***
Pagi yang indah untuk gadis yang sedang gelisah. Orang yang mampu mensyukuri semua keadaan akan sejuk hatinya jika merasakan hangatnya sinar matahari dan sejuknya angin. Tidak bagi Aisyah yang merasa kepanasan dan kedinginan yang bersamaan.
Perpisahan bukan akhir dari segalanya. Jika memang perpisahan adalah jalan yang terbaik, maka lakukanlah. Tak apa jika meneteskan air mata karena suatu perpisahan lebih baik dari pada bertahan dengan hubungan yang begitu asing. Bukankah itu sama saja dengan membunuh secara perlahan?
Orang yang berani keluar dari fase nyaman yang sudah rusak lebih baik daripada orang yang tak berani keluar dari fase nyaman yang begitu mengenaskan karena alasan yang tak begitu jelas kedepannya.
Banyak orang yang sudah membuktikan jika membuka lembaran baru dari hubungan yang sudah asing akan menjadi lebih baik. Tapi akankah gadis yang terpojok akan berfikiran seperti itu?
Siapa sangka, ternyata hari ini tamu yang tak terundang datang ke rumah dan meminta ijin kepada sang anak untuk menggantikan ayahnya? Anak mana yang mau? Sungguh jikalau ayah kandungku begitu jahat kepadaku aku tak rela jika harus mengijinkan orang lain menjadi ayahku.
Dan alangkah terkejutnya ternyata seorang wanita pun juga meminta ijin untuk menjadi ibunya? Sungguh ini kenyataan yang diluar ekspetasi Aisyah.
"Dunia jahat" gerutu Aisyah dengan memeluk bonekanya.
Sedari tadi ia hanya duduk di kamar dengan tatapan kosong.
"Dunia tu gak adil. Banyak keluarga yang rusak tapi kenapa ada istilah keluarga cemara?"
BRAKKK
"AISYAH KELUARLAH!! JANGAN BIKIN AYAH MARAH!!! KELUAR ATAU KAMU GAK AKAN PERNAH KELUAR LAGI!!" suara Arkan menggema di penjuru kamar Aisyah.
Seperti tuli. Aisyah sama sekali tidak minat dengan teriak itu. Yang biasanya ia akan takut dan memilih pergi dari rumah, saat ini ia bahkan tak mau mendengar suara itu lagi.
"AISYAH! KELUAR!" suara Mila mulai terdengar di telinga Aisyah.
Apakah Aisyah mau keluar? Oh tentu tidak.
Kedua orang tuanya ini benar-benar waras atau tidak? Apakah ada kedua orang tua itu cerai di waktu bersamaan dan menikah di waktu sama?
Aisyah hanya mendengar cerita seperti itu di novel-novel saja. Tapi sekarang? Ia mengalaminya sendiri.
BRAKKK
Pintu kamar Aisyah terbuka. Terlihat Aisyah tetap memandang ke arah depan jendela dengan tatapan kosong. Arkan dan Mila berjalan cepat ke arah Aisyah dengan tatapan membunuh.
PLAKKK
PLAKKK
"APA-APAAN KAMU INI! BERANI MEMBANTAH AYAH??!!? HAHHH?!?!!"
Ucap Arkan tegas.Pipi kanan dan kiri Aisyah memerah. Arkan menamparnya.
"DURHAKA KAMU AISYAH!" Bentak Mila.
"Apa ayah mengajarimu untuk tidak patuh dengan orang tua? hah?! JAWAB?!!"
Aisyah masih menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Memutar kepalanya kesamping, "Disini apakah aku masih berguna?"
Tanya Aisyah dengan tenang.
"Kalian ini gagar otak atau gila? Coba di logika, apa ada anak yang rela jika ibu dan ayahnya cerai dan menikah di waktu yang sama? Tapi gapapa sih... Aku punya orang tua 4 jadinya kan kalo temenku gak punya bapak atau ibu boleh aku kasih 1... Kan aku punya 2 ibu sama 2 ayah.."
"Tapi nanti aku jadi anak tiri dong, terus gak di peduliin lagi soalnya pasti bakal punya anak kan. Nanti namaku ada di KK dua dong? Iya lahh. Tapi nanti statusku anak atau famili lain yaa??"
"Entahlah muak aku sama keluarga, padahal mah ada istilah keluarga cemara tapi ini? Lebih buruk dari ekspetasiku"
Aisyah berkata sedemikian panjang dengan air mata yang menetes begitu deras. Bukannya tersentuh, kini wajah Arkan marah dan tangannya sudah mengepal menahan amarah yang keluar.
BRUKKKK
"KELUAR KAMU!! AYAH GAK BUTUH ANAK KAYAK KAMU LAGI!! JANGAN HARAP KAMU BAKAL KEMBALI DI SINI DAN JANGAN HARAP ADA ORANG YANG MENGASIHANI KAMU!!"
"AYAH SUDAH DIDIK KAMU UNTUK MANDIRI!! JADI SILAHKAN PERGI..!!"
Ucap Arkan dengan menunjuk pintu.
Aisyah menatap Ayahnya tak percaya.
"Baik. jika itu mau anda, jangan harap kamu dapat bertemu kembali dengan saya dan saya harap anda lebih bahagia dengan keluarga baru anda"
Aisyah dengan baju tidurnya dan jilbab instannya itu pun keluar tanpa membawa barang apa pun, bahkan alas kaki pun tak sanggup ia gapai.
Tujuannya pun tak jelas mau kemana. Ia berjalan lurus dengan tatapan kosong ke depan. Dunia begitu jahat kepadanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
AISYAH NUR RAHMA
SpiritualKisah seorang gadis yang berusaha untuk mencari kebahagiaan dunia. Karena lingkungan yang begitu mengerikan, membuatnya punya trauma yang begitu dalam. Tanpa adanya seseorang yang menemani di hari-harinya, akhirnya ia sadar jika ia sudah terlalu jau...