Taeyong menundukkan kepala. Dia merasa malu karena sudah mengatakan hal itu, asyik memilin ujung baju yang di pakai sampai tak menyadari kalau Jaehyun sudah mengubah posisinya menjadi duduk, mereka saling berhadapan lagi sekarang.
"Kau bilang apa?"
Tersentak. Taeyong langsung menatap wajah Jaehyun kemudian menundukkan kepalanya lagi, suara Jaehyun terdengar dingin di telinganya.
"Lupakan, aku akan tidur saja."
Taeyong bergerak gelisah kemudian memilih untuk tidur, dia menarik selimut kemudian memposisikan diri membelakangi Jaehyun. Wajahnya masih memerah, malu, sedih bercampur dengan sedikit rasa kecewa.
"Aku bertanya padamu. Bangun dan jawab pertanyaan ku."
Taeyong hanya diam. Yang mana hal tersebut membuat Jaehyun langsung menarik selimut yang menutupi tubuh sang istri kemudian membalik posisi tidur Taeyong. Mengukung tubuh kecil itu dengan badannya yang tegap.
Mata keduanya saling bertemu, Jaehyun melihat ada air bening di sudut mata Taeyong.
"Kau menangis?"
"T-tidak!"
Jaehyun menghela napas kemudian sedikit menundukkan badan, dia menatap mata Taeyong dengan dalam.
Taeyong mengalihkan pandangan, dia mati-matian menahan air mata yang ingin keluar. Helaan napas panjang terdengar dari Jaehyun, sampai pada akhirnya Taeyong terkejut saat Jaehyun memegang pipinya dan mempertemukan bibir mereka, membawa pada ciuman hangat dan tak menuntut.
"Aku mendengar ucapanmu." Jaehyun berbisik. Dia kembali mencium bibir Taeyong dan menyesapnya, atas dan bawah, tidak lupa pula dengan lidah yang saling beradu di dalamnya.
Ciuman itu turun ke leher dan bahu, Jaehyun meninggalkan beberapa tanda kemerahan di sana. Tanpa pikir panjang, dia membuka semua pakaian Taeyong begitupula dengan dirinya sendiri.
Suara desahan terdengar jelas saat Jaehyun memainkan bibirnya di atas permukaan dada Taeyong, semua persiapan di lakukan, hingga masuk ke bagian inti. Taeyong merasa sakit saat milik Jaehyun masuk menerobos lubangnya.
Air mata jatuh membasahi pipi, Taeyong meringis kesakitan. Sedangkan Jaehyun hanya diam memperhatikan. Cukup lama terdiam dengan posisi itu, hingga akhirnya Taeyong menghapus air matanya sendiri kemudian menatap Jaehyun.
"Bergeraklah."
Jaehyun mengangguk dan mulai bergerak dengan pelan. Dia masih menatap laki-laki di bawahnya, bagaimana Taeyong memejamkan mata menahan rasa sakit yang mendera tubuhnya. Bibir mungil tersebut tampak terkatup erat.
"Shhh ...." Ringisan kembali terdengar dari bibir Taeyong saat Jaehyun mulai mempercepat tempo miliknya di dalam sana. Benda tumpul itu seolah ingin merobek lubangnya saat itu jua.
Suara desahan dan kecipak basah memenuhi ruangan kamar yang remang-remang tersebut, Taeyong menatap sosok Jaehyun yang tampak memejamkan matanya sesekali saat merasakan milikinya di jepit dengan erat.
Cukup lama kegiatan panas itu berlangsung, dan sudah beberapa kali pula Taeyong mencapai puncak kenikmatan, yang mana cairan itu mengotori perutnya dan Jaehyun.
"Aku mencintaimu, Jaehyun. Jaehyun ... Jaehyun ... Jae--- HYUN," ujarnya sambil mendesah, berkali-kali saat merasakan milik Jaehyun mulai membesar di dalam sana.
Tak ada balasan cinta yang di dapat oleh Taeyong. Tubuh Taeyong lemas, tenggorokan sakit dan mata yang ingin terpejam karena kelelahan. Menggeram saat cairan itu menembak masuk ke dalam tubuhnya, matanya memutar ke atas, merasa terbang akibat pelepasan mereka kali ini.
Napas terengah-engah, Taeyong tak kuat lagi. Dia memilih untuk memejamkan mata setelahnya, tak mempedulikan cairan Jaehyun yang masih berlomba-lomba masuk ke dalam tubuhnya. Taeyong lelah, sangat lelah dengan permainan Jaehyun yang bahkan tak terhitung sudah berapa ronde.
Sedangkan laki-laki Jung yang memiliki tubuh tegap itu menatap wajah istrinya dengan pandangan melembut, dia mengusap pipi Taeyong pelan kemudian mencium keningnya.
"Selamat tidur, dan terima kasih Taeyong." Jaehyun berbisik.
Malam usai dengan pagi yang datang menyapa, cahaya terang masuk melewati celah gorden dengan malu-malu yang mana hal tersebut membuat tidur seseorang terganggu. Taeyong mengerjapkan matanya perlahan kemudian mencoba untuk menyesuaikan cahaya.
Dia meringis saat menggerakkan tubuhnya, menatap selimut yang membungkus diri kemudian tersenyum simpul, Taeyong merasa bangga karena menurutnya hubungan mereka sudah masuk ke tahap jauh. Tak hanya sekedar tepukan dan ciuman singkat di kening, kini mereka bahkan sudah melakukan hal selayaknya suami istri lainnya, begitulah.
Dengan malu-malu Taeyong membalikkan badan, tersenyum begitu manis.
"Selamat pagi Jae ... hyun?" ucapannya terhenti, tatkala sepasang mata itu hanya melihat kekosongan di sebelahnya. Tak ada Jaehyun yang tertidur di sana.
Tangannya mengelus kasur yang terasa dingin, pertanda kalau orang yang menempati tempat tersebut sudah pergi sejak lama.
Rasa kecewa langsung menyergap masuk, air mata tak lagi dapat dia tahan. Taeyong mulai menangis sambil terisak karena rasa sesak di dadanya, di tinggal begitu saja setelah bercinta membuat dirinya tampak begitu menyedihkan.
Ternyata cuma dia yang berharap, hanya dia yang berekspektasi tinggi terhadap hubungan mereka. Pada pagi hari nan cerah itu Taeyong malah menghabiskan waktunya dengan menangis, menangisi kehidupannya. Cintanya tak pernah terbalaskan, sama sekali tidak, pikirnya.
******
Tbc.
Agak nyeleneh bagian 'itu' nya
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You [✓]
FanfictionYang Taeyong tahu kalau cintanya itu bertepuk sebelah tangan. Lantas kenapa Jaehyun malah menikahinya? "Jaehyun, aku ... Menyukaimu." "Terima kasih, Taeyong." Alert : 17+ © Machayy0