! - 04

576 104 7
                                    

   
    
- genangan air sisa hujan kemarin akan hilang dan kering juga kok -
   
        

Hari Jum'at jam sekolah hanya setengah hari. Masuk jam 7 pagi dan pulang jam 11 siang, istirahat hanya sekali tapi pulang bisa cepat.

"Haerin!"

"Ya?"

"Kata murid lain, kemarin lo nerobos hujan?"

"Hm."

"Kenapa? Kan masih hujan."

"Gak apa-apa."

"Gue gak percay--"

"Hachuuu."

"Lo sakit ya?"

"Enggak, Hyein."

"Pasti gara-gara kemarin."

Haerin menggeleng pelan. "Gua gak sakit. Lo jangan lebay." Ucapnya pelan dan berdiri dari duduk lalu berjalan keluar kelas.

"Beneran sakit itu mah."

Kata Hyein, melihat tingkah laku Haerin.

Haerin berjalan menuju kantin, dia berniat ingin membeli minum dan pergi menjauh dari Hyein sebentar soalnya Hyein banyak tanya dan bikin Haerin tambah pusing.

Tubuhnya memang sedikit panas, pusing dikit, flu dan bersin terus dari semalam. Haerin pikir setelah minum obat tadi malam rasa pusing dan lainnya akan hilang keesokan paginya tapi nyatanya itu semua salah.

"Bu, pesen bubur ayam nya satu ya sama teh angetnya juga satu."

Ternyata setelah melihat menu yang ada dikantin dan ada bubur ayam, Haerin jadi ikut memesan bubur ayamnya, lagian dia masih lapar karena tadi pagi nafsu makannya sedikit hilang.

"Siap neng! Ibu buat dulu pesanannya nanti kalo udah jadi ibu anterin ke meja neng ya."

"Oke bu, ini bayar langsung aja ya."

"Iya neng."

Sekitar 5 menit an, akhirnya segala pesanan Haerin sudah jadi. Bubur ayam sudah dihidangkan dihadapannya dan teh hangat juga sudah ada.
  
  
Kritt.
  
  
Kursi dihadapannya tiba-tiba di tarik dan seseorang duduk disana. Haerin melihatnya. "Ehh?"

"Kenapa cuman dilihatin?" Katanya sambil menunjuk bubur ayam.

Haerin kembali melebarkan matanya. Dia terkejut. "Eh, Minjii?!" Ucapnya.

"..."

"Lo benar Minji kan?" Haerin kembali memastikan.

"Menurut lo?"

Haerin mengangguk. Ini benaran ada Minji didepannya, satu meja dengannya, berbicara dengannya, melihat dirinya.

"Makan."

"Mas--masih panas tau."

"Tiup."

"Iy--iya ini mau dimakan kok.." Haerin langsung mengambil sendok dan mulai memakannya dikit-dikit, selain masih panas, bubur itu juga terasa hambar di lidahnya.

"Kenapa nerobos hujan?"

"Hah?"

"Kemarin! Jangan bego."

"Oh iya,"

"Hm?"

"Eum.. itu--"

"Yang jelas!"

"Eum anu kemar-- Eh?! Lo bolos jam akhir ya?" Haerin berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.

"Lo sendiri?"

"Kelas lagi jamkos,"

"Ya sama, semua guru memang lagi rapat."

"Eh iya juga,"

"..."

"Minji, aku seneng banget.. hari ini kamu yang mulai bicara duluan sama aku."
Haerin tiba-tiba menggunakan aku-kamu kepada Minji.

"..."

Minji sedikit mencondongkan tubuhnya kearah Haerin dan mengulurkan tangan kanannya agar bisa memegang kening Haerin.

Panas.

Sensasi pertama yang terasa oleh Minji, setelah berhasil mengecek suhu tubuh Haerin dan berhasil juga membuat Haerin salah tingkah dengan perlakuan Minji yang tiba-tiba ini. Rasanya campur aduk, senang dan ingin berteriak.

Kenapa Minji bersikap seperti ini?
Haerin jadi kembali bersemangat untuk mendapatkan Minji, ini seperti lampu hijau yang artinya boleh berjalan dan artinya Haerin juga boleh berusaha lagi.

"Aku kaget banget, hari ini kamu yang deketin aku duluan."

"Ha?" Minji kembali duduk dengan benar.

"Semoga kedepannya kita bis--"

"Jangan kesenangan, ini gue terpaksa."
Minji akhirnya jujur dan kejujuran ini membuat Haerin kembali sedih, kalau Haerin boleh berharap saat ini juga, ia ingin apa yang di ucapkan Minji bukanlah keterpaksaan.

"Eum maksudnya?"

"Makan bubur lo."

"Tapi--"

"Jangan banyak nanya."

"Lo kenapa gak suka sama gue, Ji?"

"Sadar."

"Maksudnya?"

"Nanya mulu lo."

"Yakan gatau."

"Pikir deh, tugas gue udah selesai buat nemenin lo makan." Minji bangkit dari duduknya dan kembali menatap Haerin.

"Jangan berharap apapun sama gue."

Haerin menatap kembali kepergian Minji dengan perasaan bingung, sedih dan kecewa (?)
Keterpaksaan apa yang dimaksud oleh Minji tadi.

🎬🎬🎬

Tut.
  
  
"Ekhem."

"Ya?"

"Gue udah turutin kemauan lo."

"Oke."

"..."

"Makasih ya, Ji."

"Hm."

"Setidaknya temen gue gak ngerasa sia-sia ngedeketin sepupu gue yang sok ganteng ini.. dia lagi sakit, bener kan?" Ucapnya dari sebrang telepon sana.

"Ya."

"Dia tadi kaget gak?"

"Ya."

"Kasih kesempatan buat dia kek."

"Ck! Gak dulu."

"Ya udah deh,"

"Gak jelas."

"Terserah."

"Ya--"
  
  
Tut.
  
  
Minji menatap kesal ke arah layar handphonenya, dimana sepupu nya itu lebih dulu mematikan panggilan padahal Minji belum selesai berbicara.

"Ishh Hyein!" Desis Minji.

"Awas aja! Kalo dia bilang ke ibu kalo gue ngerokok." Ucapnya lagi.

Hyein dan Minji, sepupuan. Hyein mengancam Minji, karena dia tau kalau Minji merokok dan orangtua Minji tidak tahu itu.

Hal ini bisa dirahasiakan jika Minji mau menemani teman Hyein yaitu Haerin makan di kantin hari ini.

Sebenarnya Minji pernah berpikir, apakah dirinya terlalu jahat karena tidak pernah membalas apa yang Haerin lakukan selama mendekati dirinya dari kelas 10 sampai sekarang.

Tapi untuk saat ini Minji masih menganggap Haerin adalah sebagai pengganggu di masa putih abu-abu nya.

...

seneng bgt, cerita nj yg ak buat ini ada yang baca.. kirain bakal sepi, makasih guyss 😭🤔

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian.
Terima kasih.

say yes to me √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang