PROLOG (VERSI REVISI)

14.8K 50 0
                                    

Di versi baru ini, Ella dan Felix adalah kakak - adik ipar.

I hope you guys enjoy this new version just like u did with the old one. Thank uu❤️

WARNING : BACAAN DEWASA ⚠️

_____

*maafin typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*maafin typo

Semerbak bunga kala itu berhembus lembut bersama angin yang berayun pelan. Di tengah sebuah pernikahan yang berlangsung dengan penuh cita, semua orang terlihat bergembira.

Dekorasi yang indah, pakaian mewah yang dibuat seragam, rangkaian bunga segar yang semerbak, tempat duduk yang dihias dengan apik, serta jamuan yang lezat.

Pernikahan yang terlihat sederhana namun nyatanya menelan biaya cukup besar. Tapi semuanya tidak masalah bagi si mempelai pria, yang merupakan pengusaha properti kaya raya.

Di atas panggung yang di design megah, sepasang pengantin yang rupawan tengah berdiri, bergantian menyalami para tamu undangan yang datang silih berganti, seperti tidak ada surutnya.

Namun, semua itu tidak masalah, toh, sudah direncanakan. Memang begini, kan, pernikahan itu? Mengundang banyak orang, sanak-saudara, rekan, kerabat dan teman. Lalu menjamu mereka dengan tempat duduk yang nyaman dan makanan yang lezat, semuanya dilakukan untuk menunjukkan status keluarga, supaya tidak digunjingkan dikemudian hari.

Tapi semua itu tidak lagi penting bagi si mempelai pria. Dia tidak peduli. Tujuannya menikahi sang istri bukan untuk ini, bukan untuk mengadakan pesta pernikahan yang dihadiri oleh banyak orang dengan tujuan 'supaya mereka tau kalau orang yang berdiri disampingku ini adalah istriku' bukan, bukan itu tujuan Felix, -si mempelai pria.

Tujuannya jelas berada di depan sana, bukan yang berdiri disampingnya saat ini. Dia yang tengah duduk bersama beberapa tamu, dengan gaun putih selutut yang membalut tubuh sintalnya-itu adalah tujuan Felix menikahi istrinya.

Dia adalah seorang gadis muda yang terlihat sopan, anggun dan rupawan. Wajahnya teduh, tubuhnya tidak terlalu tinggi, tapi tidak pendek. Badannya tidak gemuk, hanya berisi dan menonjol di bagian yang pas. Senyumnya begitu manis, matanya membentuk bulan sabit ketika dia tersenyum.

Gaun warna putih selutut yang ia kenakan terlihat begitu indah, melekat dengan pas, seakan dijahit satu-persatu ditubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gaun warna putih selutut yang ia kenakan terlihat begitu indah, melekat dengan pas, seakan dijahit satu-persatu ditubuhnya. Meskipun gaun yang ia kenakan tidak terbuka, tapi bagi Felix yang sudah sangat terobsesi dengan gadis itu, gaun itu tidaklah ubah seperti kain transparan yang dapat dengan mudah diterawang. Felix dan imajinasi liarnya jelas dengan kurang ajar bisa menebak bentuk "aset" di balik gaun itu.

Gila. Pikirnya sudah tidak waras. Bahkan disaat sakral seperti ini Felix tidak bisa menahan diri untuk tidak berimajinasi kotor soal adik iparnya. Benar sekali, adik ipar. Sosok gadis cantik itu tadi adalah Ella, adik kandung dari Jennifer -istrinya- yang secara teknis adalah adik ipar Felix.

Namun meksipun otaknya sibuk berimajinasi riang mengenai bentuk aset si adik ipar, Felix tidak kehilangan fokus pada tamu-tamu undangan. Dia tetap menggerakkan tangan, menyalami mereka satu-persatu, dengan senyum ramah, dan sesekali berbasa-basi. Meskipun matanya masih sesekali mengawasi pergerakan si adik ipar.

Tiba-tiba seorang pria tua, berusia sekitar 56-an tahun, menaiki panggung dan berkata heboh, "Wah, Pak Felix, selamat atas pernikahannya! Saya ngga nyangka kalau selama ini bapak nyembunyiin calon secantik ini." Pria itu menyalami Felix, sambil tertawa jenaka dan mengerling genit ke arah Jennifer.

Felix tertawa ramah dan membalas, "bagaimana tidak disembunyikan kalau calonnya secantik ini?" Katanya sambil meraih pinggang Jennifer supaya semakin menempel padanya.

Jennifer hanya tersenyum canggung, merasa risih dengan tatapan pria tua di depannya, namun dia juga nyaman karena rengkuhan hangat yang Felix berikan di pinggangnya itu seakan berkata : "tenang saja, ada aku."

Pria tua itu lalu bergantian menyalami Jennifer, hanya salaman singkat, namun tangan pria itu mencengkram dengan cukup erat sampai Jennifer nyaris mengaduh. Kemudian si pria tua berpamitan,

"Kalau begitu saya berbaur dengan yang lain dulu. Sekali lagi, selamat ya, Pak Felix."

Pria tua itu pun pergi menuruni panggung dan bergabung bersama tamu undangan yang lain. Sementara Felix dan Jennifer kembali menyalami tamu-tamu yang baru datang.

Disela-sela menyalami tamu, Felix berbisik ditelinga Jennifer, "Aku ngga sabar buat jadi bagian dari keluarga kamu." Namun saat mengatakan itu mata Felix tegap ke depan, mengikuti setiap pergerakan tubuh adik iparnya.

Jennifer tersipu malu mendengar itu. Dia tidak tahu jika kata-kata itu diperuntukkan untuk Ella, adik kandungnya. Tanpa tahu fakta itu Jennifer menepuk lengan Felix dengan manja. "Mas, jangan keras-keras ih, maluu..."

Felix terkekeh, tidak menjawab lebih jauh. Pria itu menyalami para tamu dengan senyum ramah, tapi sebenarnya senyum itu bukan untuk mereka, melainkan untuk adik iparnya.


Our Beautiful Sins (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang