BAB 12 | LEARN A LESSON

1.6K 14 2
                                    

Maafin typo ya guyss

Selamat membaca 🔥🔥🔥

***

"Lisa, aku serius! Kamu kenapa sih? Suaramu kaya ngos-ngosan banget," Ella mengernyit karena suara sahabatnya, Lisa, terdengar begitu kelelahan, nafasnya sangat tidak beraturan seperti sedang lari maraton.

Sementara diseberang sana sahabat Ella —Lisa, tengah belingsatan lantaran bagian intimnya sedang dimanjakan oleh lidah seorang pria paruh baya yang masih menggunakan setelan kantor lengkap. Sementara Lisa sudah telanjang bulat.

"Ahh, polos banget lho, El! Kalau ngga mau dengerin saran gue ya udah, ngapain nelpon, lo ganggu tau!" Protes Lisa.

"Ihh ngga-ngga, maksudku, tuh, apa kamu yakin kalau kakak iparku begitu? Masa, sih, dia suka sama aku? Lagian kejadian semalem belum tentu ulah dia, 'kan? Bisa aja yang anu-in aku itu..." suara Ella terjeda, gadis itu tengah menebak-nebak.

Losa menyahut, "Pak satpam? Kalau beneran itu pak satpam, wahh, bahaya sih, satpam rumah lo, 'kan, udah tuir. Ewhh, udah ngga seger."

Ella langsung begidik ngeri, dia yang sedang ada di balkon kamarnya menunduk ke bawah, disana dia dapat melihat Pak Supri, satpam rumah kakaknya yang sedang mencuci mobil. Seketika dia merasa mual. "Ish, aku ngga sudi kalau sampai Pak Supri yang anu-in aku semalem! Amit-amit, ewhhh."

Lisa tertawa, "Terus lo maunya siapa yang anu-in lho semalem, ha?" Dia jadi ikut menyebut "anu" seperti Ella, suaranya setengah tersedat-sedat, karena pria paruh baya yang menjadi lawan mainnya kali ini sedang memasukan 3 jari sekaligus ke dalam kewanitaannya.

"Ahh, pak... ituku bisa lower kalau begini," desah Lisa yang masih bisa didengar jelas lewat telpon.

Ella langsung menjauhkan speaker ponsel dari telinganya. Dia merasa berdosa mendengarkan desahan dan kalimat tidak senonoh itu. Pipinya memanas karena malu.

"Ih, Lisa! Kamu masa begituan terus, sih? Kamu apa ngga takut dimarahin mamamu?" Ujar Ella mencoba menasihati sahabatnya yang sudah puluhan kali terang-terangan mengaku sudah pernah berhubungan intim dengan banyak pria.

Lisa tertawa dari sebrang sambungan telpon, "ketimbang nasihatin gue, lo mending nyoba deh El, sekali-kali. ML tuh enak, awalnya doang yang sakit, cuma perih dikit kok, abis itu gue jamin vagina lo bakal keenakan dimasukin penis cowok!"

Ella membekap mulutnya sambil melotot, "Lisa! Kamu nakal banget sih?! Itu dosa tau!"

"Halah dosa apaan, nih ya gue bil- argh! Pelan-pelan pak, barangku bisa jebol kalau dimasukin bareng, ahhhh, uhhh, nikmat! Sruk...," Suara telpon tiba-tiba mengecil, ponsel Lisa seperti tertimbun sesuatu.

"Lis? Lisa? Kamu kenapa?" Ella melihat layar ponselnya, mencoba menemukan keanehan dari suara Lisa yang tiba-tiba tidak jelas. Hanya suara erangan samar yang mampu Ella tangkap dari sambungan telpon.

"Lisa? Kamu masih disitu ngga sih? Halo? Kamu masih disana?" Dan tetap tidak ada balasan dari Lisa. Ella langsung badmood, dia merengut dan memencet tombol "end call" dengan bertenaga.

"Ih, Lisa kebiasaan deh tiap kali ditelpon pasti begini. Nyebelin banget."

Ella berjalan memasuki kamar dengan kaki yang dihentakkan. Lalu dia menjatuhkan diri diatas ranjang dengan posisi tengkurap, kepalanya menghadap ke kiri. Dan pandangannya tanpa sengaja bertemu dengan sapu tangan milik Felix yang berada diatas meja belajar, sapu tangan itu sudah ia cuci bersih pagi tadi.

Pikirannya lalu melayang jauh,

"Eum, kalau yang dibilang Lisa bener, apa aku bisa nahan buat ngga suka sama Kak Felix? Tapi... aku udah suka sama dia dari lama, huemm.. Ella bingung." Kata Ella, bermonolog. Dia mengakui perasaannya setelah sekian lama.

Our Beautiful Sins (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang