06.

178 28 5
                                    

Illopz begitu degdegan, perasaannya tak karuan tapi sebisa mungkin dia berusaha menahan semua. Illopz si pintar mengatur ekspresi. Lagian ini hal yang selalu ia nanti, jadi untuk apa waktu ini ia sia-siakan?

Illopz juga tau Emily sangat bingung dengan kehadirannya, terbukti dengan sapaannya tadi bahkan ekspresinya sangat kebaca. Illopz masih ingat semua tentang Emily. Emily si tidak pandai mengatut Ekspresi.

"How's life Miyi?" Tanya Illopz berusaha menetralisir suasana canggung ini.

Emily ditanya kaget. "Good. How about you?"

"Seperti yang terlihat sekarang." Jawab Illopz, membuat Emily tanpa sadar menatapnya dan kembali membuang muka ketika melihat Illopz juga menatapnya.

"Hmm, kayanya Bunda masih lama, soalnya baru keluar."

"Udah tau, tadi Pak Ujang kasih tau."

"Terus kenapa masuk?" Binggung Emily.

"Ketemu kamu, udah lama ga ketemu."

Jawaban Illopz membuat Emily terpaku. Dasar perusam suasana, bikin tambah canggung aja, pikir Emily.

"Kenapa Miyi?" Tanya Illopz.

"Hah?"

"Kenapa pergi? Kenapa selalu menghindar?" Tanya Illopz, Illopz tak kuasa menahan semuanya. Apa salahnya? Kenapa Emily meninggalkanmya? Bahkan Emily memblokir semua akses tentang dirinya.

Emily terpaku tidak menyangka Illopz langsung menyudutkannya, bahkan ini adalah pertama kali mereka bertemu.

"Gausah dijawab." Ujar Illopz lagi.

"Saya telfon Bunda dulu, biar anda ga perlu menunggu lama disini." Ujar Emily meninggalkan Illopz begitu saja.

Ketika Emily menghilang dati pandangan Illopz, Illopz menyesali perkataannya "Anjing kenapa si nih mulut gabisa ngerem? Ini pertama kali ketemu Illopz, kenapa gue harus rusak suasana." Gunam Illopz.

Itu semua karena Illopz tak tahan menahan semuanya. Illopz berusaha untuk menahan dirinya sejak di pintu masuk untuk tidak memeluk Emily dengan erat.

Emily masih sama hanya saja pipinya semakin lucu. Rambutnya masih sama, di gerai bebas dan begitu alami, pasti wanginya masih wangi coklat pikir Illopz. Bahkan gaya nya masih sama tetap stylist walaupun hanya di rumah. Kukunya masih sama selalu cantik dengan kutek-kutek indah.

Hanya dengan memikirkan Emily saja membuat Illopz tersenyum lebar.

Emily kembali membuat Illopz berhenti dari lamunannya dan melihat Emily.

Berbeda. Wajahnya berbeda. Wajahnya dan matanya merah, seperti habis nangis fikir Illopz. Bahkan badannya gemetar, suaranya pun begitu serak.

"Sorry.. Lo bisa pulang sekarang, saya harus pergi."

"Kemana? Mau menghindar lagi?" Binggung Illopz, ini dia di usir di pertemuan pertama?.

"Maaf, tapi saya minta tolong pulang dulu nanti lo boleh balik lagi"

"Bohong."

"Yaudah kalau ga percaya, lo boleh disini sepuas lo tapi gue harus pergi." Ujar Emily penuh penekanan dan keluar rumah begitu saja.

Illopz pun langsung mengejarnya, menahan Emily yang ingin masuk mobil. "Kenapa harus mengindar terus?"

"GUE MAU KERUMAH SAKIT, BUNDA GUE KECELAKAAN. PUAS LO?" Teriak Emily kesal sekali. Air matanya kembali turun tak kuasa menahannya, tangisnya begitu sesak dan menyakitkan di telingga Illopz.

"Maaf...." Ucap Illopz ikut jongkok di depan Emily, tanggannya terulur mengusap pipi lucu itu. "Aku anter, kamu gamungkin bawa mobil sendiri, badan kamu gemeter gini."

Emily tidak menjawab karena ia juga menyadari itu, sejak tadi untuk berjalan saja susah, Dadanya begitu sesak ketika Kak Kalle menelfonnya  setelah berkali-kali mencoba menelfon Bunda dan Kak Kalle untuk segara pulang untuk meminta pertolongan.

Dadanya sakit bukan main ketika Kak Kalle mengabari sedang di rumah sakit karena Bunda tertabrak mobil di depan supermarket.

"Ayo, rumah sakit mana?"

"Fatmawati" Jawab Emily.

Emily hanya menatap jalan dengan mata kosong. Illopz mengendarai mobil dengan kecepatam cukup tinggi, namun tetap berusaha untuk hati-hati karena sepanjang jalan antasari cukup rawan.

Illopz terus menatap Emily khawatir, ia tidak tahu harus berkata apa untuk menenangkan Emily, Illopz hanya menengkan Emily dengan usapan pada telapak tangannya perempuannya. Illopz masih ingat betul Emily tidak suka di beri kata-kata apapun saat seperti ini, cukup yakini Emily dengan berada di sisinya membuat Emily begitu bersyukur.

Emily sungguh sangat berusaha menahan tanggisnya, sisi Emily ini membuat Illopz tidak menyangka, karena Emily dulu selalu mengeluarkan semuanya tapi Emily yang sejak tadi berada di sampingnya ini selalu menahan segalanya.

Ini akan Illopz fikir kan nanti, apa yang membuat Emily berubah akan ia fikir kan nanti. Illopz harus fokus agar sampai rumah sakit tepat waktu.

______

HEHE lagi pengen upload dua kali😸

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

On Bended KneeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang