5.

3 4 0
                                    


***

Ibu:
Ibu mau kerumah temen, makanan dimeja makan. janlupa makan.
17.38

Aisyah:
Iya.

17.38

Seperti biasa, rumah kembali sepi. Ingin rasanya Aisyah berteriak kepada orang tuanya yang semena-mena itu. Konon katanya kebahagian orang tua adalah bisa berkumpul dengan buah hatinya. Lalu aku?

Semua hanya omong kosong. Tak banyak dari orang tua yang mementingkan anaknya. Bahkan jika bisa terus terang Aisyah akan mencaci maki dan mengeluarkan semua isi hatinya ke hadapan orang tuanya.

***

+62***:
Aisyah??
18.02

Aisyah:
Iya? Siapa?
18.03

+62***:
Aku syifa
18.03

Aisyah:
M

aaf syifa siapa ya?
18.03

+62***:
Ihh aisyah mahh masak udah lupaa, syifa sahabat forever kamuu
18.04

Aisyah:
Hmm oalahh iya-iya inget aku, ya ampun maaf lupaa
18.04

+62***:
Ishh kamu mah udah dapet temen baru ya jadinya lupa kan :(
18.04

Aisyah:
Ihh enggak gitu kok
Free enggak?
18.04

+62***:
Iya nihh, mau ketemu?
18.05

Aisyah:
Boleh, sekarang mau?
18.05

+62***:
Okeii, di taman deket rumah kamu aja yaa
18.05

Aisyah:
Siappp
18.05

Syifa. Satu-satunya sahabat yang Aisyah beruntung memilikinya. Sahabat yang bahkan sudah menjadi bagian dari keluarganya. Dia yang paling tau tentang Aisyah.

Setelah hampir 15 menit bersiap-siap akhirnya Aisyah keluar dengan menggunakan celana kulot cream dipadukan sweeter maroon tak lupa hijab yang senada dengan celananya.

***

"Gimana kabarnya? Hehhe kayaknya makin kurus aja kamu"

"Masak sih, perasaan sama aja deh. Yang seharusnya dipertanyakan tuh kamu. Kamu gak nyadar apa gimana? Badan kamu jauh lebih kurus dari yang dulu terus juga mata kamu jadi mata panda! Kenapa? Coba cerita dehh" tanya Syifa tanpa memberi jeda.

"Banyak, sampe lupa" lirih Aisyah sembari menundukan kepala.

"Heii! Liat aku" ucap Syifa dengan memegang kedua pundakku. "Kamu itu sahabat aku. Sahabat yang pastinya sampai ke Jannah-Nya. Coba keluhkan semua masalahmu ke Allah. Karena Allah adalah sebaik-baiknya sandaran. Coba cerita dulu ke aku, siapa tau bisa bantu"

"Ku kira dewasa itu menyenangkan karena bebas, nyatanya harus berjuang terlebih dahulu sebelum mencapai kebebasan" lirih Aisyah dengan kepala menduduk.

"Nyatanya anak tunggal tak seindah yang ku kira, ekspetasiku terlalu tinggi untuk aku wujudkan seorang diri tanpa bantuan teman" lanjutnya.

AISYAH NUR RAHMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang