Maafin typos ya guysss...Kadang tuh nulis terus dibaca lagi, rasanya ngga ada typo. Tapi kalau udah di up terus dibaca ulang, Ya Tuhannnnn, typonya banyak banget ternyata kayak krikil dijalan, ampun dah...
Untuk baca yang ada ilustrasinya bisa mampir ke KaryaKarsa ku (hunny_hubby020) GRATIS khusus BAB ini. Kalau up gambar disini takutnya di banned sama wattpad.
Yaudah, HAPPY READINGGGG 🔥
______________________________________
HARI KE -1
Setelah insiden ajaib di dapur semalam, kini Ella dan Felix bertemu lagi dimeja makan.
Suasana pagi ini tidak jauh berbeda dari biasanya, dimeja makan ada Felix, Jennifer dan juga Alex serta pengasuhnya, yang berbeda hanyalah perasaan Ella. Rasa canggung merasupi ketika Ella tidak sengaja bertatapan dengan Felix, hanya beberapa detik tapi mampu membuat pipinya memanas.
Sejak semalam dia tidak bisa tidur, hatinya gelisah tak karuan. Ketika terpejam bayang-bayang wajah Felix tergambar jelas diotaknya, namun ketika matanya terbuka kilas balik adegan romantis mereka di dapur kembali berputar, seakan sedang diperagakan ulang didepan matanya.
Sarapan pagi itu berlangsung tenang, hanya celotehan absurd Axel yang menjadi satu-satunya suara yang menghiasi. Ella hanya menganggapi celotehan Axel dengan senyum, sementara matanya mencuri-curi pandang pada Felix, berharap pria itu melihat ke arahnya. Tapi ternyata Felix tidak menoleh kemanapun, dia sibuk menyantap menu sarapannya dengan begitu lahap.
Ella pun menghela nafas, dadanya dilanda rasa kecewa, jenis kekecewaan seorang kekasih ketika diabaikan. Seharusnya perasaan semacam ini tidak boleh timbul diantara mereka, adik dan kakak ipar. Tapi akankah perasaan yang sama juga Felix rasakan? Atau hanya Ella yang merasa begini?
HARI KE-2
Entah sejak kapan kegiatan sarapan menjadi momen yang paling Ella tunggu. Dia tidak pernah se-excited ini hanya untuk bangun pagi dan bergegas ke ruang makan. Bukan untuk menyantap menu sarapan yang dimasak oleh para maid yang khusus bertugas di dapur, bukan juga untuk berinteraksi dengan Kakak dan keponakannya. Namun Felix. Tujuannya melakukan semua itu adalah Felix.
Meskipun ribuan kali dia menolak dan menyangkal, nyatanya bayang-bayang kegiatan manis mereka yang berlangsung singkat di dapur waktu itu justru terus-menerus hidup diotak Ella. Dia tidak bisa menyangkal lagi jika ia menginginkan perhatian Felix. Dia merindukan kedekatan mereka ketika tidak ada siapapun yang mengawasi.
Sejak hubungannya dan Felix mulai melebihi batas adik dan kakak ipar pada umumnya, Ella merasa seperti harus berdandan agar selalu tampil cantik. Dia juga ingin terlihat dewasa dan menarik seperti kakaknya, Jennifer. Dia menginginkan Felix untuk melihatnya, maka dari itu pagi ini dia berganti parfume, ia berharap Felix mengetahui itu, atau setidaknya menoleh kearahnya.
Sayangnya, seperti kemarin, Felix lebih banyak diam hari ini, pria itu bahkan buru-buru meninggalkan ruang makan ketika ponselnya berdering. Panggilan itu terlihat menyita penuh perhatiannya sampai sapaan "hati-hati" dari istrinya tidak dijawab. Kekecewaan kembali Ella telan dengan susah payah hari ini.
Dia mulai bertanya-tanya, kenapa sejak malam itu Felix semakin terasa jauh? Apa... Ella sudah tidak menarik lagi baginya? Atau justru, pria itu marah karena terakhir kali mereka bersama adalah saat Ella mendorongnya sampai terjerembab?
Oh, Ya Tuhan! Pasti karena itu. Tapi, kan, itu salah Felix sendiri yang sudah asal mengucapkan kata-kata tidak senonoh. Ella jelas tidak terbiasa mendengar sebutan "alat reproduksi pria" di telinganya, makanya malam itu dia reflek menampar mulut Felix dan mendorongnya. Tapi kalau dipikir-pikir tetap saja ia salah dan harus meminta maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Beautiful Sins (REVISI)
RomanceMENGANDUNG BAHASA + ILUSTRASI VULGAR 21+. MOHON BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN. EFEK APAPUN YANG DITIMBULKAN DARI MEMBACA CERITA INI SEPENUHNYA ADALAH TANGGUNG JAWAB PEMBACA. *** Perasaan tertarik yang salah itu mengantarkan Felix dan Ella pada sebuah...