BAB 14 | CAUGHT 0.2

1.4K 14 2
                                    

Maafin typooooo.

Happy happy reeaddddinggg

Double up, ninuninuninuuu🔥🔥🚒

***

18 jam sebelumnya.

"Pembatalan kerjasama?!"

Suara Felix naik beberapa oktaf begitu membaca sebuah berkas yang baru saja diantarkan oleh David, kepala direksi keuangan.

"Pembatalan ini akan berakibat buruk bagi perusahaan kita, pak, meksipun tidak akan sampai ke tahap kritis. Permasalahannya 75% dari anggaran sudah dibelanjakan, sementara Perusahaan milik Pak Abi sampai hari ini hanya membayarkan 35% anggaran dari perjanjian penuh. Kita harus mencari investor penganti jika tidak ingin merugi," tutur David. Dia duduk dengan tegang dikursi depan meja kerja Felix.

Felix mengusap wajahnya dengan kasar, keningnya mengkerut dalam. Pembatalan kerjasama ini bisa berdampak buruk bagi kestabilan perusahaannya.

Hening sesaat diantara mereka, hanya ada suara detak jarum jam yang menjadi latar diruangan itu. Sampai David yang sudah lama berkecamuk dengan pikirannya sendiri mencoba untuk memecahkan keheningan.

"Mohon maaf, pak. Untuk kasus ini, kenapa bapak tidak menggunakan perjanjian kontrak seperti semestinya sampai Perusahaan milik PT. Atmaja bisa dengan mudah membatalkan kerjasama?"

Felix terdiam, sesaat wajahnya mengetat kemudian dia menghembuskan nafas dengan keras. Tangannya mengusap kening. "Aku pikir bisa mempercayainya, pemilik PT. Atmaja adalah teman karibku di SMA dulu, ternyata dia tidak ubahnya tikus pengerat. Sialan! Tau begini sejak awal aku mintai dia uang muka 80% saja. Brengsek!"

Bibir Felix mengetat, emosinya memuncak. Meskipun pembatalan kerjasama ini tidak akan membuat perusahaannya merugi berat apalagi bangkrut, dan sebenarnya dia dapat dengan mudah mencari investor baru mengingat reputasi perusahaannya yang selalu gemilang, namun bukan itu permasalahannya, ini soal penghianatan dalam hubungan pertemanan. Felix merasa perlu melakukan sesuatu pada temannya itu.

"Ada berapa meeting hari ini?" Tanya Felix tiba-tiba, menyimpang dari topik pembahasan.

"Bagaimana, pak?" Tanya David, tidak mengerti kenapa pria yang menyandang posisi sebagai Direktur Utama di hadapannya ini tiba-tiba bertanya soal meeting ditengah persoalan serius yang sedang mereka bahas.

Felix terkekeh, David jelas tidak mengerti maksud dari ucapannya. "Ah, no problem, kembalilah ke ruang kerjamu. Dalam satu minggu kedepan aku pastikan investor baru akan masuk ke ladang kita, tenanglah."

David tersenyum, senyum yang terlihat sangat dipaksakan. Dia memang tidak pernah meragukan kinerja Felix selaku Direktur Utama dan anak pemilik perusahaan, tapi dia lama-lama muak dengan sikap sok mengampangkan yang selalu Felix tunjukkan.

David pun berdiri dan sedikit membungkukkan badan, "Baik, pak. Saya permisi dulu," pamitnya. Kemudian membalikkan badan dan berjalan keluar pintu.

Felix menyandarkan punggungnya ke kursi kantor yang empuk, kepalanya mendongak, menatap langit-langit ruang kerjanya. Kemudian dia tertawa kecil, ingatannya melayang pada kejadian satu bulan lalu.

Kala itu dia sedang minum sendirian di bar, tidak berniat untuk meniduri satupun wanita penggoda disana, Felix hanya ingin minum untuk melepaskan penatnya. Namun, Abi, teman SMA sekaligus pemilik PT. Atmaja, tiba-tiba menyapanya. Mereka dulu adalah teman seperjuangan, Felix yang lahir dari keluarga kaya sering membantu Abi membereskan masalah yang ia timbulkan karena kenakalannya. Tentu hal itu tidak secara cuma-cuma Felix lakukan, Abi juga sering membantu Felix dengan banyak hal, salah satunya mengantikan Felix saat les, sementara dia kabur dan bersenang-senang dengan pacarnya. Kenalakan mereka terjaga rapat sampai akhirnya harus berpisah ketika Felix harus melanjutkan study di Amerika, sementara Abi tiba-tiba pindah ke tempat neneknya. Setelah itu, mereka tidak pernah lagi bertemu ataupun bertukar kabar.

Our Beautiful Sins (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang