Taeyong mengundurkan diri dari pekerjaannya, sehari setelah menikah Ten juga melakukan hal yang sama. Mereka berdua sepakat untuk berhenti, Ten sibuk dengan urusan rumah tangga sedangkan Taeyong memilih untuk pulang ke kampung halamannya saja.
Bermodalkan uang yang sudah ia kumpulkan selama bekerja, dia yakin uang tersebut akan memenuhi kebutuhannya untuk beberapa bulan ke depan.
Setidaknya, Taeyong tidak merepotkan saat berada di rumah nanti. Kepulangannya di sambut ceria oleh kedua orang tuanya, mereka memeluk Taeyong dan makan malam bersama. Bercerita banyak hal kemudian akan pergi tidur setelah malam begitu larut.
Pagi harinya Taeyong akan membantu sang Ibu untuk memasak, dia cukup iba melihat laki-laki cantik yang sudah melahirkan nya itu harus sibuk bekerja, padahal Taeyong bisa menggantikan nya untuk melakukan hal tersebut.
Setelah sarapan, Taeyong akan ikut sang Ayah ke kebun, membantu pria paruh baya itu menyiram, memberikan pupuk dan mengambil hasil panen. Dia melakukan semua hal tersebut dengan hati yang senang hati.
Setelah makan malam usai, Taeyong berpamitan untuk tidur. Cahaya bulan mengintip malu dari balik jendela, Taeyong tersenyum menatap keindahan tersebut. Dia melirik sebuah album yang tersusun rapi di meja belajarnya, album yang di dalamnya terdapat foto-foto saat kelulusan sekolah dulu.
"Sudah bertahun-tahun lamanya," lirih Taeyong mengambil ambil tersebut. Dia membolak-balik benda itu dan tersenyum sendiri saat mengingat kenangan yang ada, sampai pergerakan tangannya untuk membalik itu terhenti pada sebuah foto.
Di sana terdapat banyak orang, foto angkatan. Dengan perlahan tangan itu mengelus wajah seseorang yang terlihat datar di sana, itu adalah Jaehyun, orang yang dia sukai.
"Bagaimana kabarnya sekarang ya? Sepertinya itu adalah pertemuan terakhir kami. Jaehyun, aku ... merindukanmu, sangat."
Menghela napas panjang, lantas Taeyong menutup album tersebut karena tidak ingin merasa sedih lagi. Menyimpannya kembali ke atas meja kemudian Taeyong bergerak untuk menaiki ranjang, akan tetapi langkahnya terhenti saat mendengar suara ketukan pintu.
Tok! Tok!
"Yongie, apa kau sudah tidur sayang?"
"Ibu?" lirih Taeyong seraya berjalan menuju pintu kamar, "Ada apa Ibu?"
"Ayo ikut Ibu, ada seseorang yang datang mencari mu. Dia sedang mengobrol di ruang tengah bersama ayahmu sekarang."
Taeyong mengernyit, "Mencariku? Siapa Ibu?"
"Sudah. Tidak usah banyak tanya, ayo kita ke sana sekarang." Sang Ibu menarik tangan Taeyong begitu saja, membawa tubuh sang anak untuk berjalan menuju ruang tengah. Sayup-sayup suara orang yang mengobrol terdengar, hingga akhirnya Taeyong dan Ibunya sampai di ruang tengah.
Laki-laki cantik itu terpaku, langkahnya membeku. Seolah seseorang yang dia lihat sekarang tidaklah nyata, bisa saja Taeyong sudah tidur dan sekarang tengah bermimpi karena saking merindukan pria itu. Namun, saat sang Ibu kembali menarik dirinya, mau tak mau Taeyong berjalan mendekat dan mendudukkan diri.
"Akhirnya kau datang, seseorang mencari mu."
"J-jaehyun?" lirih Taeyong tak percaya, semuanya benar-benar nyata. Sosok yang sedang duduk di depannya itu benarlah ada, dan bukan halusinasi Taeyong saja.
"Taeyong sudah di sini. Jadi, apa tujuan kau mencari anakku malam-malam begini?" Tuan Lee bertanya.
Jaehyun menatap orang tuanya sebentar kemudian menganggukkan kepala, lantas dengan wajah serius dia menatap ayah Taeyong.
"Maaf karena sudah mengganggu waktu istirahat Tuan dan Nyonya Lee, tanpa basa basi, tujuan saya mencari Taeyong dan kedatangan kami ke sini adalah untuk melamar Taeyong, aku ingin menjadikan dia sebagai istriku."
"A-apa?!"
******
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You [✓]
FanfictionYang Taeyong tahu kalau cintanya itu bertepuk sebelah tangan. Lantas kenapa Jaehyun malah menikahinya? "Jaehyun, aku ... Menyukaimu." "Terima kasih, Taeyong." Alert : 17+ © Machayy0