4. Bokuto

90 10 5
                                    

"Akaashi! Hey, hey, hey!" Akaashi melihat Bokuto yang masuk ke dalam cafe, dia berjalan masuk ke belakang, meminta izin untuk pulang duluan karena jemputannya sudah datang. Iya, Bokuto Koutarou jemputannya. 

"Acara nikahan kapan?" Sugawara bertanya, mereka berdua berjalan keluar menuju kasir.

"Masih nentuin tanggal." Sugawara mengangguk, dia menepuk punggung Akaashi.

"Semangat ya, persiapan buat nikah emang ribet." Akaashi tersenyum tipis. Dia berjalan ke arah Bokuto, dan melambaikan tangannya. Sugawara membalas lambaian tangan Akaashi, dan Bokuto. Bokuto melambai dengan semangat, membuat Akaashi harus menarik Bokuto.

Sugawara hanya tersenyum melihatnya.

^^

"Akaashi nikahannya mau tanggal berapa?" Eh, tiba-tiba ditanya begitu oleh Bokuto, mana suasana jadi serius lagi. Akaashi 'kan bingung.

"Aku ngikut aja." Bokuto cemberut. Akaashi ingin mencubit pipi Bokuto, tapi Bokuto kan sedang menyetir.

"Kok ngikut sih, yang mau nikahkan kita bedua." Ya, bagaimana ya. Akaashi sendiri juga bingung dengan tanggal pernikahan. Syukur-syukur orang tua nya dan orang tua Bokuto tidak meributi soal adat pernikahan.

"Kakak sendiri mau tanggal berapa?" Bokuto tersenyum.

"Secepatnya dong, kalo bisa besok udah nikah." Melihat senyuman Bokuto, Akaashi pun ikut tersenyum.

"Mana bisa begitu ..." Iya, mana bisa begitu, dadakan sekali. Seperti tahu bulat. Bahkan tahu bulat saja perlu di adon.

"Mau nyewa gedung gak?" Akaashi berpikir. Tumben sekali Bokuto menanyakan pendapatnya soal pernikahan, biasa nya Akaashi yang mengurus semuanya.

"Sewa gedung mahal." Akaashi menatap Bokuto, Bokuto yang ditatap balas menatap. Tenang saja, ini lampu merah kok!

"Yaudah, kita beli gedung aja." Bukan begitu konsepnya! Aduh, kepala Akaashi jadi sakit.

"Yang sederhana aja, sewa gedung megah banget."

"Gak papa dong, pernikahan harus megah, biar diinget semua orang."

"Simple aja, dikit orang gak papa, yang penting sah."

"Pake gedung ajaa." 

"Enggak kak."

"Akaashi kok gitu." Akaashi diam, ini, mereka bertengkar kah? Selama mereka pacaran, tidak ada kata bertengkar di dalam hubungan mereka.

"Terserah kakak ajalah, aku capek." Ucapan final Akaashi membuat Bokuto ketar-ketir, aduh, bagaimana ini, Akaashi ngambek. Biasanya yang suka ngambek itu dia, terus Akaashi yang berusaha membuat mood nya jadi lebih baik. Kalau Akaashi ngambek, Bokuto harus apa? 

^^

Bokuto merebahkan tubuhnya sembari menatap langit-langit kamar, dia masih kepikiran soal perkataan Akaashi.

'Terserah kakak ajalah, aku capek.'

Setelah berpikir cukup lama, Bokuto duduk di atas kasur, mengambil smartphone yang berada di dekat bantal. Dan menelepon sobat karibnya. Suara dering panggilan terdengar, kemudian disahut oleh suara lain.

"Brokuroooo." Iya, Kuroo Tetsurou sobatnya.

"Nape?"

"Tadikan gue jemput Akaashi, trus kita bahas mau sewa gedung atau kagak. Trus Akaashi bilang 'terserah kakak ajalah, aku capek' begituuu, ini gue harus gimanaaaa." Bokuto menunggu reaksi Kuroo, ternyata si empu sedang berusaha menahan tawa.

"Kuroo ini gue serius."

"Yaudah putus."

"Maksud lo apaaa?!"

"Ya putus, tandanya Akaashi udah muak sama lo." Kuroo berdehem, Bokuto diam.

"..."

"Bok?"

"Akaashiii." Bokuto berteriak memanggil nama Akaashi, kemudian dia menangis, mewek, karena berpikir jika dia betulan akan diputusi oleh Akaashi. Kuroo tertawa, sementara Bokuto menangis. 

^^

Akaashi duduk di hadapan Sugawara dengan pikiran kosong, mereka berdua sedang menghias kue pesanan selagi menunggu Oikawa. 

"Lagi ada masalah?" Sugawara menghentikan tangannya yang memegang piping bag

"Ribut sama Kak Bo." Sugawara menaikkan sebelah alisnya.

"Oh? Kenapa?" Tumben sekali Akaashi dan Bokuto ribut, biasanya mereka selalu romantis sampai-sampai menyebar PDA membuat Oikawa menggeliat bak cacing kepanasan.

"Kak Bo mau pake gedung."

"Terus Akaashi gak mau?" Tanya Sugawara. Akaashi mengangguk, Sugawara diam. "Bokuto kan social butterfly ya, temennya tuh ada banyak, dia juga pasti mau ngundang semua temennya di hari bahagia dia." Akaashi menunduk.

"Dibahas aja baik-baik, pasti ketemu titik akhirnya kok." Akaashi menghela napas, suasana kembali sunyi karena mereka berdua fokus dengan pekerjaan di depan mata. Jika yang berada di hadapannya adalah Oikawa atau Tendou. Sudah dipastikan ruangan ramai dengan gosip mereka.

"Agghaseee." Akaashi mengerjapkan matanya, terkejut dengan suara yang memanggil.

"Tuh, dipanggil." Akaashi berdiri, dia berlari ke luar ruangan dan mendapati Bokuto yang sudah berjongkok di depan pintu.

"Kak?" Bokuto mendongak, dia langsung memeluk Akaashi dan menangis, bingung, tentu saja. Tapi sebisa mungkin Akaashi tetap tenang, dan mengusap punggung Bokuto.

"Jangan putus."

"Hah?" Akaashi bingung, kemarin mereka memang bertengkar, tapi tidak sampai putus juga.

"Gak mau putuuss." Aduh, ini siapa sih yang memberikan ide kalo Akaashi akan memutuskan Bokuto. Sayang tahu, sudah persiapan nikah setengah jalan, masa putus. Toh, Akaashi juga masih cinta. 

"Kata siapa putus?" Bokuto menatap wajah Akaashi.

"Enggak putus?" Akaashi menggeleng, Bokuto menghela napas, masih memeluk Akaashi. 

"Kalo Kak Bo mau pake gedung gak papa. Aku paham." Bokuto menggeleng kuat.

"Enggak usah, di rumah aja." Akaashi masih menepuk punggung Bokuto.

"Yaudah, kalo gitu, sehari di gedung, hari berikutnya di rumah." Bokuto mengangguk setuju, kemudian Akaashi baru sadar jika mereka berada di luar ruangan, tepatnya, berada di bar kopi. 

Kenma berdeham, sementara Tendou mengintip di sela-sela, menyeringai jahil. Akaashi menatap ke seluruh ruangan, dan para pelanggan mengalihkan atensi mereka. Akaashi menarik Bokuto keluar cafe. Malu 

Semua orang yang menonton drama tadi menahan seringai gemas. Oh, juga umpatan iri.

'Kapan earth for kids dibuat? Gue capek di bumi :(' Pikir salah satu pelanggan yang menatap nanar tumpukan tugas.

'Kapan earth for kids dibuat? Gue capek di bumi :(' Pikir salah satu pelanggan yang menatap nanar tumpukan tugas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

> next.

ayo bikin earth for kids yang mana bumi terbebas dari keuwuan orang pacaran. 

twitterpatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang