Chapter 7 : Sikap Diana

35 5 0
                                    

Pagi entah kenapa Awilen merasa sikap Diana agak berbeda dari biasanya. Ketika ingin sarapan, Diana dengan ramahnya menyiapkan sarapan yang sebenarnya ingin Awilen sendiri ambil.

"Ada apa denganmu?" tanya Awilen pada Diana yang tidak henti-hentinya tersenyum di hadapannya.

"Aku? Aku tidak apa-apa, kau mencemaskanku ya?" goda Diana sambil melebarkan senyumnya kembali.

"Ck, tentu saja tidak! Kau seperti orang gila yang senyum-senyum tidak jelas," ejek Awilen lalu beranjak dari tempatnya dan hendak pergi ke kantor.

"Apa-apaan itu," gumam Diana yang tak terima diejek dan ia juga mengikuti Awilen yang akan pergi dan dengan tidak sopannya Diama mengambil tas kerja yang ada ditangan Awilen dengan paksa.

"Kau! Kenapa mengambil tas kerjaku?" tanya Awilen dengan geram dan dibalas cengiran oleh Diana.

"Biar aku bawa sampai depan ya mas," ucap Diana dengan tampang menyebalkannya.

Awilen sedikit salah tingkah ketika Diana memanggilnya mas, bahkan telinganya sedikit memerah. Karena merasa tidak ada sahutan Diana pun senang karena Awilen tidak menolak apa yang ia lakukan, ia pun mengikuti Awilen hingga didepan mansion mereka.

"Ini tas kerjamu," ucap Diana sambil memberikan tas.
Awilen pun mengambil tas itu, tapi ketika hendak pergi tangannya ditahan oleh Diana.

"Apa lagi sih?" tanya Awilen kesal.

Diana menjulurkan tangannya pada Awilen, membuat Awilen menyeritkan dahinya heran lalu merogo jasnya dan mengambil salah satu kartu black card  untuk diberikan pada Diana.

"Ha? Bukan ini," ucap Diana lalu mengembalikan kartunya dan dengan cepat tangan Diana metik tangan Awilen lalu mengecupnya.

Awilen yang merasakan itu seketika mematung dan menatap Diana, yang tadi Diana lakukan benar-benar manis hingga membuatnya sedikit tersipu.

Setelah tersadar dari lamunannya dan dengan kasar Awilen menarik tangannya. Diana sedikit tersentak kala merasakan tarikan yang tiba-tiba itu.

'Huh, pria ini masih angkuh saja," batin Diana dengan wajah masam.

Awilen pergi begitu saja meninggalkan Diana yang masih tersenyum manis, walau terlihat senyuman itu dipaksakan.

...........
Berhubung hari ini tidak ada jadwal pemotretan, Diana memilih bersantai di halaman mansion.

"Nona, ini saya bawakan cemilan," ucap seorang pelayan dengan nada yang sedikit sinis.

"Ah, Rena bukan? Terima kasih, sini bersantai bersama," ajak Diana dengan ramah.

Rena yang merupakan salah satu pelayan di mansion itu pun menatap datar kearah Diana, tapi ia menanggapi ajakan Diana dengan duduk disebelah Diana.

"Sebenarnya saya sudah beberapa hari ini memperhatikan nyonya dari jauh. Tapi saya tidak punya keberanian seperti Maria," ucap Rena.

Diana tersenyum mendengar itu.
"Anggap saja kita teman, kamu tidak perlu sungkan," balas Diana sambil menepuk bahu Rena.

"Terima kasih nyonya, tapi saya hanyalah pelayan."

"Oh iya, nyonya saya ingin mengatakan sesuatu dan ini berhubungan dengan tuan," ucap Rena yang terdengar terpaksa mengatakan itu dan Diana menyadari hal itu.

"Apa itu?"

"Nyonya, sebaiknya nyonya pergi dari kehidupan tuan. Jika nyonya terus berada disisi tuan, nyonya akan terus tersiksa. Nyonya tuan sebenarnya memiliki rahasia besar yang hanya diketahui beberapa orang, saya tahu rahasia itu tapi saya tidak bisa membocorkannya pada nyonya. Nyonya jika ingin menjauh dari tuan, saya dengan senang hati membantu nona keluar dari zona bahaya ini. Maaf jika saya bersikap lancang nyonya, tapi ini semua saya katakan demi kebaikan nyonya sendiri," jelas Rena dengan wajah yang datar.

Kau Hanya Milikku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang