci banget sama mas hamka.
Tangan mas hamka menahan tangan gue "...Saya yang pergi, kamu tetap dirumah"
"Gausah, ini rumah kamu mas. Saya aja yang pulang"
"TA! Ini rumah kita! Saya yang pergi kalau kamu mau nenangin diri dan gamau lihat saya" genggaman mas hamka begitu erat hingga ia menyakiti pergelangan tangan gue
"Sakit" keluh gue sambil melepaskan genggamannya. Mas Hamka terlihat tersentak saat menyadari begitu eratnya tangan dia memgang tangan gue.
"Sorry, kamu tetap dirumah. Saya aja yang pergi. Saya mohon dengerin saya"
Tanpa basa basi lagi mas hamka pergi menyambar kunci mobil juga handphone nya. "Kabarin saya kalau kita udah bisa bicara dengan tenang. Saya pergi. Assalamualaikum"
Mulut gue masih terkunci rapat, badan gue juga mematung ditempat mendengar suara mobil mas Hamka yang sudah menjauh meninggalkan rumah. Gue pergi ke kamar, kemudian menangis kencang.
Haruskah gue beraksi seperti ini ? Apakah gue berlebihan ? Hanya karena sebuah instastory dan sikap mas hamka yang tidak care ?
Padahal dari awal gue udah tau beliau ini seperti apa ? Iya kan ? Harusnya gue gak mengekspetasikan jikalau mas Hamka akan jadi sosok sempurna yang gue mau. Mas Hamka itu personal yang punya sisi redflag juga layaknya gue.
Apa gue keterlaluan dalam menyikapi masalah sepele ini ?
Tapi ada sebuah harapan, setelah masalah ini membaik, kita berdua bisa lebih memenuhi kebutuhan emosional kami masing-masing. Apakah jalan ini akan berhasil ?
Gue harap begitu...
Gue membaringkan tubuh gue yang terasa lemas sekarang, menatap langit-langit kemudian menggulir kumpulan potret gue dan mas Hamka saat hari pernikahan kami berdua.