Chapter 17: Kembali ke Desa

28 2 0
                                    

Helikopter yang Diana naiki kini sudah mendarat sempurna di sebuah landasan di hutan yang sengaja di persiapkan oleh Awilen.

Saat Diana akan turun, ia dibantu oleh Sila dan Dego yang sudah menunggu kedatangannya sejak tadi.

"Mbak Sila, kangen banget deh," ucap Diana sambil memeluk Sila.

"Eh, saya juga kangen sama Nyonya," ucap Sila dengan sopan.

"Loh, kok di panggil Nyonya sih? Panggil kayak biasa aja mbak," ucap Diana yang protes dengan panggilan Sila.

Sila yang mendengar itu tersenyum kalau menganggukan kepalanya, ia kira Diana akan membiarkannya memanggil Nyonya.

Dego memindahkan beberapa barang Diana ke bagasi mobil. Setelah selesai, ia menyuruh istrinya mengajak Diana masuk ke dalam Mobil.

........
Selama di perjalanan Diana dan Sila mengobrol dengan asik, entah apa saja yang mereka bahas saat itu.

"Mbak, aku engga nyangka  kalo Mbak Sila sama Mas Dego itu anak buah suami aku," ucap Diana membuat Sila dan Dego terkekeh.

"Bagaimana hari-hari kamu disana, Diana?" tanya Sila.

"Baik kok Mbak, tapi aku merasa sedih harus berpisah sementara sama Mas Awilen," ucap Diana dengan cemberut.

"Mbak, sepertinya kita harus membawa sesuatu sebagai oleh-oleh dari liburan. Tessa pasti curiga kalo kita pulang tidak membawa apa-apa," ucap Diana kembali.

"Tenanglah Diana, kami sudah mempersiapkan semuanya. Selama kamu bersama Tuan Awilen, kami tidak masuk ke Desa lagi kok. Kami sudah mempersiapkan sesuatu yang bisa membuat Tessa yakin kita pulang dari liburan." Sila menjelaskannya semuanya pada Diana. Diana yang mendengar itu cukup senang. Sungguh ia tidak sabar untuk bermain-main drama.

..............

Mobil yang di kendarai Dego akhirnya sampai di Desa, Dego pun segera mengantar Diana kerumahnya dan sekali membatu Diana membereskan rumah yang mungkin saja sangat berantakan karena di tinggal cukup lama.

.....
"Yaampun setelah di tinggal cukup lama, ini rumah udah kayak rumah hantu," celentuk Diana membuat Sila tertawa mendengarnya.

"Kamu duduk aja Din, biar Mbak aja yang beresin." Sila menyuruh Diana untuk duduk di sofa.

"Eh, janganlah Mbak. Aku enggak enak, jadi aku bantu aja ya," ucap Diana pada Sila.

"Kamu istirahat aja, kamu pasti lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang. Kasian lo debay," ucap Sila membujuk Diana untuk istirahat.

........
Disisi lain, Helikopter Awilen baru saja tiba di tempat landasan pribadi yang di bangun di samping mansion.

Beberapa perkerja di mansion terlihat berkumpul untuk menyambut kedatangannya.

"Selamat datang kembali tuan," ucap para pelayan yang ada di sana.

"Hmm." Awilen hanya membalasnya dengan deheman singkat lalu berjalan masuk ke mansion.

Saat masuk ke mansion, mata Awilen memandang sekeliling. Seakan-akan ia sedang mencari seseorang, dan  hal itu dilihat oleh Maria yang nyatanya adalah Mona yang menyamar kembali menjadi pelayan setelah berkuasa di mansion selama Awilen tidak ada.

"Tuan, apa  tuan membutuhkan sesuatu?" tanya Maria dengan lembut.

"Tidak, dimana istriku? Kenapa dia tidak menyambut kedatanganku? " tanya Awilen dengan dingin tak lupa tatapan yang begitu tajam.

Maria yang mendengar itu pun kini tersenyum sinis, tapi itu sekilas. Ia pikir ini saatnya  untuk memulai rencana.

Maria atau Mona memasang wajah sedihnya.
"Tuan, maafkan saya," ucap Maria sambil berlutut di hadapan Awilen dengan air mata buayanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kau Hanya Milikku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang