! - 02

774 89 3
                                    

  
   
- kalo mau berhenti, bilang ya -
  
     

"Hari ini Minji naik sepeda ke sekolahnya ya mang? Kalo mang gak sibuk, tolong cucikan motor Minji juga ya mang, nuhun."

"Siap den, laksanakan!"

Minji baru saja selesai berbicara bersama dengan mang Asep, penjaga di rumah sekaligus seorang yang memperhatikan dan melihat perkembangan diri Minji sebab mang Asep sudah dari Minji kecil bekerja di sini.

Mang Asep memang sedang mencuci mobil orangtuanya. Kebetulan pagi ini, Minji ingin naik sepeda menuju sekolah, selain irit bensin dia juga bisa sekalian olahraga.

"Minji berangkat mang! Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati den!"

Minji sudah mengayuh sepedanya keluar halaman rumah. "Duhh.. saya telat lagi, pak?" Mang Asep menoleh kearah belakang, disana ada bi Atin, istri mang Asep yang sama-sama bekerja di rumah ini.

"Ih kamu mah, naha atuh telat?" Tanya mang Asep.

"Tadi saya ke toilet dulu,"

"Oh kituu."

"Muhun,"

"..."

"Pak, masa den Minji nggak bawa bekal lagi ya?"

"Kamu telat sih."

"Ini atuh, tadi saya teh nyiapin bekal dulu buat den Minji.. tapi telat lagi ya, gimana atuh, pak?"

"Sini atuh biar bapak susul aja."

Mang Asep menyimpan segala peralatan untuk mencuci mobil dan berjalan menghampiri istrinya.
  
  
Braghh.
  
  
Belum sempat mengambil bekal ditangan istrinya, suara mengejutkan tadi mengalihkan perhatian sepasang suami istri tadi.

"Bi! Mang!"

"Alahh den Minji."

Bi Atin sama mang Asep menghampiri Minji yang terjatuh karena Minji menabrak pagar rumah. "Kamu enggak apa-apa, den?" Mang Asep membantu Minji berdiri.

"Kamu kenapa bisa nabrak pagar, den?"

"Hehe nuhun, mang." Mang Asep mengangguk.

Minji merapihkan kembali seragam yang digunakannya. "Tadi dijalan saya teh inget, harusnya nungguin dulu bekal yang lagi disiapin sama bibi, nah pas inget teh saya puter balik ke rumah.. terus saya teh ngebut juga goes sepedanya, pas ngerem kurang kuat, jadi weh nabrak."

"Eulehh.. jangan ngebut lagi atuh."

"Muhun bi."

"Sok atuh ari udah nggak apa-apa mah. Ini bekelnya, hati-hati yaa."

Minji mengambil bekal dan mengucapkan terima kasih kepada bi Atin. "Makasih ya bi, mang.. saya berangkat lagi. Assalamualaikum." Minji kembali naik ke sepeda dan mulai mengayuhkan lagi sepedanya.

"Waalaikumsalam, hati-hati!"

🎬🎬🎬

Minji mengayuh sepeda dengan cepat, tadi setelah melihat jam tangan yang dipakainya sudah menunjukkan pukul 7 lebih 37 menit yang artinya Minji sudah telat.

Salahin ban sepedanya yang tiba-tiba kempes dan Minji harus cari dulu tukang tambal ban yang kemungkinan besar belum ada yang buka, tapi ternyata dugaanya salah karena ada salah satu tukang tambal ban yang buka 24 jam.

"Sial betul pagi ini." Gumam Minji melihat di gerbang sekolah sudah ada pak Wawan dengan membawa penggaris panjang.

Minji turun dari sepeda dan mendorong sepedanya masuk menuju sekolah. "Tumben telat." Pak Wawan menghalangi jalan masuk.

"Iya tau telat."

"Mau kasih alasan?"

"Enggak pak, nanti juga tetep di hukum."

"Ya kalo alasan kamu masuk akal, hukuman bisa diringankan."

"Ya udah atuh saya mau kasih alasan."

"Apa?"

Minji menunjuk ban sepeda bagian depan yang terlihat ada tambalannya. "Ban sepeda saya tadi ditambal dulu, itu buktinya."

Pak Wawan melihat. "Bisa aja itu di tambalan kemarin." Pak Wawan tidak akan percaya begitu saja.

Minji yang sudah malas, lebih memilih cepat di hukum saja. "Hukum saya aja, saya malas kalo bapak curigaan mulu." Ucapnya.

"Hari ini saya lagi baik tau." Ucap Pak Wawan.

"Saya gak nanya."

"Ya udah, sana kamu masuk kelas."

"Gak dihukum pak?"

"Gak, kamu bisa langsung masuk kelas aja."

🎬🎬🎬

Lagi dan lagi Minji merasa risih dengan cewek kelas sebelah yang dari tadi mengikuti dirinya terus menerus.

"Minjii."

"..."

"Tungg--"
   
  
Bughh.
  
  
Minji berhenti tiba-tiba dan muka cantik si cewek menabrak punggung tegap Minji. Segera menjauh dan Minji memutar tubuhnya agar bisa menghadap cewek itu.

"Kenapa berhenti mendadak sih?"
Cewek itu mengelus hidung mancungnya yang sedikit terasa sakit setelah menabrak punggung didepannya tadi.

Minji menaikkan sebelas alisnya.

"Liat nih, hidung gue untung aja gak penyok."

Minji menghela napas.

"Gimana kalo gue jadi pesek?"

"..."

"Minji jawab dong." Mata mereka saling menatap.

"Bisa gak? Jangan ganggu gue." Pinta Minji.

Cewek itu tersenyum kecil. "Enggak bisa." Katanya.
"Soalnya tujuan gue selain ke sekolah untuk belajar yaitu gangguin lo sampe lo suka balik sama gue." Lagi.

"Yakin gue bakal suka sama lo?"

"Yakin 100 persen."

Minji tersenyum miring.

Cewek ini percaya diri sekali.

Minji melihat cewek dihadapannya dari bawah sampai atas. Cewek cantik pastinya incaran para cowok di sekolah, tapi tidak dengan dirinya. Karena, Minji masih mengharapkan seseorang dari masa lalunya.

"Jangan harap."

"Jangan gitu, Minji."

"..."

"Gue suka lo tau."

"Gue enggak."

"Nah itu tantangan buat gue."

"..."

"Gue bakal usaha biar lo suka gue."

Minji melihat name tag di seragam cewek itu, dia bernama Haerin. "Usaha lo bakal sia-sia."

Minji berjalan ke arah kelasnya, meninggalkan Haerin.

"Enggak akan, Minji." Gumam Haerin sendiri, sambil melihat kepergian Minji.

...

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian.
Terima kasih.

say yes to me √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang