Taeyong mengangkat baju kaus kebesaran yang di pakai, mematut dirinya di cermin berkali-kali. Tangan itu bergerak untuk mengelus perut yang sudah mulai membuncit dan keras, laki-laki cantik tersebut tersenyum dengan lebar.
"Aku tidak percaya, sekarang ada kehidupan di sini."
Terkekeh dengan apa yang baru saja ia lakukan, lantas Taeyong merapikan kembali bajunya dan menatap wajahnya di cermin, mengambil parfum miliknya kemudian mengernyit heran. Entah kenapa, tiba-tiba bau parfum kesukaannya itu terasa amat sangat menyengat sekarang.
Meletakkan botol itu kembali kemudian matanya menangkap botol parfum milik Jaehyun, dengan iseng ia membuka tutupnya kemudian aroma citrus yang menenangkan membuat dia tersenyum.
"Hush! Baunya enak, seperti tubuh Jaehyun, apa aku boleh mengambil ini sedikit?" tanya Taeyong pelan.
"Jaehyun aku minta parfumnya sedikit yaa~"
"Iya sayang, ambil saja." Bertanya sendiri dan menjawab sendiri, Taeyong terkikik geli karenanya. Laki-laki cantik itu menyemprot parfum dengan banyak kemudian kembali menutup botol tersebut.
Dia berjalan keluar dari kamar dengan memakai cardigan yang sudah menempel di badan, memasuki dapur dan tak lama kemudian keluar dari sana sambil membawa tas berisi bekal di tangannya.
Beberapa hari ini Jaehyun sudah merawat dirinya dengan baik, mulai dari membelikan apapun yang dia mau, mengusap rambutnya saat akan tidur dan tingkah manja lainnya.
Karena Jaehyun sudah bersabar dan merawatnya dengan baik maka Taeyong ingin membalas kebaikan itu, dengan cara memasakkan makan siang dan mengantarkan ke tempat kerjanya.
"Dadaa rumah," pamitnya seraya melambaikan tangan saat menutup pintu rumah, lekas dia berjalan menuju halte dan menunggu bus datang.
Tidak membutuhkan waktu lama, Taeyong menaiki bus dan melihat pemandangan kota yang ramai karna jam makan siang. Dia menutup hidung saat mencium aroma menyengat yang bercampur di dalam bus, mencoba menahan rasa mualnya. Beruntung sekali mual yang sempat ia rasakan tak separah kemarin lagi.
Diam-diam ia mengalihkan pikirannya dan membayangkan reaksi Jaehyun saat dia datang ke perusahaan laki-laki itu nanti, apa suaminya itu akan terkejut atau malah akan khawatir karena dia pergi tanpa izin.
Hingga di sinilah Taeyong sekarang, berdiri di depan perusahaan sang suami, dia menghela napas panjang kemudian melangkahkan kaki masuk ke dalam gedung pencakar langit tersebut. Beberapa karyawan tampak membungkuk hormat padanya karena mereka tahu tentang hubungan Jaehyun dan Taeyong.
"Permisi, Bisakah aku bertemu dengan Jaehyun?" tanya Taeyong sopan pada sang resepsionis di sana.
Wanita berambut cokelat pendek itu terpana dengan wajah Taeyong kemudian dia mengangguk cepat, tak ada alasan untuk menghadang Taeyong menemui suaminya sendiri, sang resepsionis langsung mengantar Taeyong menuju lift.
"Tak usah, aku bisa ke atas sendiri. Terima kasih, Nona."
"Sama-sama, Tuan. Saya pamit undur diri."
Mengangguk dan menatap kepergian wanita tadi hingga hilang karena pintu lift yang sudah tertutup. Laki-laki cantik itu menatap tas bekal di tangannya, tak henti-henti tersenyum membayangkan ekspresi Jaehyun nanti. Saat dentingan lift berbunyi nyaring, lantas Taeyong keluar dan berjalan menuju satu-satunya ruangan di lantai ini.
Dengan langkah riang dia membuka pintu ruangan Jaehyun. Namun, seketika senyum itu menghilang saat melihat Jaehyun tengah duduk di sofa dengan seorang laki-laki cantik. Mereka tampak berbicara bahkan Jaehyun juga memberikan laki-laki cantik itu makanan.
"Makanlah."
"Ya, terima kasih Jaehyun. Maaf merepotkan," jawab laki-laki itu seraya mengambil makanan yang di sodorkan.
Entah kenapa Taeyong kesal dan marah melihatnya, dia cemburu. Berjalan cepat kemudian meletakkan tas berisi bekal di atas meja dengan kasar. Hal tersebut jelas membuat Jaehyun dan laki-laki tadi terkejut dan berdiri dari duduknya.
"Taeyong?"
"Kau jahat! Aku susah payah ke sini untuk memberimu kejutan, tapi kenapa kau malah membelikan dan memberikan makanan untuk orang lain?"
"Kenapa kau keluar rumah tanpa meminta izin dariku, Taeyong?"
Laki-laki cantik itu mengepalkan kedua tangan, dia menatap Jaehyun dengan wajah memerah. Emosinya mulai memuncak begitu saja. "Oh begitu? Jika aku meminta izin untuk datang ke sini, mungkin kau tidak akan menghabiskan waktu dengan laki-laki ini, kau berselingkuh ya? Pantas saja sikapmu acuh padaku."
"Jangan berkata omong kosong."
"Itu yang aku lihat, kau sangat menikmati waktu dengan laki-laki ini ya?!" bentak Taeyong. Dia menolehkan kepala dan menatap laki-laki di samping Jaehyun marah, "Kau ingin merayu suamiku ya? Katakan!"
"Sekali lagi ku tegaskan, jangan berkata omong kosong. Tenangkan dirimu, Taeyong."
Mengabaikan ucapan sang suami, Taeyong malah mengangkat tangannya kemudian menampar pipi laki-laki cantik di sebelah Jaehyun dengan keras, bahkan suara tamparan itu menggema di ruangan tersebut.
"Winwin!" teriak Jaehyun, lantas mendekati laki-laki bernama Winwin itu kemudian memeriksa tubuhnya. "Kau tak apa-apa? Ini berdarah."
Laki-laki yang di panggil Winwin itu mengangguk, dia memegangi sudut bibir yang terasa perih, bahkan ada darah di sana. Jaehyun menatap luka itu pelan kemudian beralih pandang untuk menatap Taeyong dengan tajam.
"Apa yang kau lakukan?! Kau melukainya Taeyong!" teriak Jaehyun.
Laki-laki cantik itu terkejut mendengar teriakkan sang suami, Taeyong mengepalkan tangannya, berusaha sekuat tenaga untuk menahan tangis yang membludak ingin keluar.
Dengan pandangan kabur oleh air mata, Taeyong dapat melihat bagaimana wajah khawatir Jaehyun saat melihat luka di sudut bibir Winwin.
"Taeyong, pulang sekarang!"
Laki-laki cantik itu menggigit bibir bawahnya kemudian mengusap air mata yang sempat menetes membasahi pipi, dia melempar dan menendang tas berisi bekal itu hingga berserakan di lantai.
"Kau jahat!""Aku bilang, pulang Taeyong!" teriak Jaehyun lagi, lagi-lagi dia menatap Taeyong dengan sangat tajam.
Hal tersebut jelas membuat Taeyong menangis, dia memukul lengan Jaehyun seraya berkata, "Kau jahat! Aku benci kau Jaehyun, aku benci!"
Kemudian ia berlari keluar dari ruangan Jaehyun. Hatinya sakit, benar-benar sakit mendengar bentakan Jaehyun, terlebih tatapan tajam yang baru pertama kali dia lihat.
******
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You [✓]
FanfictionYang Taeyong tahu kalau cintanya itu bertepuk sebelah tangan. Lantas kenapa Jaehyun malah menikahinya? "Jaehyun, aku ... Menyukaimu." "Terima kasih, Taeyong." Alert : 17+ © Machayy0