First Loss

462 44 23
                                    

Kim So Eun dan Kim Bum berjalan menikmati sepoi angin dari atas jembatan sungai Han, membiarkan lambung mereka mencerna banyak daging yang sudah mereka makan sebelumnya.

"Menurutmu, apa makna dari kebebasan?" Tanya Kim So Eun memecah keheningan.

"Bebas? Bisa melakukan apapun tanpa ada yang membatasi?" Balas Kim Bum meski tak yakin. "Itu benar, dan sedang kurasakan saat ini. Kupikir keputusanku untuk menikah denganmu adalah yang paling tepat." Kim Bum hanya merespon dengan senyuman. Tidak ada makna khusus dalam kalimat yang diujarkan So Eun. Dengan entengnya gadis itu berkelakar.

"Aku tidak pernah merasa sebebas ini dalam hidupku. Karena sebelumnya, aku bagi mereka adalah sebuah investasi saja." Gumamnya. "Mereka? Yang kau maksud adalah orangtuamu?"

"Siapa lagi menurutmu? Tidak ada yang lebih menyeramkan daripada mereka. Aku seperti bayangan Kim Minju yang harus mengikuti langkah kemanapun ia pergi. Menyebalkan sekali jika diingat."

"Kim Min–Ju, dia memang sangat ambisius." Kim Bum mengeja nama itu.

"Kau juga pasti tertarik olehnya. Iyakan?"

"Tidak pernah." Jawaban Kim Bum memancing So Eun untuk bertanya lebih dalam."Wae? Bukankah kalian pernah bersama? Kau pun tidak menyangkalnya." Kim Bum hanya tersenyum.

"Apa dia menyakitimu?"

"Dari awal, aku tak pernah menyukainya Kim So Eun. Dia wanita yang menyeramkan menurutku. Lebih dari orang tuamu." Langkah So Eun berhenti. Ia ingin mendengarkan Kim Bum menyelesaikan pembahasan tentang Minju.

"Tapi sepertinya dia menyukaimu, Kim Bum. Dia bahkan menyuruhku untuk membatalkan pernikahan kita."

"Kau harusnya lebih tahu, dia terobsesi dengan apa yang tidak dia miliki. Benarkan?" Jelas So Eun mengangguk mantap. Meskipun dirinya tak memiliki apapun lagi, Minju tetap iri dengannya.

"Lalu mengapa kau menikah denganku?"

Kim Bum memandangi So Eun. "Karena aku menyukainya." Tersekat, So Eun rasanya lupa caranya bernapas. Apa maksud Kim Bum mengatakan itu?

"Aku menyukai bisnis keluargamu yang menurutku sangat menguntungkan jika kita bekerjasama. Kita tidak akan terkalahkan, mungkin dunia juga akan berpihak pada kita." Ujar Kim Bum menyelesaikannya.

Apa yang kau pikirkan So Eun? Kau hampir saja membuat dirimu sendiri salah paham. Harusnya kau sudah tahu jawaban apa yang disiapkan oleh Kim Bum. So Eun merasa bodoh dengan persepsinya sendiri.

"A-ah, dan kau tidak mau menikah dengan Minju. Begitu kan?" Kim Bum mengangguk. Pandangannya beralih ke depan lagi.

Tetesan-tetesan air yang bertambah banyak membasahi pakaian mereka. Di malam yang sudah dingin ini, hujan kembali turun. Kim Bum dan Kim So Eun bergegas lari mencari halte bus yang terdekat.

Ia tidak memprediksi jika hujan akan turun.

"Astaga, kenapa tidak ada yang memberitahu kita jika malam ini hujan akan turun?" So Eun bergumam kesal, melihat sweater tipisnya yang sebagian basah. Ia pun mengusap wajah yang dipenuhi air. Mereka tidak membawa payung, masalahnya. Dan sekarang terjebak di halte bus dengan hujan yang bertambah deras.

"Pakai ini." Kim Bum melepas jaket tebalnya, memakaikan itu pada tubuh So Eun. "Kita tidak tahu kapan akan turun hujan. Ramalan cuaca jelas tidak berguna di saat seperti ini."

"Kau tidak kedinginan?" So Eun merasa tidak enak menatap Kim Bum yang hanya memakai kaos hitam tipis saja. Sedangkan dirinya mengambil alih jaket pria itu.

"Aku baik-baik saja, kau akan terkena flu jika tidak segera memakainya. Bus mungkin akan datang sekitar 10 menit lagi. Atau kita pesan taksi saja?"

"Tentu, kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Hujannya akan semakin deras." So Eun setuju. Mereka memesannya melalui aplikasi online. Tidak perlu menunggu lama lagi, mereka pun bisa pulang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because, This is My First TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang