9. Sebuah pisah dan perasaan yang tersimpan

84 23 2
                                    





Rosè bergeming memandang jauh pada presensi Mingyu yang kini ditelan oleh banyaknya manusia lain di stasiun.

Ia amat merasa kecewa dengan penuturan Mingyu, ada apa dengan hatinya sebenarnya?

Dengan kesadaran yang telah kembali, Rosè pun beranjak dari sana untuk pulang.

Tak jauh berbeda dengan Rosè, Mingyu yang kini tengah memegang kemudi, dibuat gelisah. Ia kini merasa takut sikapnya menyakiti Rosè, sekelibat raut kecewa Rosè menghantuinya.

Hatinya dibuat gundah, ia kembali merasa hampa setelah memutuskan untuk mengucapkan selamat tinggal pada gadisnya.

'what come over my heart? Where have I lost it?'






"Kau sedang jatuh cinta kawan!" ujar Donghyuk.

Setelah mengantar Hyunjae dan Jungkook, kini tersisa mereka berdua dalam mobil Mingyu.

"Apa yang kau katakan?" tukasnya.

"Kau tak perlu menyangkal pernyataanku, seribu kalipun kau menyangkalnya hatimu tak dapat kau bohongi. Kau tengah jatuh cinta..."

"Kau jatuh cinta pada gadis itu, akuilah!" lanjutnya.

Mingyu hanya bergeming, memandang kosong pada ramainya jalan kota.






Kalimat Donghyuk layaknya alunan music, tak berhenti berputar meski sang mpunya tak lagi berada disana.

Tak ingin menjadi pemicu kecelakaan atau bahkan mencelakakan pengendara lain. Mingyu pun menghentikan mobilnya pada sisi jalan, menyandarkan penuh tubuhnya pada kursi kemudi.

Sesekali tangannya mengusak kasar surai hitamnya.

Hati dan pikirannya kacau karena memikirkan Rosè, ditambah kalimat sang kawan yang terus berputar di telinganya.





Dalam lamunannya, sekelibat kenangan turut hadir meramaikan.

Bagaimana cantiknya sang puan yang kala itu menggunakan pakaian pengembala domba, namun berteriak histeris saat kumpulan domba mendekatinya.

Ia terkekeh mengingat kenangan itu.

Tak jauh berbeda dengan Mingyu, Rosè yang tengah dilanda gundah oleh perasaan asing pada hatinya, juga tengah memutar kenangannya bersama Mingyu selama mereka bersama.

Dalam perjalanannya menuju rumah, lamunannya membawa senyum juga keresahan pada jiwanya.

Rosè mengingat semuanya, obrolan panjangnya saat berjalan menyusuri taman, Mingyu yang tak pernah lelah menyunggingkan senyum manis serta gombalan-gombalan pada setiap perempuan asing yang tak sengaja ia temui, juga bagaimana mahirnya ia bermain alat music Saxophone dengan tatapan dan senyum menggoda padanya yang membuatnya tersipu kala itu.

Dan saat salju turun dipenginapan kala itu, Mingyu dengan sengaja menarik Rosè untuk berdansa ditengah hujan salju tanpa pakaian tebal mereka. Mereka tertawa bersama, menikmati guyuran hujan salju di taman penginapan. Mingyu memutar tubuh Rosè lalu seketika mendekapnya saat sang puan hendak terjatuh. Tak ada canggung disana, hanya tawa yang mengguar menandakan mereka benar-benar larut dalam kebahagiaan sederhana yang mereka ciptakan.

The Big-Hearted Will Take the Bride || AdaptationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang