Ten menjauhkan tangannya dari bahu Taeyong, dia menatap sang sahabat kemudian menghela nafas panjang. Sedikit bimbang kemudian dia mulai buka suara.
"Tak seharusnya aku mengatakan ini, karena aku pikir Jaehyun sudah mengatakan semuanya padamu. Tapi, ternyata dia masih menjadi seorang pengecut. Dengar, Jaehyun mencintaimu. Kami tak pernah dekat seperti yang kau pikirkan itu, dan yang kau katakan tentang Jaehyun yang menikahi mu karena kasihan adalah omong kosong."
"Ten ...."
"Aku bersungguh-sungguh! Pertemuan kami hanya membahas tentang dirimu. Bertanya apa yang kau lakukan selama bekerja bahkan tak tanggung-tanggung dia juga memuji mu dan mengatakan kau benar-benar cantik dan membuat perasaanya tak karuan, dia juga mengatakan kalau ia menyesal meninggalkan mu begitu saja setelah pernyataan cinta yang kau ungkapkan setelah hari kelulusan----"
"---- Katanya, dia terlalu gugup. Akan tetapi ada satu permasalahan yang membuat dia tidak bisa menerima mu saat itu juga, aku tidak tahu entah masalah apa itu karena Jaehyun tak mengatakannya. Jadi, jangan mengatakan hal-hal aneh lagi, percaya padaku kalau Jaehyun benar-benar mencintai mu, dia tidak mungkin selingkuh. Jika kau masih tidak percaya maka kau bisa bertanya langsung pada Jaehyun," jelas Ten panjang lebar.
Taeyong hanya diam, dia kembali menundukkan kepala tanpa mengeluarkan suara. Pikirannya mulai menjelajah, mereka memang jarang berkomunikasi, terlebih dengan Jaehyun yang sering pulang malam membuat dia tak bisa bertanya banyak hal.
"Istirahatlah di kamar tamu, dan tenangkan pikiranmu di sana. Ayo ku antar!" Ten menepuk bahu Taeyong pelan kemudian bangkit dari duduknya dengan hati-hati, memaksa sahabatnya itu untuk berdiri dan berjalan menuju kamar tamu di rumahnya.
Taeyong duduk di atas ranjang dengan menundukkan kepala, masih memikirkan perkataan Ten padanya.
"Dan tentang kehamilan mu, aku tahu dari Johnny. Saat mereka bertemu di kantor, Jaehyun tak pernah berhenti mengatakan banyak hal tentang kehamilan mu bahkan dia juga bertanya bagaimana cara menyikapi orang yang mengidam dan banyak hal lainnya, jadi kau tahu maksudku bukan?"
"...."
"Jaehyun sebenarnya peduli padamu, tapi dia tidak tahu cara yang tepat untuk bertindak. Aku akan keluar, kau tidurlah." Ten keluar setelah melihat Taeyong yang masih terdiam.
Ten menutup pintu kamar dengan pelan, mengambil ponselnya di atas meja depan sofa, kemudian mengetikkan sesuatu di sana. Hingga tak beberapa lama kemudian terdengar suara pintu rumah yang terbuka, Ten yang sedang memakan es krim dan beberapa cemilan menolehkan kepala, dua orang pria berbadan tegap berjalan memasuki rumah.
"Di mana Taeyong?"
"Kamar tamu, aku menyuruhnya untuk istirahat. Kau tahu, dia menangis tak karuan sambil memakan es krim, sungguh aku sangat sedih melihatnya. Dan yang paling aku kesal kan adalah kau masih belum menjelaskan semuanya pada Taeyong, kau masih menjadi seorang pengecut!" jawab Ten panjang. Dia menatap laki-laki Jung itu dengan pandangan kesal.
"Sabar sayang, jangan marah-marah begitu." Johnny tampak mengusap bahu istrinya lembut, berharap rasa kesal Ten berkurang.
Helaan napas lelah terdengar, Jaehyun mengusap wajahnya kemudian berjalan menuju kamar tamu di rumah Johnny dan Ten. Dia membuka pintu dengan pelan kemudian melihat sosok yang dia cari kemana-mana tadi sedang tertidur pulas di atas ranjang, sembari memeluk guling dan menyembunyikan wajahnya di sana.
Setengah mati dia mencari keberadaan Taeyong, setelah memastikan Winwin mendapat obat untuk lukanya, langsung saja Jaehyun berlari keluar untuk mencari keberadaan sang istri. Dia salah karena sudah membentak Taeyong, terlalu ceroboh hanya karena tak terima di tuduh begitu saja oleh Taeyong.
Beruntung Ten mengirim pesan dan mengatakan kalau Taeyong ada di rumahnya. Tanpa pikir panjang Jaehyun mengendarai mobilnya ke sana dan bertemu dengan Johnny tepat di depan rumah.
Johnny sempat bertanya kenapa Jaehyun datang ke rumah mereka, saat menyebut nama Taeyong laki-laki Seo itu langsung paham dan mempersilahkan Jaehyun untuk masuk.
Dengan langkah pelan dia mendekati sosok Taeyong yang tampak tertidur dengan nyaman, laki-laki Jung itu duduk di tepi ranjang dan mengelus rambut serta pipi sang istri dengan lembut, takut-takut hal yang dia lakukan membuat Taeyong terbangun.
"Maaf," lirihnya seraya menyelipkan satu ciuman di kening Taeyong, Jaehyun mengangkat tubuh mungil itu ala bridal style kemudian membawanya keluar kamar.
"Kau akan langsung pulang?" tanya Ten.
"Ya, terima kasih karena sudah mengabari ku."
Ten mengangguk, "Sama-sama. Aku minta maaf karena sudah berbicara tentang mu tadi, aku harap kau menjelaskannya pada Taeyong. Jangan jadi pengecut lagi Jaehyun."
"Ya, aku akan mengatakannya, sekali lagi terima kasih."
"Aku tak ingin lagi dia menangis Jaehyun, mood orang hamil memang begitu. Jadi aku harap kau jangan pernah bertindak ceroboh dengan membentak atau mengacuhkannya, Taeyong amat sangat membutuhkan perhatian lebih sekarang. Hati-hati di jalan," ucap Ten menatap Jaehyun serius.
Laki-laki Jung tersebut mengangguk, dia memandang wajah tenang Taeyong yang masih tertidur di dalam gendongannya. Kemudian berpamitan, berjalan keluar dari kediaman keluarga Seo.
******
Tbc.
Selamat menunaikan ibadah puasa teman-teman:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You [✓]
FanfictionYang Taeyong tahu kalau cintanya itu bertepuk sebelah tangan. Lantas kenapa Jaehyun malah menikahinya? "Jaehyun, aku ... Menyukaimu." "Terima kasih, Taeyong." Alert : 17+ © Machayy0