6.

4 3 1
                                    


***

Upacara bendera yang diselenggarakan di hari senin sudah berakhir 10 menit yang lalu. Sedihnya sekarang semua murid dikumpulkan di lapangan dengan berdiri. Oh Tuhan tolonglah hamba, batin Ratih.

Banyak kata-kata mutiara yang terdengar di telinga Aisyah. Lihatlah, panasnya sinar matahari menyerang para manusia di lapangan dengan sukarela. Tanpa rasa kasihan, guru-guru malah duduk santai di depan aulia yang langsung tertuju dengan lapangan.

"Ketua osis akan membacakan pemenang di acara classmeet kemarin. Mari Shaka silahkan dibacakan pemenangnya"

"Semoga lo menang syah" seru Ratih.

Aisyah hanya cuek, enggan memerhatikan acara di depan. Saat ini pikirannya penuh dengan keadaan rumah yang rumit.

"Dan yang terakhir, lomba melukis juara ketiga adalah Icha dari kelas X ipa, juara kedua adalah Fatih dari kelas XII ips, dan juara pertama adalah Aisyah dari kelas XII ips. Untuk nama yang saya sebut tadi silahkan maju ke depan untuk mengambil piala dan juga hadiah"

"SYAHHH!! LO MENANG ANJIR" pekik ratih.

"Cepet maju! Gue pengen pegang piala syah!"

Oh Tuhan rasanya Aisyah sudah terlalu lelah untuk berjalan. Bahkan tadi pagi saja dia tidak sarapan.

"Lo aja yang maju lemes gue"

"Ya gak boleh gitu dong, kan yang menang lo ya kali gue yang maju"

"Gue gamau"

"Ishh ayo lahh"

Ratih terus saja memohon, "Ayo untuk juara pertama segera maju". Ketua osis terus saja memanggil nama Aisyah.

"Cepet syahh! Majuu ayo tahan dulu pingsannya gak lucu tau, lagi seneng-senengnya lo malah pingsan!"

Aisyah yang lelas mendengar ocehan Ratih dan ketua osis pun berjalan sedikit lambat karena kepalanya begitu pusing. Setelah mengambil pialanya ia bergegas pergi ke barisan lagi.

"HUAA AKHIRNYA MAKK!! BISA PEGANG PIALA WALAU PALSU" Pekik Ratih.

"Diem goblok!" sahut laki-laki di sebelah barisan.

"Anjir lo lagi" Ratih menanggapi.

"Emangnya kenapa? Masalah buat lo? Hmm"
Tanyanya remeh.

"Masalah lahh! Lo tu siapa sih sebenernya, Dari kemaren ketemu terus dahh! Amit-amit dah kalo jodoh gue iewwww" balas ratih.

"Mau kenalan? Nama gue Risky kelas sebelah lo, oh ya gue murid baru" dengan percaya dirinya, Risky memperkenalkan dirinya dan mengulurkan tangan kepada Aisyah.

Ratih membulatkan matanya tak percaya. Cowok aneh! Batinnya.

Aisyah yang tak minat dengan perdebatan tak berfaedah itu pun melangakah pergi dari lapangan menuju kelas. Saatnya dia mengistirahatkan fisiknya dan juga batinnya sejenak sebelum berperang di pelajaran-pelajaran yang menyerangnya nanti.

***

"KAMU TUH YA MAS!! GAK KASIHAN SAMA AISYAH? HAHH?! KAMU TUH BUTA ATAU TULI?!!"

"KAMI CUMA SIBUK KERJA KERJA KERJA!! PERNAH KAMU NGELUANGIN WAKTU BUAT AKU SAMA AISYAH?! ENGGAK KAN? YANG ADA DI FIKIRAN KAMU CUMA KERJA!"

"COBA AJA KAMU LEBIH MERHATIIN AKU SAMA AISYAH! SEMUA INI JUGA GAK AKAM TERJADI KALO KAMU JUGA ENGGAK KAYAK GINI!"

Mila tersudut di pojok ruang kerja Arkan. Mila menangis tersedu-sedu dengan menekuk lututnya. Arkan yang mendengar penuturan istrinya itu pun murka.

"APA KAMU JUGA GAK SADAR? JIKA AISYAH ITU SUDAH DEWASA! GAK SEPATUTNYA KAMU LAKUIN DIA KAYA BAYI YANG BARU LAHIR! BIARKAN DIA MENJELAJAH KEJAMNYA DUNIA DENGAN SEORANG DIRI!"

Mila semakin terisak.

"Sekarang maunya gimana? Berlanjut tetapi tanpa ada rasa dan komunikasi atau berhenti walau ada hati yang terluka?" Arkan memelankan suaranya.

"Terserah! Sudah muak aku! Pikirkan saja sendiri!"

Mila bangkit dan berjalan keluar tanpa memedulikan Aisyah yang sedang mematung di dekat meja makan yang dekat dengan ruang kerja.

"Apa? Berlanjut? Berhenti? Hati yang terluka? Apa ayah gak tau jika gadis kecilnya ini sudah lama hancur? Sudah lama jika kekurangan kasih sayang? Mental ya sudah rusak yah!" batin Aisyah.

Betapa terkejutnya Arkan melihat Aisyaj yang mematung dengan mata yang basah dengan air mata.

"Oh tuhan kenapa sakit sekali melihat Aisyah menangis? Apa aku salah?" batin Arkan.

Aisyah yang melihat jika Arkan keluar dari ruang kerja dan menatapnya pun bergegas menghapus air matanya dan berlari menuju kamar.

***

Udah kaga ada ide pren.

Vote, komennya brow!

AISYAH NUR RAHMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang