Chapter 15: Perkara Daster and Dinner

18 2 0
                                    

Pagi harinya, Diana di hebohkan oleh sang suami yang terlihat membongkar isi lemarinya.

"Astaga, Mas. Kamu ngapain sih bongkar-bongkar lemari kek gini?" tanya Diana sambil menjewer telinga Awilen.

"Aduh, sakit yang. Ini Mas cari bajulah."

"Cari baju kenapa di lemari baju aku, Mas?" tanya Diana kesal.
Diana mencoba mengumpulkan beberapa pakaian yang berserakan, sambil sesekali mengomeli Awilen.

"Ya, abisnya baju kayak ada yang kurang pas. Sayang bantuin aku cari baju yang enak di pake dong," ucap Awilen memelas.

Mendengar permintaan Awilen, entah kenapa terlintas dalam pikirannya untuk menjahili Awilen. Diana mengambil salah satu baju dasternya dan memberikannya pada Awilen.

"Kamu mau baju yang nyaman, pake ini aja," ucap Diana.

Awilen memandang daster yang Diana berikan dengan tatapan horor. Dia ini seorang pria lo, masa pake baju wanita?

"Kamu serius suruh aku pake baju ini?" tanya Awilen sambil bergidik ngeri.

"Ya iyalah, coba aja pake."

Awilen yang melihat tatapan penuh harap dari Diana pun dengan perasaan dongkol memakai daster itu.

Daster pun terpasang sempurna di tubuhnya.
Tunggu dulu, bajunya ringan? Kok nyaman bajunya?

Awilen menatap kearah Diana yang tengah tertawa, istri ternyata enggak berbohong. Ia merasa terharu ketika Diana ternyata mengetahui apa yang sedang ia cari.

"Sayang, kamu perhatian banget sih," ucap Awilen sambil tersenyum haru.

Tawa Diana seketika terhenti ketika mendengar perkataan Awilen. Kok malah gini? Bukannya seharusnya ia sebal?

"Sayang, pilihan kamu memang gak pernah salah. Baju ini sangat nyaman, aku akan mengunakan baju ini saja," ucap Awilen yang membuat Diana melongo.

"Kamu serius mau pake daster?" tanya Diana yang lansung diangguki Awilen.

Ia sekali lagi memandang tubuh kekar suaminya yang terbalut dress bermotif bunga.
"Kamu gak malu pake daster, Mas?" tanya Diana sekali lagi.

"Ngapain malu? Baju inikan kamu yang pilihin. Apapun yang kamu pilihin itu adalah yang terbaik," balas Awilen.

Dianara yang mendengar itu seketika merasa terharu, tapi ia tidak mungkin membiarkan Awilen keluar dengan baju daster seperti ini.

"Mas, itu baju perempuan. Sudahkah kamu ganti aja sana," suruh Diana sambil melotot.

"Ck, gak usahlah. Hari ini gak ke kantor jadi biarin aja pake baju ini, lagian enak kok pake baju ini," bantah Awilen lalu berjalan keluar dari kamar. Diana yang melihat itu menjadi semakin kesal.

Suaminya benar-benar berubah, dan tidak bisa menyangkal bahwa ini bukan mimpi.

......
Awilen berjalan dengan santai kearah dapur untuk mengambil air minum, ia tidak peduli dengan tatapan para maid yang begitu terkejut ketika melihat sosoknya. Saat ini yang membuat maid terpaku adalah baju yang di pakai tuan mereka adalah baju perempuan.

"Fokus pada pekerjaan kalian! Jangan memperhatikan saya!" ucap Awilen dengan tegas. Ia sedikit risih dengan tatapan mereka tadi.

Para maid segera melanjutkan pekerjaan mereka, tapi pikiran mereka masih kemana-mana dan sesekali timbul pertanyaan dalam benak mereka. Ada apa dengan tuan mereka?

.....
Awilen duduk di kursi ruang kerjanya dan mulai mengerjakan beberapa pekerjaan yang masih belum selesai.

Tok! Tok! Tok!
"Masuk," ucap Awilen dengan mata yang masih tertuju pada komputer.

Kau Hanya Milikku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang