BAB 6 | MAAF (REVISI)

3.7K 23 0
                                    

Did you guys enjoy?

***

*Maafin typo

____

"Tenang, sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tenang, sayang. Kakak cuma mau ngecek tempat calon anak-anak kakak nanti."

Felix menumpukan kepalanya pada bahu kiri Ella. Dia menempatkan bibirnya disebelah telinga gadis itu, hingga setiap suara yang ia buat hembusan nafasnya mengenai kulit Ella, membuat tubuh empunya semakin memanas.

"K-kak... ini salah, kakak ngga boleh begini sama Ella, nanti Kak Jennifer marah," ucap Ella dengan terbata-bata, tapi gadis itu terkesan tidak melakukan perlawanan berarti pada aksi Felix.

Felix tertawa, "memang ngga boleh, sayang. Tapi kakak udah ngga bisa nahan, gimana dong? Dan soal Jennifer, dia ngga bakal tau kok selagi kita main cantik."

Ella menggeleng, "ngga mau. Ini dosa, kak. Ini Kita itu ipar. Lepasin Ella!" Dia memekik sambil berusaha melepaskan belitan kaki Felix dan juga pelukan pria itu.

"Sttt.... diam, sayang. Nikmati ini. Lihat adegan di depan kamu, mereka bahkan udah bersetubuh." Felix memaksa kepala Ella untuk menatap ke layar televisi.

Sekarang adegannya berganti lebih intim lagi, pemeran pria dan perempuannya tengah bertelanjang dibalik selimut. Pinggul si pria bergerak ke atas dan ke bawah dengan tempo lambat, lalu cepat, dan si aktris hanya bisa menjerit dengan wajah penuh nikmat dibawah kuasa si pria.

Pangkal paha Ella makin berkedut, ditambah usapan tangan Felix pada perutnya yang semakin intens. Terkadang pria itu mengusapnya ke atas dan bawah, terkadang dengan gerakan memutar.

"Lihat, sayang. Plok... plok... plok... suara penis yang masuk ke vagina. Kamu denger itu?" Bisik Felix dengan sesual.

Ella reflek melenguh, "eugh..." dia beberapa kali memejamkan mata, tanpa sadar menikmati keintiman yang Felix berikan dan juga adegan dewasa di depannya membuat Ella tanpa sadar menginginkan sesuatu menyentuh pangkal pahanya.

Dia mencoba membebaskan kakinya yang dikunci oleh kaki Felix, namun gagal. Kini perasaan gatal dipangkal pahanya makin menjadi. "Kak Felix, lepasin kaki Ella!" Perintahnya.

Felix tersenyum aneh, sedikit lebar dengan mata berkilat-kilat.

"Oh ... kenapa maksa gitu, hmm? Pangkal paha kamu berkedut, iya? Gatel, hmm? Ketimbang pakai kaki, mending pakai tangan kakak." Diakhir bisikan, Felix mencium pipi Ella dengan kecupan basah. "Cup!"

Ella makin tidak sanggup, nafsu sudah memuncak ke ubun-ubunnya. Dia bergerak dengan gelisah, tangannya yang tadi ingin mengenyahkan usapan Fekix pada perutnya, kini tangan itu justru meremas pergelangan tangan Felix.

Our Beautiful Sins (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang